Sepuluh Alasan Mengapa Anda Harus Mendengar Pertanyaan Dengan Seksama Sebelum Menjawabnya

Dari Gospel Translations Indonesian

Langsung ke:navigasi, cari

Yang Berhubungan Dengan Sumber Daya
Lagi Oleh John Piper
Indeks Pengarang
Lagi Mengenai Kata-kata
Indeks Topik
Tentang terjemahan ini
English: Ten Reasons to Listen to Questions Before You Answer

© Desiring God

Bagikan ini
Misi Kami
Terjemahan ini diterbitkan oleh Injil Terjemahan, sebuah pelayanan yang ada untuk membuat buku-buku dan artikel injil-tengah yang tersedia secara gratis untuk setiap bangsa dan bahasa.

Pelajari lebih lanjut (English).
Bagaimana Anda Dapat Membantu
Jika Anda mampu berbahasa Inggris dengan baik, Anda dapat membantu kami sebagai penerjemah secara sukarela.

Pelajari lebih lanjut (English).

Oleh John Piper Mengenai Kata-kata
Bagian dari seri Taste & See

Terjemahan oleh Raphita Tobing

Review Anda dapat membantu kami memperbaiki terjemahan ini dengan meninjau untuk meningkatkan akurasi terjemahan. Pelajari lebih lanjut (English).


Sepuluh Alasan Mengapa Anda Harus Mendengar Pertanyaan Dengan Seksama Sebelum Menjawabnya

