Keselamatan yang Terbesar/Buah-buah dari Kebenaran (II)
Dari Gospel Translations Indonesian
Oleh Robin Boisvert
Mengenai Injil
Bab 9 buku Keselamatan yang Terbesar
Terjemahan oleh Junia Mulia
Anda dapat membantu kami memperbaiki terjemahan ini dengan meninjau untuk meningkatkan akurasi terjemahan. Pelajari lebih lanjut (English).
This page may need clean-up to meet our quality standards. Please consider helping by reviewing the translation quality and editing the page to meet our formatting standards. |
Di bab terakhir kita membahas secara singkat hubungan unik yang kita nikmati sekarang. Saya membicarakan fakta tentang Tuhan telah menjadi Bapa kami. Apakah kamu ingat teman kita yang melihat dengan sedih dari kamar penjara yang tidak dikunci? Jika dia mau hanya menoleh kebelakang, dia akan melihat lebih dari pintu yang terbuka. Dia akan melihat seorang Bapa menunggu untuk menerima dia.
Saya dengan jelas mengingat suatu Sabtu pagi dengan bapa saya. Kita berdua sedang duduk di dapur meja ketika telepon berbunyi. Saya masih seorang anak muda saat itu dan jauh dari Tuhan. Saat saya menjawab telepon, hati saya ciut. Si penelepon mengidentifikasikan diri dia sebagai seorang ditektif dengan Montgomery Country Police Department, Glenmont Station. Dengan memakai terminologi polisi, dia memberitahukan kepada saya bahwa saya lagi dipantau karena pemakaian obat terlarang (marijuana) di suatu rumah di malam sebelumnya (hal ini benar). Saya di tangkap dan diperintahkan untuk menyerah.
Bapa saya tahu dari ekspresi saya kalau ada sesuatu yang tidak beres. “Ada apa?” dia bertanya.
Saya cuma bisa menjawab dengan singkat, “Saya tertangkap.”
Yang terjadi selanjutnya adalah suara tawa dari ujung telepon. Saya dikerjai oleh beberapa teman saya. Si perusak undang-undang juga adalah seorang yang bodoh. Baru saya sadari kalau polisi tidak menangkap orang lewat telepon. Sebagai tanda hormat, mereka lakukan itu secara langsung.
Saya tidak akan melupakan lelucon itu, apa yang memberi kesan lebih mendalam adalah jawaban bapa saya. Dia bisa memarahi saya karena membuat malu. Tapi, tindakan pertama dia adalah menyatakan kasih dan dukungan untuk saya. Itu sangat mempengaruhi saya. Saya tidak ragu kalau bapa akan mengambil tempat saya dan hukuman jika mungkin. Kesetiaan dia adalah kebalikan dari apa yang saya layak terima.
Yesus bercerita tentang seorang anak yang bodoh, setelah dengan egois dan tidak dewasa menuntut bagian dia dari harta warisan keluarga, yang kemudian dipakai habis. Setelah dia akhirnya menghabiskan semuanya, anak yang hilang ini memutuskan untuk pulang ke bapanya dan meminta kesempatan, bukan untuk menjadi seorang anak, tetapi menjadi seorang pembantu. ‘Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa. Aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa.’ (Lukas 15:18-19). Bapanya berhak untuk mengejek dan menolak anaknya, walaupun diterima sebagai pekerja saja adalah tanda dari suatu kemurahan. Tetapi, dia menunggu kepulangannya dengan semangat dan menyambut dia dengan hadiah dan pesta. Kemurahan Tuhan digambarkan di cerita ini dimana sang bapa memberikan kasih, pengampunan dan penerimaan kepada anaknya- tidak diharapkan dan layak diterima oleh anaknya.
Sampai sekarang pelajaran kita tentang kebenaran menghasilkan bukti yang tidak bisa ditolak bahwa ini adalah keselamatan yang luar biasa. Kita telah belajar bagaimana berperang dengan pengaruh tuduhan dan kesusahan. Kita telah diarahkan ke pokok bahasan dosa kita, kekudusan dan kemurkaan Tuhan. Kita telah melihat secara dekat kepada Kayu Salib, dimana Penyelamat kita menderita kutukan yang layak kita terima supaya kita dibenarkan dihadapan Tuhan. Disana Dia mendapatkan damai buat kita dengan Dia yang telah menjadi obyek permusuhan kita; pengampuan dari Dia yang telah kita berdosa kepada dan penyatuan dengan Dia yang memberi kekuatan kepada kita saat kita melawan kejahatan. Sekarang kita menyimpulkan dengan melihat dua aspek terakhir dari warisan didalam didalam Yesus Kristus: adopsi dan harapan kemuliaan yang akan datang.
