Pernikahan: Mengampuni dan Sabar Menanggung

Dari Gospel Translations Indonesian

Langsung ke:navigasi, cari

Yang Berhubungan Dengan Sumber Daya
Lagi Oleh John Piper
Indeks Pengarang
Lagi Mengenai Pernikahan
Indeks Topik
Tentang terjemahan ini
English: Marriage: Forgiving and Forbearing

© Desiring God

Bagikan ini
Misi Kami
Terjemahan ini diterbitkan oleh Injil Terjemahan, sebuah pelayanan yang ada untuk membuat buku-buku dan artikel injil-tengah yang tersedia secara gratis untuk setiap bangsa dan bahasa.

Pelajari lebih lanjut (English).
Bagaimana Anda Dapat Membantu
Jika Anda mampu berbahasa Inggris dengan baik, Anda dapat membantu kami sebagai penerjemah secara sukarela.

Pelajari lebih lanjut (English).

Oleh John Piper Mengenai Pernikahan
Bagian dari seri Marriage, Christ, and Covenant: One Flesh for the Glory of God

Terjemahan oleh Susy Chindrawaty

Review Anda dapat membantu kami memperbaiki terjemahan ini dengan meninjau untuk meningkatkan akurasi terjemahan. Pelajari lebih lanjut (English).



Kolose 3:12-19

“Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian. Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah. Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu. Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita. Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.”

Mungkin kalian masih ingat, istriku Noel pernah bilang, “Saya tidak akan bosan-bosannya mengatakan sekali lagi bahwa perkawinan adalah contoh hubungan Kristus dengan jemaat (lihat Efesus 5:31-32). Saya setuju dengan Noel dengan tiga alasan. Saya akan sebutkan dua. Alasan yang pertama adalah perkataan ini menempatkan perkawinan ke tempatnya yang semestinya yaitu untuk kemuliaan Tuhan. Yang kedua, menyatakan bahwa perkawinan adalah contoh hubungan Kristus dan jemaat menegaskan bahwa dasar pernikahan adalah kasih karunia. Karena dengan kasih karunialah Kristus menjadikan jemaat sebagai mempelaiNya, hanya dengan anugrah saja.

Daftar isi

Pernikahan: Wadah Memperlihatkan Tuhan dan PekerjaanNya

Saya berusaha menunjukkan bahwa perkawinan adalah wadah untuk memperlihatkan Tuhan dan pekerjaanNya. Yaitu kemuliaanNya – perkawinan adalah dari Dia, melalui Dia dan untuk Dia. Tujuan perkawinan manusia adalah sementara, tapi mengarahkan kepada sesuatu yang kekal yaitu Kristus dan jemaat/gerejaNya. Dan saat dunia ini sudah berlalu, perkawinan akan berlalu juga, lenyap menuju kepada realita yang lebih superior yaitu “perkawinan” antara Kristus sebagai mempelai pria dengan orang percaya (gereja) sebagai mempelai wanita.

Yesus katakan di Matius 22:30, “Karena pada waktu kebangkitan orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di sorga.” Karena itulah ayahku, Bill Piper tidak akan menjadi pria yang punya dua istri di saat hari kebangkitan. Ibuku dan juga ibu tiriku sudah meninggal. Ayahku menjalani pernikahan selama tiga puluh enam tahun dengan ibuku dan setelah ibuku meninggal, dia menikah selama dua puluh lima tahun dengan ibu tiriku. Namun di hari kebangkitan nanti bayangan (perkawinan di dunia) akan menjadi realita (persekutuan Yesus dengan gerejaNya). Perkawinan di hari kebangkitan mengarah kepada kemuliaan Kristus dan gerejaNya.

