Raja di atas segala raja

Dari Gospel Translations Indonesian

Langsung ke:navigasi, cari

Yang Berhubungan Dengan Sumber Daya
Lagi Oleh R.C. Sproul
Indeks Pengarang
Lagi Mengenai Yesus Kristus
Indeks Topik
Tentang terjemahan ini
English: The King of Kings

© Ligonier Ministries

Bagikan ini
Misi Kami
Terjemahan ini diterbitkan oleh Injil Terjemahan, sebuah pelayanan yang ada untuk membuat buku-buku dan artikel injil-tengah yang tersedia secara gratis untuk setiap bangsa dan bahasa.

Pelajari lebih lanjut (English).
Bagaimana Anda Dapat Membantu
Jika Anda mampu berbahasa Inggris dengan baik, Anda dapat membantu kami sebagai penerjemah secara sukarela.

Pelajari lebih lanjut (English).

Oleh R.C. Sproul Mengenai Yesus Kristus
Bagian dari seri Article

Terjemahan oleh Dian Marya

Review Anda dapat membantu kami memperbaiki terjemahan ini dengan meninjau untuk meningkatkan akurasi terjemahan. Pelajari lebih lanjut (English).



Injil Lukas ditutup dengan pernyataan yang sangat menggelegar: “Lalu Yesus membawa mereka ke luar kota sampai dekat Betania. Di situ Ia mengangkat tangan-Nya dan memberkati mereka. Dan ketika Ia sedang memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke sorga. Mereka sujud menyembah kepada-Nya, lalu mereka pulang ke Yerusalem dengan sangat sukacita. Mereka senantiasa berada di dalam Bait Allah dan memuliakan Allah" (24: 50-53).

Yang mengejutkan mengenai perikop ini, seperti Lukas menuliskan mengenai kepergian Yesus dari dunia ini, adalah reaksi murid-murid-Nya untuk kembali ke Yerusalem dengan “sukacita besar.” Bagaimana mungkin kepergian Yesus dapat menanamkan emosi kegembiraan pada murid-muridNya? Pertanyaan ini akan semakin membingungkan ketika kita mengingat emosi yang ditunjukkan para murid ketika Yesus memberitahu merekan mengenai kepergian-Nya yang semakin dekat. Pada waktu itu, gambaran bahwa Tuhan akan meninggalkan mereka menimbulkan rasa kesedihan yang mendalam. Sepertinya tidak ada yang lebih menyedihkan daripada mengetahui akan adanya perpisahan dengan Yesus. Namun, dalam waktu yang sangat singkat, kesedihan tersebut berubah menjadi sukacita yang terkatakan.

Kita harus mempertanyakan hal yang dapat membangkitkan perubahan emosi secara radikal di dalam hati para murid Yesus. Jawaban atas pertanyaan itu terdapat di Perjanjian Baru. Di antara waktu Yesus memberitahukan mengenai kepergian-Nya dan saat kepergian-Nya, para murid menyadari dua hal. Pertama, mereka menyadari alasan Yesus pergi. Kedua, mereka mengetahui kemana Yesus pergi. Yesus pergi bukan untuk meninggalkan mereka sendiri dan tanpa penghiburan, tapi Ia pergi ke surga. Maksud Perjanjian Baru mengenai kenaikan Yesus memiliki suatu arti yang jauh lebih berbobot daripada hanya naik ke langit atau ke rumah surgawi saja. Dalam kenaikan-Nya, Yesus pergi ke suatu tempat khusus untuk alasan tertentu. Ia naik ke surga untuk pentahbisan dan penobatan-Nya sebagai Raja di atas segala raja dan Tuhan diatas segala tuhan. Perjanjian Baru memberikan gelar yang digunakan untuk menggambarkan Yesus dalam peran-Nya sebagai raja yaitu “Raja di atas segala raja” dan juga gelar “Tuhan di atas segala tuhan.” Struktur penulisan yang khusus ini memilki arti yang lebih daripada penetapan Yesus dalam posisi otoritas, yang dengannya Ia akan memerintah raja yang lebih rendah. Sebaliknya, ini adalah struktur yang menunjukkan supremasi Yesus dalam keagungan kerajaanNya. Dia adalah Raja dalam kedudukan raja tertingi.

