Keselamatan yang Terbesar/Murka Allah

Dari Gospel Translations Indonesian

Langsung ke:navigasi, cari

Yang Berhubungan Dengan Sumber Daya
Lagi Oleh C.J. Mahaney
Indeks Pengarang
Lagi Mengenai Murka Tuhan
Indeks Topik
Tentang terjemahan ini
English: This Great Salvation/The Wrath of God

© Sovereign Grace Ministries

Bagikan ini
Misi Kami
Terjemahan ini diterbitkan oleh Injil Terjemahan, sebuah pelayanan yang ada untuk membuat buku-buku dan artikel injil-tengah yang tersedia secara gratis untuk setiap bangsa dan bahasa.

Pelajari lebih lanjut (English).
Bagaimana Anda Dapat Membantu
Jika Anda mampu berbahasa Inggris dengan baik, Anda dapat membantu kami sebagai penerjemah secara sukarela.

Pelajari lebih lanjut (English).

Oleh C.J. Mahaney Mengenai Murka Tuhan
Bab 6 buku Keselamatan yang Terbesar

Terjemahan oleh Godlief Wesley

Review Anda dapat membantu kami memperbaiki terjemahan ini dengan meninjau untuk meningkatkan akurasi terjemahan. Pelajari lebih lanjut (English).


  A broom

This page may need clean-up to meet our quality standards. Please consider helping by reviewing the translation quality and editing the page to meet our formatting standards.



Literatur Kristen yang paling popuplar pada saat ini adalah sesuatu yang berhubungan dengan “self-esteem” (Rasa harga diri). Tetapi subyek yang berhubungan dengan dosa sering sekali terlupakan bahkan terkadang ditentang habis-habisan. Seorang penulis Kristen Mengatakan “Jika kita menganggap dosa sebagai pemberontakan terhadap Tuhan maka tindakan kita merupakan tindakan yang sangat rendah dan juga penghinaan atas derajat manusia.” Walaupun saya menghargai kejujuran orang ini, tetapi saya sangat khawatir akan pandangannya dan orang-orang yang mendukung pandangan tersebut. Karena pandangan ini sangat tidaklah Alkitabiah. Hal ini akan menghalangi kita untuk memahami keseriusan dari dosa, realita dari murka dan pentingnya salib.
Pelajaran Tambahan:
Mari kita tingkatkan pandangan yang tepat akan diri kita self-image (dan menghancurkan rasa harga diri) dengan membahas ulang 1 Raja-raja 8:46, Yeremia 17:9, Roma 3:10-18, 23, dan 1 Yohanes 1:8

Yesus tidak menempuh salib untuk melepaskan kita dari harga diri kita yang rendah (low self esteem), tetapi dari sesuatu yang jauh lebih serius: yaitu murka Allah dan kenyataan akan dosa, kuasa dan hukuman dari dosa (dimana in berhubungan dengan kecongkakan, atau rasa harga diri yang berlebihan, yang sungguh memiliki peranan yang besar dalam hidup kita).

Untuk memahami bagaimana kasih karunia yang sangat besar tersebut maka kita juga harus memahami bahwa dampak dari dosa merupakan  hal yang serius. Untuk menghargai cinta Tuhan, maka kita harus memahami dahulu kemurkaan-Nya. Segala sesuatu yang kita lakukan untuk mengevaluasi dosa kita secara nyata— dan akibat dari dosa yang sangat mengerikan tersebut — merupakan langkah yang penting di saat kita menelusuri doktrin tentang pembenaran (justification).

Daftar isi

Menoleh ke Kaca Spion

Kalau anda adalah seorang pengurus/koordinator dari KKR yang dibawa oleh Yesus, yaitu: “Mesias A.D. ‘32”, Manakah diantara kotbah – Nya yang akan anda edit?
  • "Jikalau seseorang datang kepada-Ku ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku." (Lukas 14:16)
  • Tetapi Yesus berkata: “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk kerajaan Allah.” (Lukas9:62)
  • "Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat." (Matius 5:11)
  • Tetapi Yesus berkata kepadanya: "biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah kerajaan Allah di mana-mana." (Lukas 9:60)
  • "Sekali lagi aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui  lubang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah”. (Matius 19:24)
  • "Jangan kamu menyangka, bahawa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang." (Matius 10:34)
  • Tetapi aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu , berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. (Matius 5:39,41)(Tidakkah kamu merasa gembira kalau Yesus bkan seorang politikus?)

“Jadi siapa yang ada didalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. Memikirkan keajaiban akan process pembaruan (regeneration) sesungguhnya memberikan kita alasan untuk bergembira. Jika kita tidak sering melihat kebelakang, mengingat siapa kita sebelum belas-kasihan (mercy) Tuhan yang memperbaharui (regenerate) kita, maka sorak sorai kita akanlah terkesan sangat palsu. Seperti yang sering diutarakasn oleh Martin Luther, “ Seseorang harus berhadapan dan melawan segala keberdosaannya habis-habisan sebelum ia bisa menikmati kenyamanan dari keselamatan (salvation)

Dalam satu ayat singkat Paulus memaparkan persengketaan yang ada diantara kita dan Tuhan sebelum kita menjadi Kristen: “Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat” (Kolose 1:21). Rasa perlu yang multak dan keuntungan yang sangat jelas yang didapatkan dari pembenaran (Justification) haruslah menjadi focus kita ketika kita mencerna ayat yang sangat menyedihkan tersebut.