Daftar isi |
Menampakan Bapa
Teologi alkitabiah mengajarkan kita untuk mengharapkan pengwujudan wahyu di dalam alkitab. Sebagai contoh, kisah yang misteri di Kejadian 3 tentang keturunan seorang perempuan yang meremukkan kepala ular menjadi terbuka dan nyata di Perjanjian Baru dengan deklarasi penyaliban Yesus Kristus dan kemudian kebangkitan. Sama dengan ini, Perjanjian Lama memberi kita gambaran yang luas apa yang menjadi pusat wahyu dari Perjanjian Baru: kebapaan dari Tuhan. Secara pasti, ada ayat-ayat yang membicarakan Israel sebagai anak pertama Tuhan dan juga bagian lain dari kebenaran ini. Tapi walau demikian ide ini biasanya dimaksudkan sebagai pengertian kebangsaan. Dia adalah Bapa dari bangsa Israel bukan individu-individu.
Sebagian besar, Perjanjian Lama mengambarkan Tuhan bukan sebagai Bapa kita, tetapi sebagai Raja yang mengagumkan dan kudus. Tentu saja, Tuhan adalah selalu Bapa dan Yesus adalah selalu Tuhan, anakNya. Tetapi itu penting untuk Yesus datang dan memperlihatkan Tuhan sebagai Bapa untuk kita karena, seperti Yohanes menjelaskan di dalam injil dia, Yesus adalah satu-satunya berkualitas melakukanNya. “Tidak ada yang pernah melihat Tuhan, tetapi Tuhan satu-satunya yang ada di sisi Bapa, telah memperlihatkan dia.” (Yohanes 1:18)
Di ayat ini, “made him known” (membuat dia diketahui) di dalam bahasa Yunani adalah kata dimana kita dapatkan ‘exegesis’ (penafsiran). ‘Exegesis’ artinya untuk menjelaskan atau mengulangi fakta-fakta mengenai sesuatu. Seperti contoh, menjelaskan bagian dari Alkitab adalah mengajarkan nya sedemikan rupa dengan membuka arti satu persatu. Yesus, duduk di sisi Bapa, suatu tempat yang sangat intim dan lemah lembut, adalah tempat yang paling tepat untuk mengenal Bapa dengan sempurna. Dan bagian penting dari ministri Yesus adalah membuat Dia dikenal oleh kita. Dia telah memberikan kebenaran ini secara efektif kepada murid-muridnya dan injil-injil terus memberikan itu kepada kita hari ini.
•____________________________________ •____________________________________ •____________________________________ •____________________________________
•____________________________________Setiap kali Yesus mereferensikan Tuhan sebagai BapaNya, Dia membuat apa yang pada saat itu adalah tuntutan yang revolusional. Tidak semua orang menghargai itu. Farisi terlebih-lebih membenci Yesus karena dengan mengatakan Tuhan itu BapaNya, Dia telah memberi suatu kesan bahwa Dia itu sama dengan Tuhan. Tetapi ayat diatas telah membuat jelas bahwa Yesus punya hak untuk ‘exegete’ (menjelaskan) Tuhan. Tentu saja, itu tidak mungkin untuk tidak Dia lakukan. Karena Dia adalah dari essence (pokok/pribadi) yang sama dengan Bapa dan Roh Kudus, Yesus menerangkan identitas Tuhan saat Dia mengungkapkan diri Dia sendiri.
Point yang terakhir ini memerlukan perhatian singkat. Apakah hubungan antara Tuhan Bapa dan Tuhan Anak? Augustine, seorang teologi yang paling mempengaruhi gereja awal, mengkategorikan ajaran alkitab pada hubungan ini ke dalam tiga kelompok:
- Ayat-ayat yang memperlihatkan Yesus lebih rendah dari Bapa Dia karena inkarnasi Dia. Dia dengan rela menyampingkan kemuliaan Dia (Filipian 2:5-8) dan dilahirkan sebagai bayi. Sebagai akibat Dia mengalami kelaparan, kehausan, kelelahan dan kelemahan yang lain yang Bapa Dia tidak pernah tahu. Di dalam kondisi manusia ini, Yesus tahu Bapa Dia adalah lebih besar, dan dia rela mencari dan menunduk pada pengarahan Bapa Dia. Kita menemukan contoh yang jelas di dalam taman Getsemani. Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (Matius 26:39).
