Mengapa Allah Berkata Ia Bersuka di Dalam Anak-Anak-Nya
Dari Gospel Translations Indonesian
Oleh John Piper
Mengenai Kasih Tuhan
Bagian dari seri Taste & See
Terjemahan oleh Verawaty Pakpahan
Anda dapat membantu kami memperbaiki terjemahan ini dengan meninjau untuk meningkatkan akurasi terjemahan. Pelajari lebih lanjut (English).
Pertanyaannya bukanlah apakah Allah bersuka di dalam anak-anak-Nya. Ia bersuka. Ada dua sisi pertanyaan: Satu, ada apa dengan kita sehingga Ia bersuka? Dan kedua, mengapa Ia memberitahu kita bahwa Ia bersuka di dalam kita. Apa pengaruh yang Ia ingin kita rasakan dengan memberitahu bahwa Ia bersuka? (Ketika saya berkata "Allah," maksud saya adalah Allah bagi kita di dalam Kristus. Maksud saya adalah tritunggal, Allah orang Kristen.)
Pertama-tama, perhatikanlah beberapa ayat yang membicarakan kesukaan Allah di dalam umat-Nya dan pujian terhadap umat-Nya.
- Zefanya 3:17, "TUHAN Allahmu ada di antaramu sebagai pahlawan yang memberi kemenangan. Ia bergirang karena engkau dengan sukacita.
- Mazmur 147:11, "TUHAN senang kepada orang-orang yang takut akan Dia, kepada orang-orang yang berharap akan kasih setia-Nya."
- 1 Petrus 1:6-7, "Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan.Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu--yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api--sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya."
- Roma 2:29, "Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah. Maka pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah.
- 1 Korintus 4:5, "Karena itu, janganlah menghakimi sebelum waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. Ia akan menerangi, juga apa yang tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati. Maka tiap-tiap orang akan menerima pujian dari Allah."
Untuk menjawab pertanyaan di atas kita juga perlu melihat kebenaran yang Allah perintahkan agar kita bersuka di dalam Dia.
- Mazmur 37:4 berkata, “Dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu."
- Filipi 4:4, "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!
- Roma 5:2, "Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah.
- Mazmur 43:3,"Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah."
- Mazmur 70:5, "Biarlah bergirang dan bersukacita karena Engkau semua orang yang mencari Engkau; biarlah mereka yang mencintai keselamatan dari pada-Mu selalu berkata: "Allah itu besar!"
- Mazmur 63:4, "Sebab kasih setia-Mu lebih baik dari pada hidup; bibirku akan memegahkan Engkau.
Catatan: Dua ayat terakhir menunjukkan sesuatu yang krusial. Seseorang berkata bahwa jika Anda mencintai keselamatan Allah biasanya Anda tidak berkata, "Keselamatan Allah itu besar!" Anda berkata, "Allah itu besar. Dan saat Anda mengalami kasih setia Tuhan yang, Anda biasanya tidak berkata, "Bibirku akan memegahkan kasih setiamu." Anda bisanya berkata, "Bibirku akan memegahkan Engkau!" Dengan kata lain, dalam semua ayat-ayat tersebut perintahnya adalah bersuka di dalam Allah itu sendiri, dan semua berkat-berkat lainnya yang kita nikmati akan memimpin kita kepada Allah itu sendiri sebagai kepuasan terpenuh dan terakhir kita.
Karena itu, dalam menjawab pertanyaan pertama jawaban saya adalah: Pada intinya, apa yang membuat Allah bersuka tentang kita adalah bahwa kita bersuka di dalam Dia.
Satu cara untuk memahami ini adalah dengan mengatakan yang sudah jelas: Allah menyenangi apa yang benar. Ia bersukacita akan perbuatan kita memikirkan dan merasakan serta melakukan apa yang benar. Jadi kita harus bertanya, pada akhirnya apa itu yang benar? Apa yang membuat sesuatu "benar"? Jawaban saya adalah: "Kebenaran" adalah berpikir, merasakan, dan bertindak dengan cara yang diungkapkan dalam proporsi yang benar nilai apa yang paling berharga. Kebenaran adalah berpikir, merasakan, dan melakukan apa yang mengalir dari persepsi yang benar akan nilai tertinggi Allah . Kebenaran adalah melihat melihat dengan benar, menikmati dengan sepatutnya, dan secara konsisten menunjukkan dalam tindakan nilai Allah yang tak terhingga. Karena itu, kita melakukan apa yang benar apabila kita memahami kebenaran nilai Allah, dan merasakannya sebanding dengan supremasi Allah yang universal, dan melakukannya dengan cara yang mengekspresikan supremasi nilai Allah. Itulah arti "benar."
Dengan demikian, saat kita berkata Allah bersuka dalam pikiran, perasaan, dan melakukan apa yang benar, maksud kita adalah bahwa ia bersuka dalam perbuatan kita melihat, merasakan, dan menunjukkan supremasi nilai Allah sendiri. Allah menghargai kita menghargai dia. Allah bersuka kita bersuka di dalam dia.