Hidup Jauh dari Allah. Paulus memaparkan hal ini lebih jauh dalam suratnya ke gereja Ephesus city: “bahwa waktu itu kamu Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, pengharapan dan Allah di dunia.” Kita dijauhkan dari Tuhan memiliki sensitivitas akan kenyataan dosa. Seperti yang disampaikan oleh Peter T. O Brien, kita biasanya terus menerus dan selalu bersikeras untuk tidak berada didalam satu keselarasan (harmony) dengan Tuhan”[1]

Pada saat ini, aku meragukan bahwa anda yang sekarang sadar bahwa anda dahulu terus menerus dan selalu bersikeras. Sebelum saya menjadi Kristen saya secara total tidak sadar akan hidup saya yang terpisahkan dari Tuhan. Saya dahulu sepenuhnya memiliki komitmen terhadap gaya hidup berpesta pora, saya dahulu sangat menikmati kenikmatan yang sesaat dari dosa. Pengetahuan saya akan Tuhan dan ketertarikan saya akan-Nya sangatlah kecil.

Adapun kita merasakan keterpisahan kita ataupun tidak merasakannya pada waktu tersebut, kitab menyatakan bahwa setiap orang memiliki kebutuhan yang mendalam untuk dapat berdamai dengan Tuhan. Keterasingan kita sangatlah multak. Kalau bukan karena interupsi dari belaskasihan Allah, maka kita akan terpisahkan dari-Nya untuk kekekalan. Tidak ada yang dapat kita lakukan lagi untuk merubah status “diasingkan/terpisah” kita.

Renungkan Roma 1:28-32 Kalimat ini tidak menunjukan sekelompok orang yang paling berdosa di dunia --- Kalimat tersebut menjelaskan kondisi natural dari setiap orang yang tidak pernah mengalami pembaruan(regeneration). Coba lihat juga Ephesus 2:1-3.

Dan karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Alah, maka Allah menyerahkan mereka kepada pikira-pikiran terkutuk, sehingga mereka melakukan apa yang tidak pantas: penuh dengan rupa-rupa kelaliman, kejahatan, keserakahan dan kebusukan, penh dengan dengki, pembunuhan, perselisihan, tipu muslihat dan kefasikan. Mereka adalah pengumpat, pemfitnah, pembenci Allah, kurang ajar, congkak, sombong, pandai dalam kejahatan, tidak taat kepada orang tua, tidak berakal tidak setia, tidak penyayang tidak mengenal belas kasian. Sebab walaupun mereka mengetahui tuntutan-tuntutan hokum Allah, yaitu setiap orang yang melakukan hal-hal yang demikian, patut dihukum mati, mereka bukan saja melakukannya sendiri, tetapi mereka juga setuju dengan apa yang mereka lakukan.

Yang memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran. Desas desus yang terus ada dan yang sangat popular yaitu “manusia pada dasarnya adalah baik (man is essentially good). Memang kita membuat kesalahan, tetapi secara keseluruhan kita adalah orang-orang yang cukup baik. Setiap orang yang mempercayai mitos tersebut merupakan orang-orang yang tidak pernah memberikan perhatian mereka secara penuh dalam hal tersebut. Seperti yang telah diutarakan oleh Paulus secara jelas ke umat di Kolose, kita bukanlah rekan dari Tuhan (God’s Allies) dan juga bukan merupakan orang yang berada di posisi yang netral. R.C. Lucas mengatakan bahwa kita selalu bersikap menentang (antagonistic), bukan hanya tidak perduli (apathetic).”[2] Teologian Anthony Hoekema memberikan suatu pendapat yang bagus dalam pernyataannya: “Dosa secara mendasar (fundamentally) merupakan perlawanan (opposition) kepada Tuhan, pemberontakan terhadap Tuhan, yang berakar dari rasa benci terhadap Tuhan.”[3]<o:p></o:p>

 “Kita memiliki illusi bahwa waktu akan membatalkan/ menghilangkan dosa. Saya telah mendengar banyak dari orang lain dan saya juga melihatnya dalam diri saya ketika saya menghitung kekejaman dan kesalahan yang telah saya lakukan ketika saya masih muda, seolah-olah hal tersebut tidak ada hubungannya dengan saat ini, Tetapi waktu tidak dapat melakukan apa-apa terhadap kenyataan ataupun perasaan bersalah  yang muncul dari dosa. [4]” - C.S. Lewis<o:p></o:p>

<o:p> </o:p>

Sebelum anda menjadi Kristen anda membenci Tuhan. Saya juga begitu. Jangan kamu merasa bangga dan menipu dirimu akan pemikiran yang berbeda dengan pernyataan tadi. Anda tidak akan menghargai bahwa anda mencintai Dia sekarang jikakalau anda tidak menyadari bahwa anda membenci-Nya dahulu. Kejahatan ada didalam kebiasaanmu. Kita selalu mengasosiasikan kata “kejahatan (evil)” dengan kekejian yang dilakukan oleh Saddam Hussein ataupun Adolf Hitler. Namun segala sesuatu yang menentang maupun menolak otoritas dari Tuhan merupakan suatu bentuk kejahatan (Evil). Berdosa berarti menentang dan tidak menghiraukan hukum moral dari Tuhan. Ini bisa saja berhubungan dengan tujuan (motive), kelakuan ataupun tindakan. Dalam pandangan Tuhan, bahkan kelakuan kita yang “terbaik” berada pada suatu tingkat kekejian (evil).

Pada saat kita melakukan dosa kita akan terjerat kedalam masa lalu yang tidak mungkin lagi dapat diubah. Apapun yang di catat/ diketahui tentang diri kita selamanya penuh dengan cacat. Yang pada akhirnya Tuhan yang Maha Kuasa membuka dan melihat kembali catatan-catatan tersebut.