- Ayat-ayat itu mengajarkan kita Yesus, sebelum pondasi dunia, adalah bersama Bapa tapi berbeda dari Dia. “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah “(Yohanes 1:1)” ‘Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.” (Mikha 5:2)
- Ayat-ayat itu yang memperlihatkan Bapa dan Anak bukan Tuhan yang terpisah, tetapi adalah dari satu essence (pokok/pribadi). “Saya dan Bapa adalah satu” (Yohanes 10:30)
Apakah kamu mau mengenal tentang Bapa? Lihatlah kepada Yesus. Di malam hari saat perjamuan kudus, Filipus bertanya "Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami." Yesus menjawab “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa” (Yohannes 14:8-9). Apakah kamu mau tahu jalan Bapa? Lihatlah kepada Yesus. "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak.“ (Yohannes 5:19). Apakah kamu mau menambah pengetahuan tentang Bapa? Lihatlah kepada Yesus. “Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah“ (Hebrew 1:3)
Yesus memberi definisi baru hubungan kita dengan Tuhan. Di dalam waktu pribadi
dengan murid-murid Dia setelah kematianNya, Yesus berkata, “Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.“ (Yohannes 15:15). Melalui pengajaran hukum Taurat orang Yahudi belajar untuk takut akan Tuan yang keras dan tidak ramah. Melalui hidup dan kematiaan Yesus kita akan dibenarkan kepada Bapa yang Maha Kasih.
Adopsi: Obat penawar kita dari kerisauan
Hubungan yang unik antara Tuhan dan semua yang telah dibenarkan dijelaskan di doktrin adopsi, juga selalu disebut ‘sonship’ Ini menunjukan status kita sebagai anak-anak Tuhan dan sebagai perantara dimana kita menjadi anak Dia. Adopsi ke dalam keluarga Tuhan berlangsung tidak dengan kelahiran, tetapi dengan kelahiran kembali (lahir baru). Itu tidak terjadi karena kedewasaan seseorang tetapi melalui regenerasi (pembaharuan jiwa). Itu tidak alami tapi ajaib. Adopsi adalah hadiah dari anugerah yang mana menjadi milik kita saat kita menerima Yesus Kristus. “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;” (Yohannes 1:12) Perlu diperhatikan kondisi disini. Tuhan bukanlah bapa universal dari segala ras manusia. Ini adalah sebuah gagasan yang congkak dan humanis (manusiawi). Tuhan adalah pencipta segala sesuatu, tetapi Dia adalah bapa hanya dari mereka yang menerima Kristus.
Terminologi ‘adopsi’ dipakai didalam alkitab secara eksklusif oleh Paulus. Hidup seperti dia di Tarsus, dia mungkin mengenal tradisi yang ada di kerajaan Roma. Adopsi di masa itu berbeda dengan gambaran sekarang paling tidak dalam dua hal. Pertama, orang Yunani dan Roma mengadopsi orang-orang dewasa, bukan bayi-bayi. Daripada disisikan untuk adopsi, seorang bayi yang tidak diinginkan (lebih sering bukan seorang perempuan) sering dibuang dan dibiarkan mati. Tulisan-tulisan zaman itu memberitahukan praktek yang sadis ini.
Kedua, karena ini adalah pengaturan yang sah, adopsi di dunia orang kafir (bukan orang Yahudi) tidaklah disertai dengan kasih yang hangat dan penuh pengorbanan dimana kita hubungkan dengan adopsi hari ini. Itu adalah pragmatis – sebuah bisnis tranksasi Jika seorang tidak mempunyai keturunan, dia akan mengadopsi seorang laki-laki untuk membawa nama keluarga dan harta warisan. Adopsi dilayakan seperti semacam jaminan sosial. Menurut seorang komentator, ‘anak yang diadopsi masuk langsung dalam pengambilan hak-hak orang tuanya dan mengambil penghasilan tetap untuk kelangsungan hidup pewaris dan keluarga dia sampai akhir hidup mereka. Maka adopsi adalah suatu cara untuk menjamin masa tua.
Walaupun Paulus secara pasti tahu adopsi gaya Romawi, tetapi lebih memungkinkan pengetahuan dia tentang Perjanjian Lama dan sejarah Yahudi yang membentuk pendapat dia tentang adopsi. Walaupun kata ‘adopsi’ tidak pernah muncul di dalam Perjanjian Lama, tapi konsep itu ada. Dan disinilah kebaikan, suka cita dan kasih pengorbanan dimana kita (bersama Paulus) melekatkan pada adopsi diketemukan. William Hendriksen menulis, ‘ Bagaimana berbeda sesungguhnya (dari model Romawi) natur adopsi yang dipraktekan di Perjanjian Lama…Bukankah anak perempuan Firaun mengadopsi Moses (Keluaran 2:10), walaupun dia hanya, dalam pengertian manusia, seorang bayi yang tidak berdaya? Bukankah Mordekhai mengasuh keponakan perempuan bernama Ester (Ester 2:7)?’