Pernikahan: Tertanam di dalam Kasih Karunia

Poin minggu lalu adalah bahwa fondasi perkawinan adalah anugrah/kasih karunia. Secara vertikal kita terima kasih karunia dari Kristus melalui kematianNya di atas kayu salib dan kemudian kasih karunia itu kita bagikan secara horisontal dari suami kepada istri dan istri kepada suami. Kolose 2:13-14 dan kolose 3:13 menunjukkan struktur dari perkawinan kristiani ( atau perkawinan dimana hanya salah satu pasangan adalah orang kristen ). Kolese 2:13b-14 menyatakan kepada kita bagaimana Tuhan menyediakan dasar dari pengampunan dosa kita: “…… sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita, dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita”. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib”. Poinnya adalah bukan paku dan kayu salib yang meniadakan dosa tapi luka paku yang di tancapkan di tangan dan kakiNya yang menghapus dosa (Yesaya 53:5-6). ‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬

Menerima Kasih Karunia Untuk di Teruskan kepada Sesama

Setelah di tunjukkan kepada kita dasar pengampunan Tuhan di atas kayu salib, Paulus katakan di Kolose 3:13b, “sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.” Dengan kata lain, terimalah anugrah dan pengampunan dosa dan pembenaran yang sudah kamu terima dari atas melalui pengorbanan Kristus dan teruskan anugrah itu kepada sesamamu. Terutama suami kepada istri dan istri kepada suami. Saya punya pertanyaan: Mengapa yang di tekankan adalah mengampuni dan sabar menanggung? Mengapa tidak menekankan kepada romantisme dan saling bermesraan? Ada tiga jawabannya:

  1. Karena hidup di dalam dunia yang jatuh di dalam dosa maka pasti akan ada konflik sehingga kita perlu untuk mengampuni dan bersabar terhadap perselisihan dan seringkali tidak ada titik temunya;
  2. Karena sulit utk dapat mengampuni dan bersabar namun kesulitan inilah yang memungkinkan kasih seseorang tumbuh kepada pasangannya pada saat kasih mereka sepertinya sudah mau mati;
  3. Karena Tuhan di muliakan ketika dua orang yang tidak sempurna berusaha hidup setia di dalam api penderitaan dengan bersandar kepada Kristus.

Perpisahan untuk Beri Ruang Bagi Pertobatan

Hari ini saya mau berbicara lebih dalam mengenai mengampuni dan sabar menanggung. Saya mau katakan bahwa saya paham ada dosa yang di lakukan oleh pasangan hidup yang mendorong pengampunan dan kesabaran melewati batas seakan- akan menjadi pembiaran dosa. Situasi semacam ini memerlukan perpisahan sementara untuk beri ruang bagi pasangan untuk pertobatan. Situasi seperti menyerang secara fisik, perzinahan, menyiksa anak, mabuk di sertai pemukulan, kecanduan judi atau mencuri atau berbohong yang menghancurkan keluarga. Tujuan saya hari ini bukan membicarakan hal ini, saya akan bahas itu ketika saya sampai ke topik perpisahan, cerai dan kawin lagi. Hari ini saya berusaha tunjukkan prinsip alkitabiah dari pengampunan dan kesabaran yang bisa cegah perpisahan dan mungkin bisa menarik beberapa perkawinan yang sudah di ambang jurang kehancuran atau bahkan bisa menyelamatkan pernikahan dari perceraian. Dan saya berdoa tulisan ini dapat menuai benih di hati anak-anak dan muda-mudi yang suatu hari nanti akan menikah bahwa mereka akan membangun perkawinan mereka di atas batu karang anugrah/kasih karunia.

Fondasinya: Kristus dan KaryaNya

Sebelum Paulus berbicara di kolose 3:12, dia telah meletakkan suatu fondasi besar di dalam Kristus dan karyaNya di atas kayu salib. Inilah fondasi pernikahan dan segala yang hidup. Peperangan utama dalam hidup ini dan dalam perkawinan adalah perjuangan untuk percaya kepada Kristus dan karyaNya. Maksudku benar-benar percaya – sungguh yakin, menerimanya, menyimpan dalam hati, menghargainya, bersandar kepadanya maka hidupmu terbentuk oleh kepercayaan itu. Jadi di kolose 3:12, Rasul Paulus mendorong kita dengan kata-kata yang membangkitkan emosi kita menuju kepada realita yang berdiri di atas Kristus dan karya keselamatanNya.