Untuk pelajaran yang lebih lanjut: Bacalah Roma 1:18-21. Bisakah orang yang tidak pernah mendengarkan injil ataupun membaca Alkitab dapat dituduh sebagai musuh Tuhan? Paparkan satu ataupun dua hal yang anda lakukan sebelum kamu menjadi seorang Kristen yang anda rasa dapat dikategorikan sebagai suatu yang baik. Lalu, bacalah Mazmur 14:2-3 dan Yesaya 64:6, dan simpulkan secara singkat pandangan Tuhan atas perbuatan “baikmu” tersebut.<o:p></o:p>

<o:p> </o:p>

 “Pada suatu saat”, Kata R.C. Sproul, “kita semua terbelengu dalam satu pemikiran yang memprihatinkan, dimana kita semua akan berdiri dihadapan Tuhan yang akan menghakimi kita.  Rasa takut yang muncul tersebut datang dari kesadaran kita bahwa kita tidak akan dapat mendengar kata: “Tidak bersalah’”[5] Masa lalu kita akan terus menghantui kita dan disebabkan dari tindakan kita yang terus membantah otoritas Tuhan dari waktu ke waktu. Kita tidak lagi memiliki dalih. Walau pun Tuhan adalah Tuhan yang berbelas kasian (mercy), Tuhan dalam keadilannya tidak akan mengacuhkan dan membiarkan pemberontakan kita. Dia akan meminta pertanggung jawaban kita.

Apakah anda terbuai dalam status anda sebagai ciptaan yang baru (new creation) hingga anda telah melupakan bahwa anda telah terpisahkan dari Kristus? Apakah anda menyadari arti dari pengampunan atas murka Tuhan? Merenungi dosa kita dan murka Tuhan tidak akan membawa kita ke penghukuman, akan tetapi ia akan membawa kita ke penghargaan yang mendalam atas apa yang telah dicapai oleh Yesus ketika Ia disalib. Bila engkau tidak pernah merasa terpukul oleh ketidak bergunaan (unworthiness) anda, saya akan ragu bahwa anda menyadari ataupun menghargai kasih karunia dari Tuhan. Saya mempertanyakan hal ini kepada anda dengan sikap hormat, apakah sebenarnya anda sama sekali tidak mengenal dia.

[[|]] [edit] Terjebak di Jaman Batu

Stuck in the Stone Age

"Pelanggaran - pelanggaran hukum moral dalam bentuk apapun sama artinya dengan terang-terangan melawan Tuhan secara langsung.  Pada saat kita tetap melakukan pelanggaran hukum moral tersebut,tindakan itu akan menjadi bagian yang integral dari keseluruhan gerakan resistansi (?), yaitu, dalam meyakinkan natur ke-Allaha-an nya yang abstrak dan sangat krusial, dia diharuskan untuk ambil bagian dan sekaligus untuk melawan." [6]” - Bruce Milne<o:p></o:p>

Murka Tuhan bukanlah merupakan topik pembicaraan yang popular bagi generasi “baby boomer” yang selalu terobsesi oleh pengembangan diri sendiri. Saya hingga saat ini tidak pernah mendengar Oprah Winfrey meluangkan waktu siarnya membahas tentang Murka Allah. Kebudayaan kita tidak akan pernah menganggapnya dengan serius. Ini seolah-olah dianggap sebagai satu pemikiran purba kala. Yang lebih menakutkan adalah kenyataan bahwa gereja juga melakukan hal yang sama terhadap subjek ini.  Banyak gereja tidak pernah mnyampaikan kotbah tentang murka Allah. Banyak para teolog mengabaikannya. Mereka merasa malu terhadap pemikiran jaman batu yang menekankan neraka dan kesengsaraan, kebanyakan diantara kita melunakan hal ini ataupun tidak mau percaya akan wujudnya hal tersebut. Hal yang sangat umum yang dapat kita lihat adalah penekanan cinta Tuhan yang berlebihan tanpa menghubungkannya dengan kekudusan-Nya dan murka-Nya

Renungkan Roma 11:22. Bisakah anda menerima bahwa Tuhan memiliki suatu kekontrasan  dari sifatnya? Bagaimanakah caranya untuk mendemonstrasikan karakter- karakter tersebut?<o:p></o:p>

 <o:p></o:p>

Ketika kita semua mencoba menyembunyikan suatu segi dari Tuhan yang “memalukan” ini (yaitu murka Tuhan), kita mengirimkan tanda kepada kebudayaan kita bahwa: Tuhan tentunya mengerti, simpati, sabar, dan sentimental. Tuhan itu baik! Tuhan adalah “Cosmic Mr. Roger”, yang selalu siap untuk menyambut anda dengan senyuman yang hangat dan kata-kata yang menyamankan.

Setiap ayat referensi di bawah ini memberikan diskripsi khusus tentang kesengsaraan di neraka. Pada bagian kosong disamping setiap ayat, namakanlah kondisi yang terungkap.<o:p></o:p>

<o:p> </o:p>

Misalkan:<o:p></o:p>

<o:p> </o:p>


berhargaan yang penuh<o:p></o:p>




____________________________<o:p></o:p>




21____________________________<o:p></o:p>




____________________________<o:p></o:p>





____________________________<o:p></o:p>




____________________________<o:p></o:p>

 (Jawabannya ada pada Footnote.[7])<o:p></o:p>

Karena kita memiliki kesukaran untuk menghubungkan (mendamaikan) Murka dengan persepsi kita akan Tuhan yang penuh cinta, maka gereja dan kebudanyaan mencoba untuk menciptakan Tuhan dengan gambaran mereka sendiri. Tetapi ayat dari alkitab tidak pernah memungkiri Murka Tuhan. Nyatanya, A.W. Pink menitik beratkan bahwa referensi mengenai murka Tuhan dalam Alkitab lebih banyak dari pada kasih-Nya. Mungkin kita tidak banyak mengaris bawahi kalimat-kalimat tersebut, tetapi kita harus mulai untuk melakukannya. Kita harus memulai untuk mempelajari murka Allah dengan sungguh-sungguh lagi.