Tulisan Paulus sering memakai istilah bahasa sehari-hari dan menginvestasikan mereka ke dalam makna rohani yang lebih mendalam. Hendriksen memberi pendapat kalau referansi dia ke adopsi mengikuti pola itu: “Ketika di Roma 8:15 dan Galatia 4:5 Paulus memakai istilah ‘adopsi’, kata dan kedudukan hukum dipinjam dari praktek Romawi, tetapi intisari berasal dari wahyu ilahi di Perjanjian Lama.”
Adopsi mencakup kebutuhan penting dari manusia, ketidak amanan universal. Perjanjian Baru membicarakan “mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut” (Ibrani 2:15) Tentu saja, banyak tuntutan yang tidak ditakutkan. Tetapi semua ras manusia bergumul apa yang dinamakan Filosof German abad 20 ‘angst’, suatu perasaan risau yang muncul di dalam roh kita. Ini bukanlah risau yang bisa diterusuri pada sebab tertentu. Ini adalah kabur dan bayang-bayang tetapi sangat nyata. Beberapa orang menjelaskan risau ini sebagai perasaan dimana seorang dipaksa ke dalam keberadaan sadis dan tidak masuk akal, atau dibuang oleh orang tuanya.
Keselamatan melalui Yesus Kristus adalah satu-satunya jawaban untuk ketakutan itu. “Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah [adopsi]. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!”(Roma 8:15) Mungkin satu cara untuk mengungkapkan ayat ini dengan jelas adalah lewat cerita nyata.
Saya mempunyai seorang teman yang mengadopsi seorang anak dari Seoul, Korea. Dia menjelaskan bagaimana sulitnya untuk berdiri di hadapan kerumunan anak-anak yang serba kekurangan dan tidak diinginkan di panti asuhan. Mereka semua lapar akan perhatian dan memeluk dia dengan harapan untuk menerima sentuhan atau senyum. Melihat wajah-wajah mereka yang sangat menyedihkan membuat dia ingin membawa mereka semua. Tetapi sesakit apapun untuk berpaling ke arah lain, dia ingat betapa suka cita nya saat dia memilih calon anak perempunan dia Renee dan membawa dia ke dalam pelukan.
Adopsi Manusia
Adopsi Ilahi
Sekarang, kapan saja Renee bergumul dengan perasaan tidak aman, yang perlu dilakukan hanya bertanya, ‘Papa, apakah kamu benar-benar sayang saya?” Karena dia telah diadopsi, bapa dia bisa menjawab dengan cara yang unik. “Renee”, dia bisa bilang. ‘kamu tidak dipaksakan kepada saya. Saya tidak harus membawa kamu kedalam keluarga saya. Saya tidak dalam keadaan paksa. Tetapi saya ingin, Renee. Saya ingin sekali kamu maka saya pergi mengelilingi setengah bumi untuk mencari kamu supaya saya bisa membuat kamu anak perempuan saya. Saya dengan sengaja memilih kamu, Renee, dan saya akan selalu, selalu mengasihi kamu.”
Yesus tidak perlu meninggalkan surga dan datang ke bumi. Dia tidak dalam keadaan paksa. Mengapa dia datang? Supaya dia bisa melihat ke mata kamu dan berkata “Engkau, saya akan membawa kamu! Tidak perlu lagi kamu dikucilkan, tidak lagi kamu menjadi musuh ku. Saya akan merubah kamu. Saya akan rekonsiliasi (berdamai) dengan kamu. Kamu akan menjadi anak saya.”
Untuk secara pasti kita mengerti keseluruhan makna adopsi, Paulus memakai kata Aramaic “Abba’. Ini adalah istilah yang tidak formal di dalam kamus anak-anak kecil – kita mengartikan nya sebagai ‘Daddy’ (papa). Ini adalah cara Yesus memanggil Tuhan saat dia berkeringat darah di kebun Getsemani. Dia tidak datang kepada Bapa dengan canggung, tonasi sopan santun seperti seorang pelajar Inggris. Di dalam ketekunan Dia berdoa, ‘ Abba! Daddy!” Paulus berkata adopsi membangkitkan tangis dari hati kita, kata yang keras. Dan dengarlah komentar Martin Luther dari abad 16 tentang ungkapan ini:
Ini adalah kata yang kecil, tetapi sekalipun itu mencakup semua pengertian. Mulut berkata tidak, tetapi perasaan hati mengatakan setelah sikap ini. Walaupun saya ditekan oleh kesedihan mendalam dan kengerian di segala sisi, dan sepertinya ditinggalkan dan sepenuhnya dibuang dari hadiratMu, tetapi saya adalah anakMu, dan Engkau adalah Bapa saya demi Kristus: Saya dikasihi karena Sipengasih. Mengapa kata yang kecil, Bapa, mengandung dengan tepat di dalam hati, melampaui kepandaian bicara Demosthenes, Cicero dan retorik yang paling fasih yang pernah di dunia ini. Masalah ini tidak diungkapkan dengan kata-kata, tetapi dengan rintihan, dimana rintihan ini tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata apapun, karena tidak ada lidah yang bisa mengutarakan mereka.