Dalam istilah Alkitab, tidak mungkin memiliki raja tanpa kerajaan. Karena Yesus naik ke pentahbisan-Nya sebagai raja, dengan penobatan tersebut maka datanglah penunjukan oleh Bapa dari kerjaan yang diperintahNya. Kerajaan tersebut adalah semua ciptaan.

Pada teknologi modern, terdapat dua kesalahan mengenai konsep alkitabiah Kerajaan Allah. Yang pertama adalah bahwa kerajaan telah disempurnakan dan tidak ada lagi yang tersisa bagi pemerintahan Kristus untuk dimanifestasikan. Pandangan seperti itu digambarkan sebagai eskatologi terealisasi (hal-hal terakhir). Dengan kesadaran mengenai kepenuhan kerajaan, tidak akan ada lagi yang dinantikan dengan kemenangan Kristus. Kesalahan lainnya adalah banyaknya orang Kristen percaya bahwa kerajaan Allah adalah sesuatu yang futurisik yang artinya kerajaan Tuhan tidak benar-benar telah ada. Pandangan ini sangat kuat merujuk terhadap dimensi masa depan dari kerajaan Allah yang bahkan bagian Perjanjian Baru seperti Ucapan Bahagia dari Matius 5–7, tidak memiliki aplikasi untuk gereja hari ini karena mereka termasuk masa depan kerajaan yang belum dimulai

Kedua pandangan tersebut menyimpang dari pengajaran Perjanjian Baru yang jelas menyatakan bahwa kerajaan Alah memang telah dimulai. Raja sudah berada di tempat-Nya. Ia telah menerima semua otoritas atas surga dan bumi. Ini berarti bahwa pada saat ini otoritas tertinggi atas kerajaan di dunia dan seluruh alam semesta ada di tangan Raja Yesus. Tidak ada sejengkal pun dari dunia ini dan tidak ada kekuasaan di dunia ini yang tidak berada di bawah kepemilikan dan pemerintahan-Nya. Dalam surat Paulus kepada jemaat di Filipi pasal 2, yang disebut mazmur Kenosis, dikatakan bahwa Yesus diberi nama di atas segala nama. Nama yang diberikan pada Dia yang melampaui semua nama yang bisa diterima siapapun, merupakan nama yang disediakan untuk Tuhan. Gelar Allah, Adonai, berarti " Yang benar-benar berdaulat". Sekali lagi, gelar ini adalah satu dari kedaulatan tertinggi bagi Dia yang adalah Raja seluruh bumi Terjemahan Perjanjian Baru terhadap nama Adonai pada Perjanjian Lama adalah Tuhan. Ketika Paul mengatakan bahwa pada nama Yesus semua lutut harus bersujud dan semua lidah mengaku, alasan bersujud dengan hormat dan untuk mengaku adalah bahwa mereka mengaku dengan bibir mereka sendiri bahwa Yesus adalah Tuhan, Dia adalah penguasa yang berdaulat. Itu adalah pengakuan iman pertama dari gereja mula-mula.

Kemudian Roma, dalam kesesatannya, berusaha untuk menegakkan sumpah kesetiaan kepada kultus-kultus agama, di mana semua orang diminta untuk mengucapkan kalimat kaisar kurios - "Kaisar adalah tuhan." Orang-orang Kristen menanggapinya dengan menunjukkan setiap bentuk ketaatan sipil, dengan membayar pajak, dengan menghormati raja, dengan menjadi warga teladan; tetapi mereka tidak bisa dalam hati nurani mematuhi mandat kaisar untuk menyatakan dia tuhan. Tanggapan mereka terhadap sumpah kesetiaan, kaisar kurios, sangat dalam dan sederhana, Jesus Ho Kurios, Yesus adalah Tuhan. Ketuhanan Yesus bukan sekadar harapan orang Kristen bahwa suatu hari kelak mungkin terwujud; itu adalah kebenaran yang telah terjadi. Ini adalah tugas gereja untuk memberi kesaksian tentang kerajaan yang tidak terlihat itu, atau seperti yang dikatakan Calvin, adalah tugas gereja untuk membuat kerajaan Kristus yang tidak terlihat menjadi nyata. Meskipun tidak terlihat, itu nyata.