 “Mitos yang paling merusak dari agama pada abad ke dua puluh di amerika adalah……Tidak ada murka pada Allah. Tidak ada lagi yang dapat mendorong <st1:city w:st="on">gaya</st1:city>  hidup <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">tampa</st1:city></st1:place> Tuhan selain daripada mitos tersebut.[8]” – R.C. Sproul<o:p></o:p>

Paulus dan penulis Alkitab yang lain tidak pernah merasa berat untuk mengekpresikan murka Allah. Kenapa? Karena mereka tahu kalau untuk memahami perubahan dari pembenaran (Justification) harus dimulai dengan realita dari murka Allah. <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Tampa</st1:city></st1:place> memahami kepastian dari murka Allah maka kita tidak dapat memahami perlunya pembenaran (Justification). <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Tampa</st1:city></st1:place> murka Allah, kita tidak akan memiliki kabar baik (Gospel). <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Tampa</st1:city></st1:place> murka Allah, kita tidak akan pernah merasa  perlu untuk dibenarkan (oleh Allah) di hadapan Allah Yang Maha Kuasa.

Untuk pelajaran yang lebih lanjut: Untuk melihat apa yang dikatakan oleh Alkitab mengenai neraka, coba lihat Matius 3:12, 5:22 dan Markus 9:47-49, Lukas 3:17, dan 2 Petrus 2:4.<o:p></o:p>

<o:p> </o:p>

Sangat sukar untuk menyampaikan murka Tuhan secara efektif. Beberapa orang yang mencoba untuk menjelaskannya seolah-olah sangat menikmati horror yang akan datang menimpa orang-orang berdosa. Ini bukanlah menjadi satu sikap dari Tuhan maka kita juga tidak boleh bersikap demikian. Mungkin <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">surat</st1:city></st1:place> kabar lokal anda tidak akan mau untuk menyelidiki subjek dari kemurkaan Tuhan —Setidaknya tidak didalam cara yang Alkitabiah— jadi marilah kita bersama-sama menyelami apa yang disampaikan oleh Alkitab mengenai topik ini.

[[|]] [edit] Ketika Dosa dan Kekudusan Bertubrukan

Jack Kevorkian dinyatakan sebagai “Doctor Death” (doctor maut)        oleh media ketika ia menggunakan alat khusus untuk membantu orang untuk bunuh diri. Saya tidak pernah melupakan waktu saya melihat cuplikan video dari Kerovian dan dua wanita, yang mereka buat sebelum nyawa mereka diambil. Wanita tersebut kelihatan sangat tenang ketika mereka menyampaikan keinginannya untuk mengakhiri nyawa mereka. Saya merasa sedih dan juga merasakan ke-ngerian. Mereka benar-benar tidak memiliki gambaran akan apa yang akan terjadi setelah kematian. Karena mereka tidak ingin untuk berhadapan dengan penyakit yang mengerogoti tubuh mereka. <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Tampa</st1:city></st1:place> mereka sadar mereka memojokkan jiwa mereka ke murka Allah.

Murka Allah sangat nyata. Dan sangat menakutkan. Ketika kekudusan-Nya dan dosa kita saling bertubrukan, maka hasil yang tidak dapat dihindari adalah Murka, Dimana J.I. Parker menyebutnya sebagai : “ Tindakan Tuhan yang tidak akan berubah dalam hukuman-Nya akan dosa”.

Tuhan tidak akan men-tolerir, ataupun dia hanya sekedar terganggu atas dosa kita. Novel horornya Stefen King seolah-olah hanya berupa puisi anak-anak bila dibandingkan dengan murka-Nya. Semakin banyak yang anda ketahui tentang Dia, semakin meningkat pula rasa takut anda kepada-Nya. Dan ini merupakan hal yang baik. Bila setiap orang yang ada pada generasi ini memiliki rasa takut akan Allah yang mendalam, maka pandangan akan dosa kita yang dangkal itu pun akan menjadi lebih dalam.

 “Ini sebagian disebabkan karena dosa tidak menimbulkan rmurka pada kita maka kita juga percaya bahwa dosa tidak akan menimbulkan murka Allah.[9]” - R.W. Dale<o:p></o:p>

<o:p> </o:p>

Nabi yang bernama Habakuk menyampaikan sesuatu tentang Tuhan: “Mata-Mu terlalu suci untuk melihat kejahatan dan engkau tidak dapat memandang kelaliman.” (Hab 1:13). Dalam mengungkapkan penghakiman yang akan datang dari Tuhan kepada orang Niniveh, Nahum bernubuat,

Tuhan itu Allah yang cemburu dan pembalas, Tuhan itu pembalas dan penuh kehangatan amarah. Tuhan itu pembalas kepada para lawan-Nya dan pendendam kepada para musuh-Nya Tuhan itu panjang sabar dan besar kuasa, tetapi Ia tidak sekali-kali membebaskan dari hukuman orang yang bersalah. Ia berjalan dalam puting beliung dan badai, dan awan adalah debu kaki-Nya. Siapakah yang tahan berdiri menghadapi geram-Nya? Dan siapakah yang  tahan tegak menghadap murka-Nya yang menyala-nyala? Kehangatan amara-Nya tercurah seperti api, dan gunung-gunung batu menjadi roboh dihadapan-Nya. Tuhan itu baik; Ia adalah tempat pengungsian pada waktu kesusahan; Ia mengenal orang-orang yang berlindung kepada-Nya dan menyeberangkan mereka pada waktu banjir. Ia menghabisi sama sekali orang-orang yang bangkit melawan Dia, dan musuh-Nya dihalau-Nya ke dalam gelap. (Nahum 1:2-3,6-8)