Kata ‘Abba’ menunjukkan kebebasan, kepercayaan, pengakuan yang sukacita, jawaban manis, syukur yang berlimpah, dan kepercayaan yang filial. Di dalam kata ini kita mendapatkan penawar untuk ‘angst’ (kerisauan). Roh yang telah kita terima, jauh dari ketakutan dan keterikataan, telah membebaskan kita untuk memanggil Tuhan dengan cara yang paling intim.
Bagian hari yang saya paling senang terjadi ketika saya tiba di rumah setelah bekerja menemukan keempat anak-anak saya memanggil dengan berulang-ulang ‘ Daddy! Daddy!’ dan memberikan pelukan dan ciuman. Ungkapan yang sederhana dan tidak formal ini sangat menakjubkan dan puas buat saya. Saya tidak meragukan kalau tangis kita mempengaruhi Bapa kita yang di surga sama seperti itu.
Merasakan pemeliharaan Bapa
Telah lebih sekali di dalam buku ini kita melihat kalau kebenaran adalah kenyataan obyektif yang tidak dipengaruhi keadaan emosi kita. Perasaan menjadikan dasar yang buruk untuk persekutuan kita dengan Tuhan, dan emotionalism sering tidak produktif. Tetapi untuk berdebat melawan perasaan dan mendefinisikan kepercayaan hanya dengan kelakuan dan kenyataan adalah mengeluarkan hati dari kasih Tuhan. Jika emosi sangat gampang dikenali dan dihargai dalam hubungan manusia, mengapa kita menghilangkan itu dari hubungan kita dengan Tuhan?
Ada elemen subyektif dari pengenalan Tuhan dan ini adalah apa yang Paulus referansi di Roma 8:16 “Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah.” Pengertian batin akan keberadaan Tuhan, kesadaran emosional tentang Roh Dia yang maha kasih adalah buah yang penting (walaupun itu bukan akar) dari kebenaran. Mempercayai sebaliknya adalah sub-kristen.
Salah satu fungsi penting dari Roh Kudus adalah untuk memberkati kita dengan kepastian bahwa kita ini adalah anak-anak Tuhan. Filosofer Blaise Pascal pernah berkata, "Hati mempunyai alasan tersendiri, alasan itu tidak mengetahui apapun."
Saya tidak bermaksud seorang itu perlu menjadi rohaniwan untuk menikmati perasaan kasih Tuhan. Malahan, semakin banyak pengetahuan yang kita dapat tentang tuntutan alkitab mengenai kebapaan Tuhan, semakin kita menyadari keberadaan Dia sepanjang saat.
Kenyataan dimana kita dimasukkan ke dalam keluarga Tuhan adalah sesuatu yang menakjubkan, walaupun dari pandangan pertama ini tidaklah kelihatan. Kebanyakan dari kita tumbuh di dalam keluarga dan tidak menghargai mereka. Kita mungkin gagal mensyukuri secukupnya pengorbanan kasih ibu dan pemeliharaan ayah. Perasaan syukur itu tidak datang dengan otomatis.
Ambil beberapa saat untuk berterima kasih pada Tuhan untuk cara Dia telah membuka tangan Dia untuk engkau.
Disini kita anak yatim piatu yang dicangkokkan dari jalan yang paling kotor ke tempat tinggal Raja sendiri, dan kecenderungan kita adalah mengerutu dan mengomel. Betapa beruntungnya kita telah memiliki Bapa dimana kasihNya cuma dilebihkan oleh kesabaranNya. Peninjauan singkat ke beberapa cara Bapa kita memperhatikan kita akan membantu kita menghargai kasih Dia lebih sempurna. Sebagai permulaan, mari kita tidak melupakan providensial pemeliharaan Dia. Kita semua tahu kalau Dia membuat hujan untuk turun pada yang tidak adil dan yang adil, tetapi itu tidak membuatnya kurang menarik. Berhentilah dan pikirkan semua hal-hal biasa yang sering tidak kita syukuri seperti makanan, tempat perlindungan, keluarga dan teman-teman. Ini bukanlah hadiah-hadiah yang kurang beranugerah dari Bapa yang Maha Kasih dibanding nubuat dan pengetahuan.