Orang pilihan

Ada tiga gambaran dirimu sebagai orang percaya: di pilih Tuhan, kudus dan di kasihi. Kita adalah pilihan Tuhan. Sebelum dunia di jadikan, Tuhan sudah memilih kita di dalam Kristus. Paulus gambarkan ini dengan indahnya di Roma 8:33: “Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah?”. Jawabannya tentu saja tidak seorangpun yang dapat menggugat orang pilihan Allah. Paulus ingin kita rasakan bagaimana indahnya sebagai orang pilihan dan orang yang di kasihi. Jika kamu menolak percaya bahwa kamu di pilih artinya kamu menolak di kasihi.

Kudus

Kemudian Tuhan katakan kita kudus, yaitu kita di khususkan untuk Tuhan. Kita di pilih untuk suatu tujuan yaitu menjadi kudus. Efesus 1:4, “Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.” 1 Petrus 2:9, “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, …….. bangsa yang kudus.” Awalnya ini adalah posisi kita di hadapan Tuhan dan juga ketetapan Tuhan bagi kita yang kemudian menjadi sikap kita. Karena itulah Tuhan memberitahu kita untuk sikap apa yang harus kita “kenakan”. Tuhan tahu kita belum benar-benar mengenakan manusia baru kita. Dia memanggil kita untuk menjadi kudus di dunia ini karena kita kudus di dalam Kristus. Kenakanlah pakaian yang sesuai dengan jati dirimu. Pakailah kekudusan.

Di Kasihi

Kemudian Dia memanggil kita untuk di kasihi. “Pilihan Tuhan, kudus dan di kasihi.” Allah pencipta langit dan bumi memilihmu, mengkhususkan kamu untuk DiriNya, dan mengasihimu. Tuhan berdamai denganmu, bukan memusuhimu. “ Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, ketika kita masih berdosa, karena Kristus telah mati untuk kita” (Roma 5:8). Inilah awalnya cara suami dan istri saling mengampuni dan bersabar. Mereka terpesona oleh kebenaran ini. Para suami, coba untuk melihat dan menikmati kebenaran ini. Para istri, lihatlah dan kecaplah keindahan kebenaran ini. Hidupilah kebenaran ini. Bersukacitalah. Dapatkan pengharapan dari kebenaran ini – bahwa kamu adalah pilihan Tuhan, di khususkan dan di kasihi Tuhan. Naikkan permohonan kepada Tuhan bahwa kebenaran ini menjadi detak jantung hidupmu dan juga detak jantung pernikahanmu.

Kesadaran Identitas Baru di Dalam Jiwa Melahirkan Perilaku Yang Baru

Berdasarkan identitas yang baru, identitas yang berpusat kepada Tuhan, kita diperintahkan untuk “mengenakan.” Bagaimana orang yang di pilih, kudus dan di kasihi mengenakan pakaiannya? Artinya sikap dan perilaku macam apa yang sesuai dan sikap yang bagaimana yang muncul karena kesadaran kita bahwa kita adalah orang pilihan, orang yang di khususkan untuk Tuhan, orang yang di kasihi di dalam Kristus.

Ada tiga kesadaran di dalam yang menghasilkan tiga sikap yang tampak di luar. “Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.”

Dari Belas Kasihan kepada Kemurahan

Ayat 12: “Belas kasihan, kemurahan.” Belas kasihan adalah kondisi di dalam sedangkan kemurahan adalah perilaku yang tampak di luar. Belas kasihan yang ada di dalam akan berbuahkan kemurahan hati jika berada di tanah yang baik. Jadi para suami, tanamkan akar imanmu di dalam Kristus sampai menjadi orang yang lebih berbelas kasih. Demikian juga para istri, tanam akar imanmu di dalam Kristus sampai kamu menjadi orang yang lebih berbelas kasih. Kemudian perlakukanlah satu sama lain dengan kemurahan hati yang mengalir keluar dari belas kasih. Pergumulan kita adalah melawan manusia batin kita yang tidak berbelas kasih. Berjuanglah melawan itu dengan iman di dalam doa. Tidakkah kau terpukau, hancur hati, rindu membangun diri, bersukacita dan berbelas kasih karena kau sudah di pilih, di kuduskan dan di kasihi?