<o:p> </o:p>

<o:p> </o:p>

Renungkan Keluaran 20:18-20. Musa memaparkan “takut akan Tuhan”, sebagai hal yang baik, dan juga meminta agar semua orang untuk tidak merasa takut kepada Tuhan. Bisakah anda melihat perbedaannya disini?<o:p></o:p>

<o:p> </o:p>

<o:p> </o:p>

<o:p> </o:p>

Murka Tuhan bukan hanya terbatas pada orang-orang di Niniveh. Walaupun ia menunjukkan kesabaran-Nya, dan ia “lambat menunjukkan amarah-Nya”, dosa kita telah memancing kemarahan-Nya. Jikalau kita menolak kebaikan Allah yang telah diberikan melalui Yesus dan dari akhir penebusan Yesus Kristus, suatu hari nanti kita akan mengalami kerasnya Allah, dan kita tidak akan memiliki siapapun untuk dipersalahkan selain diri kita sendiri.

<o:p> </o:p>

Renungkan Mazmur 78:38-39 Apa yang akan mengejutkan kita tentang Tuhan bukanlah amarah-Nya, tetapi tindakannya yang sering manahan diri untuk melepaskan murka-Nya.<o:p></o:p>

<o:p> </o:p>

Tuhan bukan hanya  menyampaikan murka-Nya melalui nabi-nabi kecil dalam perjanjian lama. Paulus menulis pasal pertama dari suratnya ke orang-orang Roma, “Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman” ” (v.18). Murka Allah hadir secara nyata pada jamannya Paulus, dan kehadiran murka-Nya jugalah sama nyatanya pada jaman ini. Anda janganlah heran dikemudian hari Amerika akan dihakimi. Amerika telah mengalami murka Tuhan. Ketika satu individu menyebut hal yang benar sebagai hal yang salah dan hal yang salah sebagai hal yang benar, ketika hidup <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">tampa</st1:city></st1:place> moral dan perzinahan menjadi suatu norma, maka ini adalah suatu perwujudan dari murka Tuhan. Satu hal yang paling efektif dan paling menakutkan dari bentuk penghakiman Tuhan adalah bila Tuhan berhenti untuk campur tangan demi kebaikan kita. Ia hanya akan menarik diri-Nya dari kita dan berkata,” Saya akan membiarkan engkau sendirian dan membiarkan engkau mengalami akibat dari pemberontakan engkau.”

Tuhan tidak perlu menghancurkan kita secara langsung; apa yang perlu Ia lakukan adalah membiarkan kita dan kita akan terus menghancurkan diri kita sendiri. Kemarahan Tuhan bukanlah sama seperti kemarahan manusia. Ia tidak memiliki watak yang buruk. Kemarahan-Nya tidak sama dengan kemarahan seorang pelatih bola basket yang tidak disiplin yang melotarkan amarahnya disamping lapangan.

Kemarahan Tuhan adalah keadilan. Kemarahan-Nya bukanlah tidak jelas dan tidak dapat di prediksi. Tetapi sesuatu yang telah dipertimbangkan dan diukur dari respon terhadap hidup yang <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">tampa</st1:city></st1:place> Tuhan dan kelaliman kita.Hal tersebut membuat Tuhan marah. Dan Ia akan mengungkapkannya! Siapapun yang mendapatkan murka Allah patut mendapatkannya! Mereka tidak bisa menyalahkan siapa pun selain dari pada dirinya.

Anda mungkin berfikir dalam diri anda,” Yang engkau sampaikan bukanlah Tuhanku,” tetapi kita perlu mengetahui bahwa ini adalah Allah yang terungkap di Alkitab, walaupun sangat jarang didiskusikan diantara banyak orang Kristen masa kini, murka dan keadilan Tuhan adalah merupakan bagian dari karakter-Nya. Kemarahan-Nya sangat patut, karena bila Ia tidak marah terhadap dosa, maka Ia bukanlah Tuhan yang memiliki nilai moral yang sempurna. Murka Allah sama nyatanya dengan kasih-Nya, dan hal in menaruh orang yang tidak diperbaharui (ungenerated) dalam suatu kondisi yang sangat serius dan penuh dengan keputus-asaan.

Sebelum saya menutup bagian ini, biarlah saya memasuki satu lagi pandangan yang terakhir. Apakah tujuan utama dari Salib? Hanyalah demikian: Hanya disanalah Yesus memuaskan murka Tuhan yang dasyat dan kudus dimana ini patut jatuh ke diri kita. Kemarahan Tuhan yang benar telah diungkapkan dan terus bertambah, kemarahan yang keras dan penuh dengan  kuasa, jatuh bukan pada diri kita yang patut mendapatkannya tetapi pada Anak-Nya. Yesus bukan hanya menyelamatkan kita dari dosa tetapi juga dari Allah sendiri.

 “Bukan saya orang yang berdosa yang menentang Allah dengan kekejian, tetapi Allah juga akan menentang orang yang berdosa dengan kekudusannya. “ – Charles Hodge<o:p></o:p>

 <o:p></o:p>

 “Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai“, tulis Paulus (Efesus 2:3). Tuhan mampu dan patut menghakimi kita atas pemberontakan kita akan hukum-hukum-Nya. <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Tetapi</st1:city> <st1:state w:st="on">Ia</st1:state></st1:place> justru menunjukan kasih karunia-Nya. Didalam salib Ia menemukan satu cara untuk mendamaikan keadilan-Nya yang sempurna dan belas kasihan-Nya yang sempurna. Tuhan adalah satu-satunya yang menentang kita ketika kita berdosa tetapi ia mati untuk kita sehingga kita, musuh-Nya, bisa di angkat menjadi bagian dari keluarga-Nya

Jonathan Edwards merupakan tokoh dalam kebangkitan besar Amerika yang pertama pada masa pertengahan abad ke 18. Mugkin ia sangat dikenal dari kotbahnya yang berjudul, “orang berdosa ditangan Amarah Tuhan.” (Sinners in the Hands of An Angry God). Berdasarkan para saksi, banyak dari jemaat Edward dipengaruhi oleh kotbahnya secara dramatis dimana ketika mereka mendengar kotbah tersebut mereka mencengkram kursi mereka, jatuh berlutut, menangis dengan perasaan sedih yang mendalam akan potensi kehancuran diri mereka sendiri.