Bahan Renungan Amsal 18 : 13

Amsal 18 : 13

“Jikalau seseorang memberi jawaban sebelum mendengar, itulah kebodohan dan kecelaannya “
  1. Sangatlah angkuh untuk menjawab sebelum anda mendengar. Sifat rendah hati seseorang tidak membuat anggapan bahwa pertanyaan sudah dimengerti dengan tepat sebelum si penanya selesai bertanya. Sudah berapa kali saya langsung membuat sebuah kesimpulan, yang ternyata salah, dengan merumuskan jawaban sebelum saya mendengarkan pertanyaannya secara tuntas ! Seringkali perkataan terakhir dalam sebuah pertanyaan yang merubah makna seluruh pertanyaan itu dan membuat anda sadar bahwa ternyata bukan itu yang mereka tanyakan.
  2. Sangatlah tidak sopan untuk menjawab pertanyaan yang belum selesai ditanya. Perkataan “tidak sopan” sangat berguna diingat oleh orang-orang Kristen. Arti perkataan ini “tidak mempunyai adat, tidak bertata-krama”. Perkataan yang digunakan dalam Perjanjian Baru untuk perkataan ini ialah aschemonei. Perkataan ini digunakan didalam 1 Korintus 13:5 dimana didalam alkitab-alkitab versi moderen ia diterjemahkan sebagai “Kasih itu sopan”, sedangkan alkitab tua versi King James menterjemahkannya “Kasih itu tidak melakukan yang tidak sopan”. Ini berarti bahwa kasih tidak saja menjunjung standar moral secara absolut, tetapi ia juga mencakup standar dan kebiasaan serta tata tertib budaya. Apa arti “sopan”? Apa arti “bertata krama”? Apa arti beradat”? Apa arti “mempunyai selera yang baik”. Apa arti “sesuai”? Kasih itu tidak masa bodoh terhadap hal-hal tersebut. Kasih menggunakannya untuk mengungkapkan keinginan tulusnya demi kebaikan manusia. Salahsatu bentuk kesopanan ialah mendengarkan pertanyaan dengan seksama sebelum anda menjawabnya,
  3. Menahan jawaban sebelum pertanyaan itu selesai ditanya merupakan bentuk penghargaan dan penghormatan kepada orang yang bertanya. Orang itu diperlakukan seolah-olah perkataan-perkataannya benar-benar berharga. Mengasumsi bahwa anda sudah tahu apa yang akan ditanya merupakan bentuk anggap enteng terhadap sipenanya.
  4. Mendengarkan apa yang ditanya secara seksama sering mengungkapkan bahwa pertanyaan itu terdiri atas beberapa lapisan dan sebenarnya merupakan lebih dari hanya satu pertanyaan. Ada beberapa pertanyaan yang dicampuradukkan menjadi satu pertanyaan. Apabila anda melihat ini, anda dapat menguraikan pertanyaan itu menjadi beberapa bagian dan memberi jawaban kepada setiap pertanyaan. Jika anda tidak cermat didalam mendengar dan terburu-buru didalam memberi jawaban, anda tidak akan melihat nuansa-nuansa halus yang terkandung didalam pertanyaan itu.
  5. Terkadang sebuah pertanyaan menyingkap asumsi-asumsi yang ternyata berbeda dengan pemahaman anda. Apabila anda mencoba memberi jawaban hanya berdasarkan pemahaman yang ada dalam benak anda tanpa mengerti asumsi yang ada dalam benak si penanya, kemungkinan besar jawaban yang anda berikan akan meleset. Apabila anda mendengar secara cermat dan membiarkan si penanya menyelesaikan pertanyaannya, anda akan berhasil melihat dengan jelas dasar asumsi apa yang ada dalam benak si penanya yang tidak hadir didalam benak anda. Barulah kemudian anda dapat menggali asumsi-asumsi si penanya tersebut sebelum anda memberi jawaban. Seringkali, apabila sudah berada pada tingkat ini, pertanyaan itu akan menjawab dirinya sendiri. Ternyata pertanyaan itu muncul karena perbedaan-perbedaan pemahaman yang lebih dalam.
  6. Pertanyaan biasanya mempunyai sikap disamping isi. Kadang-kadang sikap pertanyaan itu memberi informasi yang sama dengan isi pertanyaan itu. Pada kenyataannya, sikap pertanyaan itu dapat pula mensinyalir bahwa perkataan yang digunakan dalam pertanyaan itu tidak sepenuhnya menggambarkan apa sebenarnya yang ditanya. Jika hal seperti itu terdeteksi, jangan kita meremehkan perkataan-perkataannya, namun kita harus secara serius mengajukan pertanyaan sebagai upaya untuk memastikan bahwa sikap dan perkataan-perkataan yang ada dalam pertanyaan itu menanyakan hal yang sama. Jika tidak, untuk bagian mana yang sebenarnya si penanya ingin memperoleh jawaban ?
  7. Pertanyaan mempunyai konteks yang anda perlu ketahui. Mungkin saja ada banyak pemikiran dan keadaan serta perasaan yang kita tidak ketahui ataupun mengerti yang menjadi dasar pertanyaan itu. Mendengarkan dengan cermat akan membantu anda mendeteksi hal-hal seperti itu. Mungkin saja anda dapat mendeteksi petunjuk kecil yang dapat menunjukkan bahwa pertanyaan itu menyembunyikan suatu keadaan genting. Jika anda dapat menangkap petunjuk tersebut, karena anda mendengarkan dengan cermat, maka anda dapat menggunakan itu untuk memberi jawaban yang lebih bermanfaat.
  8. Pertanyaan terdiri atas perkataan. Perkataan mempunyai arti yang dibentuk dari pengalaman dan pendidikan seseorang. Mungkin saja pengertian anda terhadap perkataan-perkataan itu mempunyai nilai yang berbeda dari pengertian si penanya. Jika anda mau menjawab apa yang sebenarnya mereka tanya, anda harus mendengar dengan cermat. Apabila ada kemungkinan bahwa pertanyaan mereka muncul karena ada perbedaan dalam mengartikan sebuah perkataan, maka akan lebih bijak jika kita bicarakan terlebih dahulu mengenai pemahaman perkataan-perkataan yang kita gunakan sebelum kita bicarakan jawaban pada pertanyaan itu. Dari pengalaman saya, membicarakan makna dari perkataan-perkataan yang terkandung dalam pertanyaan itu seringkali memberikan jawaban pada pertanyaan itu.
  9. Amsal 18:13 mengatakan bahwa adalah “kebodohan” apabila kita menjawab sebelum kita mendengar. Dalam kata lain, kita dibuat menjadi orang tolol. Salah satu alasan adalah bahwa hampir semua jawaban-jawaban prematur didasarkan atas pemikiran bahwa kita sudah tahu semua yang kita perlu ketahui. Namun itu “bodoh”. Seharusnya sikap kita ialah : Apa yang dapat saya pelajari dari pertanyaan ini ? Sibodoh berpikir bahwa dia sudah tahu semua yang ia harus ketahui.
  10. Dan terakhir Amsal 18:13 mengatakan bahwa merupakan “kecelaan” kita untuk menjawab sebelum mendengar. Bagaimana kalau anda ditanya dihadapan umum, “Istri saya dan saya telah mengalami beberapa masalah dan kami sedang berpikir untuk . . . . .”, lalu anda memotong pertanyaan si penanya dengan memberi jawaban mengenai manfaat konseling dan konselor-konselor mana yang dapat membantu. Kemudian sipenanya melanjutkan dengan, ““Istri saya dan saya telah mengalami beberapa masalah dan kami sedang berpikir, bagaimana cara kami merayakannya karena sekarang sesi konseling kami telah selesai dan suasana diantara kami sudah lebih baik ? “. Anda akan malu karena tidak mendengar.