Pertanyaan kedua yang kita tanyakan di atas adalah: Mengapa Allah mengatakan hal itu kepada kita? Haruskah kita senang mendengarnya? Ya, kita harus senang mendengarnya. Tapi kenapa? Apa dasar sukacita kita mendengarnya? Bisa saja mendengarnya, dan senang mendengarnya, dengan cara yang menghancurkan hati.
Alasan yang tepat untuk senang bahwa Allah bersuka dalam sukacita kita di dalam dia adalah karena hal itu menyatakan bahwa sukacita kita sungguh-sungguh di dalam Allah. Hal ini meneguhkan pandangan kita yang semakin kokoh di dalam Dia dan memperdalam sukacita kita dalam keindahan-Nya. Tapi ada cara yang menghancurkan hati dalam merespons pujian Allah terhadap kita. Bagaimana jika kita mendengar pujian dan ditarik menjauh dari bersuka dalam Tuhan menjadi bersuka dalam sukacita Allah di dalam kita? Bagaimana jika kita mendengar pujiannya sebagai pengingat atas apa yang benar-benar kita senangi, yaitu, dipuji-puji? Bagaimana jika pada dasarnya apa yang membuat kita gembira bukanlah Allah itu sendiri, melainkan perhatian Allah, pujian Allah? Jika pada dasarnya begitu, maka kita tidak bersuka di dalam Allah, melainkan hanya menggunakan kesukaan di dalam Allah untuk mendapatkan pujian. Itu sangat menghancurkan hati. Ketika sukacita Allah di dalam kita menarik kita untuk bersuka karena kita disenangi, kita berhenti melakukan hal yang paling membuat Allah bersuka di dalam kita.
Pengajaran bahwa Allah bersuka di dalam kita sangat berbahaya. Benar sekali. Dan sangat berbahaya. Alasan mengapa sangat berbahaya adalah kita jatuh dan kenikmatan tertinggi dari tabiat kita yang jatuh bukanlah seks melainkan meninggikan diri sendiri. Tabiat dosa kita senang dipuji atas siapa kita dan apa yang telah kita lakukan.
Obat untuk ini adalah tidak menjadikan Allah sebagai pemuji, dan berpikir semuanya baik-baik saja. Bisa jadi semua tidak baik-baik saja, melainkan mematikan. Pujian Allah atas kita membawa kebaikan bagi kita, jika kita mendengarnya sebagai konfirmasi bahwa kita sungguh-sungguh bersuka di dalam Dia. Pujian Allah atas kesukaan kita di dalam Allah dimaksudkan untuk membantu kita untuk tetap bersuka di dalam Allah, dan perhatian kita tidak dialihkan oleh apa pun. Allah tidak ingin pujiannya atas kesukaan kita di dalam Dia akan menjauhkan kita dari bersuka di dalam Dia menjadi bersuka karena dipuji oleh Dia.
Dengarkan saya baik-baik. Kita memang senang dipuji oleh Allah. Tapi tidak seperti sukacita yang dirasakan pikiran jasmani. Pujian Allah atas kita bukanlah dasar sukacita kita. Kita tidak boleh membiarkan pujian-Nya mengalihkan perhatian kita dari hal yang sangat ia puji—yaitu, kesukaan kita di dalam Dia. Kita bersuka dipuji Allah karena itu memberikan konfirmasi dan meningkatkan fokus kita pada Dia, bukan sebaliknya mengalihkan perhatian kita dari Dia. Bahkan kesenangan Allah yang penuh kemurahan atas kesukaan kita yang tidak sempurna di dalam Dia membuat Ia lebih indah. Semoga mereka yang mendengar, "Baik sekali perbuatanmu hamba-Ku yang baik dan setia, " berkata, "Betapa besar dan penuh kemurahan Allah kita!"
Hubungan antara apa yang saya katakan disini dengan doktrin pembenaran oleh iman adalah bahwa Allah melihat kepada anak-anak-Nya melalui lensa pertalian kebenaran Kristus. Ini bermakna dua hal: Satu adalah bahwa Allah memperhitungkan kita sempurna di dalam Kristus. Yang kedua adalah Ia tetap bisa melihat kita dalam melakukan siapa kita secara posisi di dalam Kristus. Lensa pertalian membuat kita mendapatkan hak tak terbantahkan berdiri bersama Allah. Lensa pertalian ini juga menjamin Allah bersukacita dalam kesukaan kita yang tidak sempurna di dalam Dia. Yaitu, sekalipun kita perhitungkan benar di dalam Kristus, Allah tetap bisa melihat perbuatan dosa kita dan buah-buah Roh Kudus di dalam hidup kita Itulah sebabnya Ia bisa bersuka dalam kita dalam derajat yang lebih besar atau lebih kecil. Kita mengetahui ini karena ia memperhitungkan kita kita sebagai kebenaran (Roma 4:4-6) dan ia menerima hukuman atas dosa dida dalam hidup kita (1 Korintus 11:32). Karena itu Allah bersuka dalam kesukaan kita di dalam Dia bervariasi dalam proporsi akan kasih di hati kita, tapi ini hanya mungkin karena Allah mempertalikan kita dengan kebenaran Kristus yang sempurna.
Yang bersama-sama dengan Anda rindu untuk tetap bersuka di dalam Allah.
Pastor John