Ia melakukannya bukan dengan semburan kata-kata yang penuh amarah yang menggunakan kata “api dan batu api” (fire and brimstone). Dari yang aku ketahui, pendengar tidak dipengarui oleh tindakannya yang memukul meja di mimbar ataupun teriakan dengan mata yang terbuka lebar, tidak ada satupun hal tersebut dilakukan oleh Edward —Edward justru hanya membaca kotbahnya dengan kata-kata yang cukup monoton. Tetapi ia dengan jelas menyampaikan kemarahan Illahi, dan ia menaruh penekanan atas keramahan sentuhan Tuhan, ini karena Edward menyadari secara penuh, dimana ketika kita bertemu dengan realita dari murka Tuhan, kita akan mendapatkan satu keinginan baru dan penghargaan akan kasih karunia.

Murka Allah sangat nyata, mengenaskan, dan tidak dapat dihindar. Tetapi tangan-Nya yang berlubang terbuka dan penuh dengan belas kasihan. Siapapun yang merendahkan dirinya akan rasa kagum terhadap salib maka ia akan dilepaskan dari murka yang akan datang.

[[|]] [edit] Keperluan yang Tidak Terasakan

Beberapa saat yang lalu penyelidikan pendapat umum se-nusantara menunjukan semakin banyak rakyat Amerika yang menyatakan dirinya “lahir baru”. Rasanya sangat awal bagi kita untuk merayakan hal ini karena pengaruh gereja terhadap kebudayaan tidaklah sejalan dengan statistik. Jika rakyat Amerika yang terungkap dari persentasi tersebut memanggil dirinya sebagai seorang Kristen yang merupakan pengikut Kristus yang sejati, maka seharusnya masyarakat Amerika mengalami perubahan yang sangat pesat.

Sebagai tambahan terhadap masalah ini, kenyataannya, mereka menjadi Kristen <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">tampa</st1:place></st1:city> kesadaran akan dosa. Penginjilan seolah-olah menjadi suatu sarana marketing dari pada menyadarkan orang akan realitas dari murka Allah. Injil yang seharusnya menjadi media untuk menunjukan kondisi berdosa manusia dan keperluan yang mendalam akan Kristus telah diubah fungsinya sebagai suatu keuntungan yang men-sasarankan “keperluan dalam diri “ pribadi yang khusus.

”Penekanan kita semua terhadap penebusan dalam penginjilan akan menjadi suatu hal yang berbahaya bila kita datang kepadanya terlalu cepat. Kita akan belajar untuk menghargai jalur ke Tuhan yang telah dimenangkan oleh Kristus bagi kita bila kita terlebih dahulu melihat ketidak-terjangkauan Tuhan oleh orang-orang yang berdosa. Kita akan meneriakan “puji Tuhan” secara jujur hanya bila kita terlebih dahulu meneriakan “ terkutuklah aku, karena aku telah tersesat” [10]” – John Stott<o:p></o:p>

<o:p> </o:p>

Tetapi, ketika kita membawa orang ke Kristus <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">tampa</st1:place></st1:city> terlebih dahulu memaparkan segala dosa mereka dan Murka Tuhan, maka kita telah melakukan suatu pelayanan yang sia-sia. Banyak orang yang menjadi Kristen datang kepada solusi <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">tampa</st1:city></st1:place> mengerti apa sebenarnya yang menjadi pokok permasalahan dirinya sendiri. Mereka tidak menyadari bagaimana mereka telah mencemarkan hukum Tuhan yang sungguh sempurna dan tidak merasakan murka Tuhan yang patut jatuh kedalam hidup mereka. Karena mereka tidak bisa membayangkan kasih karunia yang tak terungkapkan tersebut maka hasilnya mereka berakhir dengan suatu perasaan yang tidak pasti akan kasih Tuhan.

Untuk Pelajaran lebih lanjut: Bacalah bagian dari kotbah Pantecostanya Petrus yang menyebabkan 3,000 orang di Kristenkan (Kis 2:14-41). Coba dilihat ayat 23,36, dan 40 secara teliti. Apakah caranya Petrus bisa disimpulkan sebagai “seeker sensitive”?<o:p></o:p>

<o:p> </o:p>

Anda tidak akan pernah menikmatinya saat anda menjelaskan murka Allah kepada orang lain, dan mereka juga tidak akan menikmatinya. Siapakah yang suka mendengar bahwa Ia merupakan Tuhan yang membenci orang berdosa? Lebih mudah untuk menfokuskan diri secara khusus untuk menjelaskan kasih Tuhan. Tetapi Injil (gospel) tidak akan sempurna <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">tampa</st1:city></st1:place> penekanan akan murka Allah, dan inilah yang membuat kasih Allah menjadi lebih jelas terlihat. Kita telah jauh dari-Nya, Dia musuh dalam pikiran kita, hidup kita dipenuhi dengan kebiasaan-kebiasaan yang jahat, dan kita menolak murka Allah. Allah memiliki hak penuh untuk memusnahkan kita <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">tampa</st1:city></st1:place> alasan ataupun permintaan maaf. <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Tetapi</st1:city>, <st1:state w:st="on">Ia</st1:state></st1:place> justru memberikan anak yang dicintai-Nya untuk jatuh sengsara mengantikan kita. Kalau bukan karena wahyu akan murka Allah, kita tidak akan pernah menghargai perlunya pembenaran ( justification). Kita haruslah kembali ke penyampaian dan respon terhadap injil (gospel) yang Alkitabiah.