Bahasanya ada sedikit kuno, tetapi Sir Robert Grant menangkap ketakjuban providensial Bapa kita di dalam Hymn dia ‘O Worship the King’
Betapa banyaknya permeliharaan Engkau, lidah mana yang bisa mengulangnya?
Manisfestasi dari Bapa kita yang penuh pertimbangan wajarlah dijadikan sanjak. Dan berpikir tentang keuntungan ini telah menambah keuntungan kita tinggal di dalam tempat kita. Tidak ada ruangan buat kesombongan ketika kita melihat betapa tergantungnya kita kepada pemeliharaan providensial Bapa kita.
Orang Inggris adalah orang yang banyak titel. Panggilan ‘Lord’, ‘Lady’, ‘Duke’, dan ‘Earl’. Satu titel yang paling menarik adalah ‘Lord Protector’ (Tuan pelindung). Raja Edward masih seorang anak saat dia mewarisi kerajaan dari ayah dia, Henry VIII, maka itu jatuh kepada ‘Lord Protector’ untuk menjaga raja muda ini dan kegiatan-kegiatan kerajaan. Tuhan adalah Tuan Pelindung kita. Dia berdaulat dalam kegiatan-kegiatan kita untuk kebaikan kita dan secara efektif melindungi kita dari kesulitan.
Saya adalah seorang yang bersifat tenang, tidak gampang marah biasanya (kecuali di lapangan golf). Tetapi saya melihat keberanian atau kemarahan yang mulia muncul di diri saya ketika sesuatu mencelakakan istri dan anak-anak saya. Itu seperti alami saja. Saya percaya Tuhan beri itu dan saya rasa itu bisa diexpresikan secara berdosa, itu tidaklah perlu – itu adalah buat perlindungan keluarga saya. Dengan mempunyai Bapa Surgawi yang pelindung membuat kita relaks di dalam kepercayaan seperti seorang anak, sama seperti bapa lahiriah saya adalah pelindung saya di dalam pengalaman sulit beberapa tahun yang lalu.
Hamil pertama dari istri saya diakhiri dengan keguguran. Itu adalah waktu yang sangat menyedihkan. Tetapi tidak seorangpun dari kita dipersiapkan untuk kesulitan yang akan terjadi. Karena kita kehilangan bayi di tengah malam, dokter memerintahkan kita untuk datang ke rumah sakit pertama-tama pada pagi hari. Clara berdarah kebanyakan, tetapi kita menganggap itu adalah normal … sampai jam 6 pagi, saat dia pingsan dan masuk dalam keadaan shock. Saya bergumul untuk memanggil ambulan dan menjaga dia pada saat yang bersamaan. Walaupun itu adalah pegang sana sini beberapa saat, kita akhirnya membawa dia ke rumah sakit dimana kondisi dia di stabilin. Betapa melegakan!
Untuk pembahasan yang intim pada pemeliharan Tuhan Bapa akan orang yang tidak layak, lihat Hosea 11:1-4 (juga Ulangan 33:27)
Salah satu kerjaan seorang pastor adalah mengatur dengan tanggung jawab di saat krisis, jadi saat saya menanggulangi form penerima dan perincian lain selama pagi hari saya memastikan emosi saya dicek. Kemudian datanglah saat harus menelepon yang lain untuk memberitahu tentang apa yang terjadi Semuanya berjalan dengan lancar sampai saya menelepon orang tua saya dan ayah saya yang menjawab telepon.
- Titel apa yang dipakai David untuk Tuhan? (ayat 1-2)
- Siapa yang David panggil ketika berada di dalam bahaya? (ayat 3,6)
- Mengapa Tuhan menyelamatkan kita? (ayat 19)
“Papa, kita kehilangan bayi. Clara mengalami keguguran kemarin malam”
“Gee, Rob, saya turut berduka cita mendengar hal ini”
Ketika dia mengucapkan beberapa kata itu, sederhana dan tulus, sesuatu pecah dan saya menangis. Saya sangat terkejut dengan isak tangis saya dan bagaimana itu datang dengan cepat. Kemudian saya sadar di hadapan papa saya, saya tidak harus berkuasa. Saya dengan bebas memberikan emosi yang tersimpan di dalam saya. Saya bisa menjadi anak dia. Dibawah payung perlindungan Bapa Surgawi kita, kita bebas untuk menjadi lemah dan mengekspresikan emosi kita yang paling dalam. (Tentu saja, kalau tangis itu berkepanjangan, papa juga bisa menyuruh kamu untuk menghentikan itu dan berlanjut dengan kegiatan yang lain)
Tidak ada batas akan biji rohani yang dapat digali di dalam pengwahyuan Tuhan sebagai Bapa Dan walau bagaimana banyaknya bapak lahiriah kita menggambarkan kualitas ilahi, mereka jauh ketinggalan dari Bapa kita yang di Surga.