Dari Kerendahan Hati kepada Kelemahlembutan

Berikutnya adalah “kerendahan hati, kelemahlembutan.” Sama dengan di atas, rendah hati adalah kondisi hati sedangkan lemah lembut adalah sikap luaran yang lahir dari kerendahan hati. Orang yang rendah hati tidak akan bersikap angkuh, malah akan bersikap lemah lembut. Kelemahlembutan akan melayani dan mengutamakan orang lain terlebih dulu. Begitulah jika engkau rendah hati.

Jadi para suami biarlah imanmu berakar di dalam Kristus sehingga kamu dari hari ke sehari semakin rendah hati. Demikian juga dengan para istri. Kemudian perlakukanlah satu sama lain dengan kelemahlembutan yang mengalir dari kerendahan hatimu. Perjuangannya adalah melawan kesombonganmu dan egomu. Perangilah dengan iman di dalam doa. Tidakkah kau terpukau, hancur hati, ingin membangun diri, bersukacita dan berbelas kasih karena kau sudah di pilih, di kuduskan dan di kasihi?

Dari Kesabaran kepada Sabar Menanggung dan Mengampuni

Yang terakhir adalah kesabaran di dalam menghasilkan sikap yang mudah mengampuni dan sabar menanggung kelemahan orang lain. Ayat 12: “Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.”

Terjemahan literal dari kesabaran adalah sabar menanggung (makrothumian). Artinya menjadi orang yang tidak bersumbu pendek namun punya sumbu yang sangat panjang. Menjadi orang sabar, lambat untuk marah ,cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata (Yakobus‬ ‭1:19). Ketiga kondisi hati tersebut diatas saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain. Belas kasihan dan kerendahan hati memimpin kepada kesabaran (sabar menanggung). Jika engkau cepat marah, tidak sabar, akar permasalahannya mungkin karena kurang belas kasihan dan kurang kerendahan hati. Dengan kata lain, kesadaran bahwa kita di pilih, di kuduskan dan di kasihi belum ‬sampai meremukkan hati dan melepaskan kita dari ego dan kesombongan. ‬‬‬‬

Jadi para suami tancapkan akar imanmu di dalam Kristus sampai kamu menjadi lebih berbelas kasih dan lebih rendah hati dengan demikian kamu akan menjadi lebih sabar. Para istri tancapkan akar imanmu di dalam Kristus sampai kamu menjadi lebih berbelas kasih dan lebih rendah hati dengan demikian kamu akan menjadi lebih sabar. Setelah itu perlakukan satu sama lain dengan ….. apa? Hati yang berbelas kasih memimpin kepada murah hati; kerendahan hati memimpin kepada kelemah lembutan; dan sekarang kesabaran memimpin kepada apa?

Dua Hal: Sabar Menanggung dan Mengampuni

Jadi ada dua hal, bukan satu. Yang pertama, “Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain” dan yang kedua,” ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain.” Sabar menanggung dan mengampuni. Apa artinya dan bagaimana aplikasinya di dalam pernikahan? Yang pertama kata “sabar”. Kata ini secara literal artinya dapat menanggung suatu kesusahan (situasi), kelemahan (orang) dengan sabar. Yesus gunakan kata ini di Lukas 9:41: ”Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu dan sabar terhadap kamu? Rasul Paulus gunakan juga di 1Korintus4:12: “kalau kami dianiaya, kami sabar.” Karena itu jadilah orang yang sabar terhadap satu sama lain. Sabar menanggung. “Kasih menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan.” ‭‭(1 Korintus‬ ‭13:7-8‬). ‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬‬

Kata keduanya adalah mengampuni. Paling tidak ada dua kata mengampuni di Perjanjian Baru. Yang di pakai di sini adalah charizomenoi artinya tanpa syarat atau memberi karena kemurahan hati. Jadi bukan memberi dengan perhitungan. Tapi perlakukanlah orang lain lebih dari yang selayaknya mereka terima. Penjabarannya seperti ini, jika kamu mengampuni seseorang ketika dia menyalahi dirimu maka orang itu berhutang kepadamu. Menurut hitungan keadilan seharusnya kamu punya hak menyakiti dia seperti dia menyakitimu. Namun kamu tidak menuntut keadilan itu sebaliknya kamu engkau membalas dengan kebaikan sebagai ganti kejahatannya. Inilah arti kata charizomai. Sikap kita adalah mengampuni. Kita tidak membalas kejahatan dengan kejahatan tapi kita memberkati (1 Korintus 4:12; 1 Tesalonika 5:15; Matius 5:44; Lukas 6:27).