 “Pada jaman ini, penekanan akan doktrin dosa yang Alkitabiah sangatlah sedikit sekali. Tetapi orang yang yang kurang peka akan dosa dan murka Tuhan terhadap dosa tidak akan merasakan perlu untuk memahami Doktrin Alkitab yang menyangkut pembenaran (justification) .[11]” – Anthony Hoekema<o:p></o:p>

Kita harus membuat orang sadar akan hal yang paling penting dan serius bagi mereka, Sesuatu yang mungkin tidak mereka rasakan: yaitu pelepasan dari murka Allah yang benar. Kita harus mengingatkan mereka (dan juga mengingatkan diri kita sendiri) bahwa kemarahan Tuhan tidak akan terjadi dengan cepat, ini merupakan suatu kepastian. Kita harus menjelaskan bahwa, Alkitab telah membuat hal ini menjadi jelas, “Ngeri benar kalau jatuh ke tangan Allah yang hidup” <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">tampa</st1:city></st1:place> dibenarkan oleh Yesus Kristus (Ibrani <st1:time hour="10" minute="31" w:st="on">10:31</st1:time>).

Renungkan 2 Teselonika 1:5-9. Apakah yang paling menarik perhatian anda dari deskripsi tentang penghakiman yang sangat jelas tersebut?<o:p></o:p>

<o:p> </o:p>

Ketika saya membaca kotbahnya Jonathan Edward, saya berfikir dalam diri saya, Pantas saja kebangkitan terjadi pada saat tersebut! Pantas saja kuasa Allah bekerja pada pengajarannya. Pantas saja perasaan bersalah yang dialami mereka pada jaman tersebut tidak dapat di paralelkan. <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Tampa</st1:city></st1:place> harus mengurangi kuasa dari kerja Roh Kudus yang membuat kebangkitan besar tersebut mungkin untuk terjadi, saya harus menekankan bahwa isi dari kotbah juga  memiliki peranan yang penting. Ketika gereja memberikan porsi yang sama terhadap murka (Warth) dan belas kasihan (Mercy) dalam penyampaian injil (gospel), maka semua orang akan dipengaruhi dengan rasa syukur yang mendalam akan kasih karunia. Dari pada harus tenggelam dalam kebudayaan yang ada, mereka haruslah berdiri tegak secara frontal dan berbeda dengan yang lain. Mungkin banyak yang tidak akan mengerti hal ini, tetapi sejalan dengan waktu mereka setidaknya akan memikirkan hal ini. Dengan adanya peng-Kristenan yang benar (authentic conversion), maka mereka akan semakin mencerminkan karakter dari Tuhan.

[[|]] [edit] Jangan Pernah Kehilangan Kontrol

Never Lose Touch

Seorang teolog yang bernama R.C. Sproul menceritakan suatu pertemuan yang menarik dengan seorang Kristen yang sangat setia tetapi tidak taktis. Tiba-tiba orang tersebut menghentikan dia ketika dia sedang berjalan di kampus.

 “Apakah anda telah diselamatkan?” tanya orang tersebut terlebih dahulu <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">tampa</st1:city></st1:place> memperkenalkan dirinya. Sproul tertegun sejenak dan merasa sedikit terganggu dari cari penyampaian orang tersebut.

“Selamat dari apa?” jawab dia kepada orang tersebut.

Sekarang penginjil tersebut yang menjadi heran dan tertegun. Dia menjadi bingung dan tidak dapat memberikan jawaban yang tepat. Mungkin dalam dirinya ia merasa memerlukan pendalaman Alkitab yang lebih lagi….. dan juga perlu memilih orang yang akan diinjilinya dengan penuh kehati-hatian.

 “Diselamatkan” merupakan kosa kata yang sangat awam di kalangan Kristen, tetapi kita perlu mempertimbangkan pertanyaan yang diberikan Sproul: Diselamatkan dari apa? Pada bagian ini mungkin kamu telah dapat memberikan jawabannya. Kita tidak diselamatkan dari sikap rendah diri (Low self-esteem) Kita diselamatkan dari “murka yang akan datang” (1 Teselonika <st1:time hour="1" minute="10" w:st="on">1:10</st1:time>).

 “Cinta Illahi menang akan murka Illahi melalui pengorbanan diri.[12]” – John Stott<o:p></o:p>

<o:p> </o:p>

Ketidak perdulian kita akan murka bukanlah suatu hal yang kebetulan. Aku merasa sering kali kita menghindari topik tersebut karena kita merasa takut dan disalahkan. Hal ini ada kebenarannya—kita mustinya takut karena kita pantas dipersalahkan. Tetapi pelajaran akan Murka Allah akan membawa kita ke pengertian terhadap kasih karunia dan melepaskan kita dari penghukuman. Kita yang seharusnya patut menerima kehancuran yang abadi, tapi Tuhan menyelamatkan kita dari murka-Nya dan mendamaikan kita ke dalam diri-Nya! Memikirkan dan melihat masa lalu akan membuat anda jatuh kedalam lembah introspeksi yang suram. Tetapi, itu akan membawa anda  ke pengertian terhadap Tuhan dan belas kasihan-Nya ke satu level yang lebih tinggi. Anda akan memahami kebesaran cinta Tuhan di dalam satu dimensi yang tidak pernah anda miliki sebelumnya.