Melihat ke masa depan
William S. Plumer
Apa yang membuat Tuhan memberikan kita hak-hak keanggotaan di dalam keluarga dia yang tidak bisa dibandingkan? Paulus mengali itu sampai kekekalan untuk memberikan kita jawaban: “Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya,” (Efesus 1:4-5) Ini adalah kasih Tuhan yang membawa keselamatan. Yakinlah bahwa kekuatan ataupun kekurangan mu tidaklah menjadi faktor. Tuhan, di dalam ketakjuban kasihNya, telah memutuskan untuk mengadopsi kita sebelum penciptaan dunia ini.
Betapa melegakan mengetahui pilihan Tuhan akan kita tidak ada hubungannya dengan betapa menarik, pintar atau baiknya kita. Jika itu halnya, dia akan lebih terbuai untuk menukar kita dengan model yang lebih bagus! Kita tidak menghasilkan adopsi dengan pekerjaan dan kita tidak bisa menahannya dengan pekerjaan. Adopsi adalah sebuah hadiah anugrah yang telah ada di hati Tuhan sejak awal waktu.
Melihat ke dalam kekekalan masa lampau menghasilkan rasa syukur yang berkelimpahan, tetapi hal yang sama menggembirakan juga melihat ke dalam kekalan masa depan. Kita harus melihat kesempurnaan yang dibawa oleh adopsi. Paulus berkata untuk setiap Kristen didalam mengekspresikan antisipasi masa depan. “Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil
menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita.” (Roma 8:23).
- Terompet berbunyi dan berkumandang?
- Kegembiraan yang unik atas bekas tanah pemakaman
- Kebangkitan dari tubuh-tubuh orang mati
- Tertinggalnya rumah-rumah, mobil-mobil dan sepatu-sepatu olah raga
- Reuni di awan
- Edisi ke 77 dari "Why The Rapture Will Take Place In…"
Diluar status kita sekarang sebagai anak laki-laki dan perempuan Tuhan, adopsi kita tidaklah disempurnakan sampai hari Tuhan menyelamatkan atau membangkitkan badan-badan kita. Tidak banyak topik lain yang mendapat spekulasi dan suka cita di dalam gereja seperti ini. Kita semua mempunyai minat untuk mengerti apa yang kita tunggu pada saat hari kiamat. Walaupun buat pikiran biasa hal-hal ini disisikan sebagai misteri. Alkitab memberikan kita gambaran yang luas apa yang kita bisa harapkan untuk terjadi.
Alkitab memperlihatkan ada 3 tahap dari keberadaan manusia. Yang pertama, the natural state (tahap alami), termasuk saat kita dikandung sampai kita mati fisik. Tubuh dan roh dipersatukan bersama. Ini adalah kehidupan yang kita kenal di saat ini. Walaupun state ini mencakup pemeliharaan dan kesengsaraan yang banyak, sedikit dari kita mempercepat untuk masuk periode kedua – the intermediate state (tahap kelanjutan). Periode ini berlangsung dari saat kita meninggal sampai kembalinya Yesus Kristus dan dikarakterkan dengan pemisahan badan dari roh. Bagian fisik kita kembali ke debu ketika bagian lainnya “kembali kepada Allah yang mengaruniakannya”(Pengkotbah 12:7). Roh-roh dari semua yang meninggal di dalam Kristus bersama Kristus sekarang. Kamu tidak akan mendapatkan hal yang lebih bagus dari ini. Paulus, mengetahui dia menghadapi kemungkinan mati, membuat lebih jelas dia mendapatkan intermediate state lebih penting dari natural. “Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus--itu memang jauh lebih baik “ (Filipian 1:23)
Saat bergantung di kayu salib, Yesus menjanjikan penjahat mereka akan bersama di surga hari itu juga (Lukas 23:43). Perbandingan ini dengan 2 Korintius 12:1-4 memperlihatkan “heaven”, “paradise” (surga) dan “being with Jesus” (bersama dengan Yesus) adalah tempat yang sama. Ketika di intermediate state kita tidak akan tidak sadar (“roh tidur”) atau menjalani tugas di dalam api penyucian , keduanya ini tidaklah berdasarkan doktrin alkitab. Kita akan segera menjadi seperti Yesus, kekudusan kita disempurnakan. Kita tidak akan lagi disulitkan oleh kehadiran dosa. Lebih baik dari itu, kita akan menikmati persekutuan yang tak berhenti dengan Allah. Ini adalah satu-satunya kekuatiran saya. Selama saya bersama Dia, saya tidak akan risau tentang detail yang tidak dipecahkan.
