Ketika Para Pendeta Seharusnya Takut Sekali
Dari Gospel Translations Indonesian
Oleh Paul Tripp Mengenai Penggembalaan
Terjemahan oleh Yopi Jalu Paksi
Anda dapat membantu kami memperbaiki terjemahan ini dengan meninjau untuk meningkatkan akurasi terjemahan. Pelajari lebih lanjut (English).
Di dunia yang dirusak oleh dosa sehingga tidak berfungsi seperti yang dikehendaki Allah, ada banyak alasan bagi setiap pendeta untuk takut. Jika tidak demikian, tentu akan dianggap bodoh dan kurang bijaksana. Namun, Anda harus menjaga hati agar tidak dikuasai oleh ketakutan. Jadi, marilah kita memandang ketakutan dan pelayanan pastoral apa adanya.
Ada saja alasan untuk takut menjalin hubungan dengan orang-orang berdosa. Setiap orang yang melayani dan dilayani Anda adalah manusia berdosa yang memerlukan penebusan. Tidak seorang pun di antara mereka yang memiliki hati yang murni. Tidak ada yang benar-benar bebas dari dosa pikiran, keinginan, hawa nafsu, atau motivasi. Tidak ada yang selalu mengatakan hal yang benar. Tidak ada yang selalu membuat pilihan yang tepat. Tidak ada selalu memiliki niat yang mulia. Tidak ada bebas dari perbuatan egois atau menyombongkan diri. Tidak ada yang benar-benar setia. Tidak ada yang selalu mendukung Anda. Oleh karena itu, hubungan dalam tubuh Kristus berantakan dan kacau balau. Di sanalah kita mengalami sukacita yang membahagiakan, tetapi juga dukacita yang menyayat hati. Takut akan dosa yang bisa memicu perebutan kekuasaan, pemecahbelahan kelompok; menimbulkan sikap kritis dan menghakimi, mengasihani diri sendiri, tidak setia; dan akhirnya menyebabkan perpecahan adalah ketakutan yang religius dan bertanggung jawab.
Ketakutan bisa menjadi hal yang sangat baik dan kudus. Ketakutan yang mendorong Anda untuk melindungi orang-orang dalam pelayanan dari serangan-serangan kuasa jahat di dalam diri maupun di luar diri mereka adalah hal yang sangat baik. Ketakutan yang mewaspadai keadaan sekitar, berdasarkan Injil, memerangi dosa, dan mengandalkan anugerah Yesus adalah cara hidup yang sangat baik di dunia yang masih mengerang menanti penebusan.
Ketakutan bisa menjadi hal yang jahat dan berbahaya. Ketakutan bisa menguasai pancaindera Anda. Ia bisa mengacaukan pikiran Anda. Ia bisa mencuri keinginan Anda. Ia bisa mengganggu saat teduh sehingga Anda lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengkhawatirkan masa depan ketimbang mengingat Allah. Ketakutan bisa menyebabkan Anda salah mengambil keputusan jangka pendek dan gagal mengambil keputusan jangka panjang. Ketakutan bisa membuat Anda bodoh dan lupa diri. Ketakutan bisa mendorong Anda memaksakan kehendak. Ia bisa membuat Anda tidak memercayai orang-orang yang Anda percayai. Ia bisa mendorong Anda untuk menuntut daripada melayani. Ia bisa membuat Anda berlari saat seharusnya diam dan diam saat Anda sebenarnya harus berlari. Ketakutan bisa membuat Allah tampak kecil dan persoalan Anda bertambah besar. Ketakutan bisa membuat Anda mencari pemberian Tuhan dari orang lain. Ketakutan bisa menimbulkan ketidakpercayaan dan keraguan terbesar dalam diri Anda. Hati Anda memiliki ketakutan, karena Anda dirancang untuk hidup dalam takut akan Allah. Namun ketakutan secara horisontal tidak boleh menguasai hati Anda, sebab jika tidak demikian, hal itu akan menghancurkan Anda dan pelayanan Anda.
Ketakutan hanya bisa ditaklukkan oleh ketakutan. Takut akan Allahlah solusi sejatinya. Hanya takut akan Allahlah yang memiliki kekuatan spiritual untuk menguasai semua ketakutan horisontal yang bisa menguasai hati Anda. Ketakutan relasional-situasional-kedudukan ini perlu ditempatkan dengan wajar dan tidak boleh melebihi ketakutan besar—takut akan Tuhan. Mungkin ini mirip dengan pernyataan Amsal yaitu, “Takut akan Tuhan adalah permulaan hikmat.” Membiarkan diri dijungkirbalikkan oleh ketakutan apa pun yang menguasai Anda pada saat tertentu sama halnya dengan mempraktikkan cara hidup yang kurang bijaksana, kurang teguh, dan kurang produktif. Mengurangi ketakutan dalam hidup tidak pernah membebaskan hidup dari rasa takut. Ini justru membuat Anda lebih ketakutan, makin was-was, dan akhirnya sangat ketakutan. Hanya oleh hadirat Allahlah, yang jauh melebihi persoalan apa pun, Anda bisa dilindungi dan dibebaskan dari ketakutan yang melumpuhkan atau menyebabkan Anda membuat keputusan bodoh.
Hidup yang bijaksana, teguh, dan bebas dari ketakutan tidak perlu menyangkal sesuatu yang sedang dihadapi. Sebaliknya, kehidupan seperti itu justru tampak saat Anda menghadapi situasi apa pun dengan sudut pandang ketakutan mulia yang membebaskan dan menguatkan kepada Pribadi yang Mahakuasa yang seharusnya Anda takuti. Takut akan Allah sesungguhnya berfungsi sebagai kunci agar hati Anda tidak dikuasai oleh ketakutan. Hanya ketika anugerah yang menimbulkan takut akan Allah menguasai hati, iman Anda semakin teguh dan Anda memiliki ketakutan yang benar.