Renungkan Mazmur 103: 1-18. Tidak ada yang dapat mendorong penyembahan dalam diri kita selain dari pada pengertian bahwa Tuhan” tidak  (akan) dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita.”<o:p></o:p>

<o:p> </o:p>

Dalam komentarinya atas bagian Alkitab dari Kolose, Peter T. O’Brien menyampaikan sesuatu tentang  gereja di Kolose, “ Derajat dari kondisi mereka yang sebelumnya  mengerakkan mereka untuk membesarkan belas kasihan (Mercy) dari Tuhan. Hal yang ada dimasa lalu dicerminkan kembali bukan untuk menekankan hal tersebut, tetapi adalah untuk menumpukan perhatian terhadap kerja Tuhan yang besar…demi para pembacanya. .”[13] Kita tidak mencerminkan kembali masa lalu kita untuk tetap diam di dalamnya—kita melihat kembali agar segala yang dilakukan Tuhan demi diri kita, melalui kerja yang baik yang dilakukan oleh anak-Nya, dapat merubah hidup kita secara dramatik sesuai dengan apa yang Ia inginkan. Hal yang sama terjadi didalam diri Paulus. Dia tidak pernah lepas dari masa lalunya. Nyatanya, lihatlah keuntungan yang ia dapatkan dari  tindakannya untuk mengenang masa lalu:

 “Yesus Kristus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa,”dan diantara mereka akulah yang paling berdosa. Tetapi justru karena itu aku dikasiani, agar dalam diriku ini, sebagai orang yang paling berdosa, Yesus Kristus menunjukkan seluruh kesabaran-Nya, Dengan demikian aku menjadi contoh bagi mereka yang kemudian percaya kepada-Nya dan mendapat hidup yang kekal. Hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya bagi raja segala zaman, Allah yang kekal, yang tak nampak, yang Esa!Amin. (1Timotius <st1:time minute="15" hour="1" w:st="on">1:15</st1:time>-17)

<o:p> </o:p>

<o:p> </o:p>

“Kemuliaan Injil adalah demikian: Orang yang akan menghukum kita adalah orang yang menyelamatkan kita.” – R.C. Sproul<o:p></o:p>

<o:p> </o:p>

Apakah melihat kebelakang membuat Paulus menjadi depresi? Tidak — Justru itu memunculkan penyembahan secara spontan yang muncul karena keheranan kasih karunia Tuhan.” Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah”, tulis Paulus, “ dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat” Lalu ia memakai satu kalimat yang sederhana tetapi juga merupakan yang paling indah di dalam Alkitab: “sekarang diperdamaikan-Nya, didalam tubuh jasmani Kristus oleh kematian-Nya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat dihadapan-Nya. (Kolose 1:21-22).

Daripada meninggalkan kita di dalam ketidak ada harapanan, keputusasaan, dan posisi yang terjepit, Tuhan mendamaikan kita melalui Yesus supaya kita dapat berdiri di hadapannya <st1:city w:st="on"><st1:place w:st="on">tampa</st1:place></st1:city> ada cela dan bebas dari penuduhan—bila diungkapkan dalam satu kata: dibenarkan (justified). Kita patut mendapatkan siksaan yang abadi di neraka. <st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Tetapi</st1:city> <st1:state w:st="on">Ia</st1:state></st1:place> justru memberikan kehidupan yang kekal melalui anak-Nya.

Bukankah ini merupakan kabar baik?

[[|]][edit] Diskusi Grup

<o:p> </o:p>

[[|]][edit] Bacaan yang Direkomendasi

Knowing God by J.I. Packer (Downers Grove, IL: Inter- Varsity Press, 1973)

The Atonement by Leon Morris (Downwers Grove, IL: InterVarsity Press, 1984)

The Holiness of God by R.C. Sproul (Wheaton, IL: Tyndale House Publishers, 1985)

<o:p> </o:p>

[[|]][edit] Catatan

  1. R.C. Lucas, The Message of Colossians and Philemon (Downers Grove, IL: InterVarsity Press, 1980), p. 61.
  2. Anthony Hoekema, Saved by Grace (Grand Rapids, MI: Wm. B. Eerdmans Co., 1989), p.47
  3. Bruce Milne, Know the Truth (Leicester, England: InterVarsity Press, 1982), p. 154.
  4. From a tape by R.C. Sproul titled “Saved from the Wrath to Come” (Lake Mary, FL: Ligonier Ministries, 1991).
  5. Bruce Milne, Know the Truth, p. 154.
  6. Answer Key: Judas 13 (absolute darkness-kegelapan yang total); Rev 21:8 (fire and burning – api dan terbakar); Lk <st1:time hour="16" minute="24" w:st="on">16:24</st1:time> (thirst - kehausan); Mt <st1:time hour="22" minute="13" w:st="on">22:13</st1:time> (weeping/gnashing of teeth –tangis dan gertakan gigi); <st1:time hour="14" minute="11" w:st="on">Rev 14:11</st1:time> (sleeplessness – tidak bisa tidur); Da 12:2 (shame and contempt – malu dan jijik).
  7. From a tape by R.C. Sproul titled “The Innocent Native in Africa,” from the series Objections Answered (<st1:place w:st="on"><st1:city w:st="on">Lake Mary</st1:city>, <st1:state w:st="on">FL</st1:state></st1:place>: Ligonier Ministries).
  8. John R.W. Stott, The Cross of Christ (Downers Grove, IL: InterVarsity Press, 1986), p. 109.
  9. Ibid.
  10. Anthony Hoekema, Saved by Grace (Grand Rapids, MI: Wm. B. Eerdmans, 1989), p. 153.
  11. John R.W. Stott, The Cross of Christ, p. 159.
  12. Peter T. O’Brien, Word Commentary—Colossians, Philemon, p. 66.

<o:p> </o:p>