Sukacita di Dalam Penderitaan

Dari Gospel Translations Indonesian

Langsung ke:navigasi, cari

Yang Berhubungan Dengan Sumber Daya
Lagi Oleh Marshall Segal
Indeks Pengarang
Lagi Mengenai Penderitaan
Indeks Topik
Tentang terjemahan ini
English: The Joy We Know Only in Suffering

© Desiring God

Bagikan ini
Misi Kami
Terjemahan ini diterbitkan oleh Injil Terjemahan, sebuah pelayanan yang ada untuk membuat buku-buku dan artikel injil-tengah yang tersedia secara gratis untuk setiap bangsa dan bahasa.

Pelajari lebih lanjut (English).
Bagaimana Anda Dapat Membantu
Jika Anda mampu berbahasa Inggris dengan baik, Anda dapat membantu kami sebagai penerjemah secara sukarela.

Pelajari lebih lanjut (English).

Oleh Marshall Segal Mengenai Penderitaan

Terjemahan oleh Selvina Wikarsa

Review Anda dapat membantu kami memperbaiki terjemahan ini dengan meninjau untuk meningkatkan akurasi terjemahan. Pelajari lebih lanjut (English).



Semakin lama saya berjalan bersama Yesus, semakin saya melihat bahwa para penderita seringkali memiliki akses rahasia menuju kebahagiaan.

Dulu saya berpikir bahwa Setan mencintai penderitaan, yang mana hal tersebut menjadi senjata pilihannya untuk melawan iman kita. Tetapi sementara Setan secara pasti (dan dengan kejam) mencoba untuk memanfaatkan sebagian besar dari penderitaan, sekarang saya curiga bahwa Setan secara diam-diam membenci penderitaan. Dia melihat bahwa penderitaan membawa terlalu banyak orang mendekat kepada Tuhan. Dia telah menyaksikan selama ribuan tahun, sementara Tuhan telah mengambil semua yang dia maksudkan untuk kejahatan yang mengerikan dan bekerja di dalam penderitaan untuk kebaikan yang tidak terbantahkan (Kejadian 50: 20).

Rasul Paulus, contohnya, dipenjara berulang kali, didera, difitnah oleh musuh-musuhnya, dicambuk lima kali, dirajam hingga hampir mati, seringkali kekurangan makanan, air, tempat berlindung, dan tidur — “diancam bahaya banjir, bahaya dari penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi, bahaya dari pihak orang-orang bukan Yahudi, bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, bahaya dari pihak saudara-saudara palsu” (2 Korintus 11: 26) — namun senantiasa bersukacita (2 Korintus 6: 10). Kepala tahanan ini dapat menulis dari kesepian, ketidakadilan, dan kesusahannya di dalam penjara, “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: bersukacitalah!” (Filipi 4: 4).

Paulus terlihat tidak normal dan luar biasa bahkan spektakuler. Saya kira dia aneh. Sampai saya mulai menyaksikan begitu banyaknya pria dan wanita seperti ia saat ini, berani menghadapi pencobaan yang tak terbayangkan — konflik dan kanker, pengkhianatan dan pengabaian, penganiayaan dan kehilangan — dengan sukacita yang mengejutkan di dalam Tuhan. Mereka membuktikan apa yang kita alami dalam satu dan berbagai macam cara. Jika kita melihat pada-Nya ketika kita sedang berada dalam padang gurun penderitaan, Ia akan menuntun kita ke tempat kudus-Nya di mana ada damai, kekuatan, harapan, bahkan sukacita.

Daftar isi

Jiwaku akan dipuaskan

Raja Daud terusir dari tempat tinggalnya karena pengkhianatan dan pemberontakan, berada dalam pelarian di padang gurun demi hidupnya, namun ia masih bisa menulis,

Seperti dengan lemak dan sumsum jiwaku dikenyangkan,
dan dengan bibir yang bersorak-sorai mulutku memuji-muji,
Apabila aku ingat kepada-Mu di tempat tidurku,
merenungkan Engkau sepanjang kawal malam. (Mazmur 63: 5-6)

Mazmur tidak menjelaskan apakah Daud melarikan diri dari Saul sebelum ia menjadi raja atau dari Absalom, anaknya. Yang kita tahu adalah seseorang menginginkan ia mati: “Tetapi orang-orang yang berusaha mencabut nyawaku, akan masuk ke bagian-bagian bumi paling bawah” (Mazmur 63:9). Sekalipun hidupnya terancam oleh sepasukan musuh yang tidak terlihat, jiwanya akan menjadi puas oleh apa yang mata hatinya masih bisa lihat: Tuhannya. Bahkan ketika Daud diburu di luar gerbang kota, permenungan akan Tuhan yang dicintainya membawanya ke perjamuan kerajaan.

Dan Daud berpesta sedemikian rupa sehingga kita pun masih menikmati pesta dari mejanya di padang gurun. Tidak ada penulis dalam Alkitab yang berbicara tentang sukacita melebihi Daud. Ia menciptakan sebagian besar dari bahasa yang kita gunakan untuk mengungkapkan kebahagiaan kita di dalam Tuhan, walaupun sebagian besar dari kehidupannya dihabiskan untuk melarikan diri dari orang-orang yang ingin membunuhnya. Jika kita memperhatikan dengan seksama penderitaan dan harapannya, kesedihan dan kegembiraannya, kita akan menemukan penghiburan bagi padang gurun kita — berhari-hari, berminggu-minggu, atau bahkan bertahun-tahun Tuhan menggendong kita untuk melalui rasa sakit, kelemahan, kehilangan, atau penderitaan.