Pengharapan kita Ada di Injil

Rasul Paulus mengatakan bahwa pengampunan dan kesabaran sangat penting untuk hidup bersama, baik di gereja maupun dalam perkawinan. Pengampunan mengatakan: Saya tidak membalas perbuatan jahatmu atau saya tidak marah karena kebiasaanmu yang menjengkelkan. Kesabaran mengakui bahwa perbuatanmu jahat dan kebiasaan jelekmu itu sangat menggangguku. Jika tidak ada yang menjengkelkan dari orang lain maka tidak perlu mengatakan “ sabarlah satu sama lain.”

Saat menikah dengan seseorang, kita tidak bagaimana mereka berubah tiga puluh tahun kemudian. Nenek moyang kita membuat janji pernikahan dengan kesadaran akan realitas hidup ini bahwa seseorang pasti berubah. Janji pernikahan “untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya; Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus.” Kita tidak tahu bagaimana orang yg kita nikahi ini berubah di kemudian hari. Bisa berubah lebih baik atau lebih buruk. Pengharapan kita bersandarkan pada ini: Bahwa kita di pilih, kudus dan beroleh kasihNya. Allah bekerja di dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagus mereka yangmengasihiNya.

Tumpukan Kompos

Ada apa dengan tumpukan kompos? Bayangkan perkawinanmu seperti padang berumput hijau. Kau memasuki perkawinan penuh dengan harapan dan sukacita. Kau melihat masa depan penuh dengan bunga yang indah, pepohonan dan bukit-bukit hijau. Dimata kalian itu yang kalian lihat. Hubungan kalian adalah padang rumput, bunga dan bukit indah. Namun tidak lama kemudian kamu mulai menginjak kotoran sapi. Ada dosa, kekurangan, keantikan, kelemahan dan kebiasaan pasangan kita yang menjengkelkan. Kamu coba untuk memaafkan dan bersabar.

Tapi mereka berusaha mendominasi hubungan kalian. Apa yang saya katakan mungkin berlebihan tapi rasanya dimana-mana ada kotoran sapi. Menurutku kombinasi dari kesabaran dan pengampunanlah yang menciptakan tumpukan kompos. Di sinilah anda mulai ambil sekop dan kumpulkan kotoran sapi itu. Kalian saling melihat dan mengakui bahwa ada banyak kotoran sapi. Tapi kalian saling berkata: pernikahan kita lebih berharga di banding semua kotoran sapi ini. Kita tidak dapat melihat betapa berharganya hubungan kita karena kita terlalu fokus kepada kotoran sapi ini. Ayo kita buang semua kotoran ini jadi satu tumpukan dan jadikan kompos. Ada saat dimana kita ke tumpukan kompos itu mencium bau busuknya dan merasa susah kemudian hadapi dan bereskan semampunya. Setelah itu kita tinggalkan tumpukan kompos itu dan arahkan mata kepada padang berumput hijau yang ada. Kita pilih jalan setapak favorit kita dan bukit-bukit yang bersih dari kotoran sapi. Dan kita bersyukur atas bagian padang rumput yang manis itu.

Mungkin tangan kita kotor dan punggung kita sakit karena menyekop semua kotoran sapi itu. Namun satu hal yang pasti: kita tidak memasang kemah kita di sebelah tumpukan kompos itu. Kita hanya kesana jika di butuhkan. Ini adalah anugrah yang saling kita berikan terus dan terus dan terus- karena kita di pilih dan kudus dan beroleh anugrah kasihNya.