Kenyang di Padang Gurun

Daud menikmati apa yang dilihatnya. Kegembiraannya dimulai dalam pikiran dan dicerna di dalam hati. Makanan dan minuman ini tersedia baginya dalam segala keadaan. Tetapi apa yang Daud lihat?

Dia belum bertemu dengan Mesias, tetapi ia telah merasakan apa yang Yesus lakukan bagi kita. Sedih, namun selalu bersukacita, Daud bernyanyi dari lembah penderitaan, “Sebab kasih setia-Mu lebih baik dari pada hidup, bibirku akan memuliakan Engkau. Demikianlah aku mau memuji Engkau seumur hidupku dan mengangkat tanganku demi nama-Mu” (Mazmur 63: 3-4).

Mazmur Daud mengajarkan kita bahwa sukacita sejati di dalam Tuhan dapat didengar di padang gurun dari bibir orang yang memandang kepada kasih setia Allah. Musuh-musuh Daud telah mengusirnya dari kota suci. Setan mencoba untuk memisahkan Daud dari Tuhan — alih-alih demikian, sebaliknya setan malah membawa Daud ke dalam tangan Tuhan. Daud berada bermil-mil jauhnya dari Bait Allah, tetapi Allah menjadikan bagi dia tempat kudus-Nya di padang gurun — tempat perlindungan dengan tembok keamanan yang lebih tinggi dan sumur kepuasan yang lebih dalam.

Kehidupan Daud yang dulu nyaman dan aman telah koyak, tetapi sukacita-nya tetap tinggal. Dan diperdalam. Bahkan di padang gurun pembelotan dan penipuan dan pemberontakan yang dialaminya, jiwanya dikenyangkan ketika dia memandang kepada Tuhan-nya.

Tempat Perlindungan Anda di Padang Gurun

Tetapi sukacita sejati di dalam Tuhan tidak selalu terlihat atau terasa penuh. Di beberapa ayat sebelumnya, ketika hati Daud kesakitan oleh karena kesedihan dan kegelisahan, mengakui kekeringan yang dialaminya lewat api kesengsaraan, ia berseru dengan sukacita dalam kesedihannya,

Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu, seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair (Mazmur 63: 1).

Jadi, apakah Daud kelaparan atau berpesta dalam Mazmur 63? Ambiguitas memanggil dengan harapan bagi pengikut Kristus yang lelah dan penakut. Sukacita sejati tidak harus dikenakan dengan wajah yang tersenyum — tidak di dalam Paulus, tidak di dalam Daud, tidak di dalam anda ataupun saya. Hal itu sama seringnya seperti kita berlinangan air mata dan menjadi usang, merangkak mengikuti Allah dengan sekuat tenaga yang bisa kita kerahkan. Sukacita kita akan terbukti kuat dan tabah, bahkan tak terkalahkan, karena Tuhan yang menjaga kita, meskipun itu akan terasa kurang dan rapuh di sepanjang jalan.

Dan Tuhan tidak terlihat kurang memuaskan ketika kita lemah, atau rapuh, atau lapar secara rohani, jika di dalam kelemahan kita berseru kepada-Nya, jika di dalam kerapuhan kita bersandar kepada-Nya, jika di dalam kelaparan dan kehausan kita tahu bahwa hanya Dia saja yang akan memuaskan kita.

Tuhan terlihat sama megahnya saat di padang gurun pada ayat pertama, sama seperti hal yang dilakukanNya saat di meja perjamuan pada ayat kelima — “Seperti lemak dan sumsum jiwaku dikenyangkan.” Keputusasaan kita akan Dia di hari-hari yang paling sulit, memuliakan Dia, dan bahkan lebih daripada kegembiraan kita ketika segala sesuatunya baik-baik saja. Kita dapat berharap untuk melihat lebih dari pada-Nya, ketika kita memiliki lebih sedikit hal untuk dapat bertahan.

Penderitaan yang Setan Benci

Setan mungkin memandang hina penderitaan kita karena ia tahu betapa seringnya hal itu menjadi bumerang bagi dirinya — ketika kita menghadapi kelaparan dan kebutuhan dan yang lebih buruk lagi dengan kepuasan (Filipi 4: 11-12); ketika kita menghargai apa yang bisa penderitaan hasilkan di dalam diri kita (Roma 5: 3-4; Yakobus 1: 2-4), dan untuk kita (2 Korintus 4: 17); ketika kita bersukacita dalam ujian akan kemurnian iman kita, dimurnikan melalui api, menjadi lebih berharga daripada emas yang terbaik (1 Petrus 1: 6-7). Ketika penderitaan mulai melayani sukacita kita dan tidak menggagalkannya.

Tuhan dapat membangun tempat kudus yang dahsyat dan menyegarkan di padang gurun. Ia mengubah padang gurun kita menjadi tempat bagi kita untuk menjelajah dan mengungkapkan sukacita yang lebih besar di dalam-Nya. Alih-alih menjadi ancaman bagi sukacita sejati, Ia seringkali menjadikan penderitaan kita sebagai sarana bahkan untuk lebih lagi.