Sebagus apapun intermediate state, ini bukanlah final state (tahap terakhir) dari keberadaan kita. Waktu akan datang dimana “trumpet dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir. Sebab nafiri akan berbunyi dan orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan kita semua akan diubah. (1 Kor 15:52) Ini juga dikenal sebagai ‘the glorified state’ (tahap kemuliaan) dan akan terjadi disaat kedatangan Tuhan. Pada hari itu orang-orang mati akan bangkit dan dikembalikan ke tubuh mereka yang dimuliakan. Sekali lagi ini adalah Paulus yang memceritakan apa yang akan terjadi pada hari itu “Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, (Filipi 3:20,21)
Bab terpanjang dari surat-surat Paulus, 1 Korintius 15, mengfokuskan secara ekslusif tentang kebangkitan kita yang akan datang. Dia menulis bab itu untuk menjawab anggota-anggota tertentu gereja Korintus yang mempertimbangkan kebangkitan itu tidak bisa dipercaya dan tidak perlu. Kalau kebetulan kita menpunyai sifat orang Korintus, mari kita lihat poin penting dari intruksi Paulus di bab ini.
- Kebangkitan itu perlu untuk kekristenan. Jika kamu menghilangkan kebangkitan Yesus, kamu menghilangkan dasar dari pengampunan (ayat 12-19).
- Yesus Kristus adalah buah pertama dari mereka yang bangkit; kebangkitan Dia menjamin kebangkitan dari semua orang yang ada di dalam Kristus (ayat 20-22).
- Kematian, musuh terakhir dan terbesar kita, akan ditaklukkan melalui kebangkitan. Karena Yesus mati dan bangkit kembali, Dia tidak lagi menjadi maut kematian. Realitas yang sama menunggu semua orang milik Dia. Walaupun kita mempunyai suatu kebencian alami terhadap kematian, Firman Tuhan, teladan Yesus dan kehadiran Roh Kudus cukup untuk mengembalakan kita melalui jurang gelap dan yang tidak jelas. Jauh dari ketaatan orang Kristen, kematian telah ditelan oleh kemenangan – kemenangan Yesus Kristus (ayat 26, 54-56)
- Stress
- Pajak
- Berat badan yang kelebihan
- Jerawat
- Depresi
- Takut
- Sedih dan
- Sakit
- Kerusakan komputer
- Kebingungan tentang kehendak Tuhan
Selesai dengan sampah dan kotoran
Usaha untuk membawa bab terakhir ini ke penutupan memberi saya simpati baru untuk Paulus, yang mana hormat akan anugerah dan kemurahan hati Tuhan dijadikan suatu bentuk seni berupa kalimat yang panjang. Dimana itu akan berakhir? Doktrin kebenaran adalah tidak parallel di dalam jangkauan dan keindahan. Tidaklah kebetulan kalau keempat mahkluk hidup itu memuji kekudusan Tuhan tanpa berhenti, dan dengan setiap pernyataan dua puluh empat penua menunduk di dalam pujian yang tidak berhenti di hadapan domba Tuhan yang dimuliakan (Wahyu 4:8-11).
Parabel Yesus tentang pesta kawin memberikan kita percampuran yang pas tentang perayaan dan ketenangan (Matius 22:2-14). Kamu mungkin sudah pernah mendengar cerita ini. Seorang raja memberikan pesta perkawinan untuk anaknya, dan membagi undangan-undangan ke seluruh kerajaannya. Ketika tamu-tamu dia menolak undangan, raja menolak untuk mengganti rencananya. “Pergilah ke sudut-sudut jalan dan undanglah siapa yang kamu jumpa”, dia berkata. Segera ruangan itu penuh dengan orang. Tamu undangan dari kelas bawah ini tidak biasa dengan etika agung, jadi kemungkinan besar raja akan memberikan baju yang cocok untuk pesta.
Di tengah perayaan raja masuk ke dalam ruang pesta melihat tamu-tamu dia, dan di sini kita mendapatkan parable inti persoalan. "Tetapi ketika raja masuk dia memperhatikan seorang pria tidak memakai pakaian pesta. "Teman", dia bertanya, "bagaimana kamu masuk tanpa pakaian pesta?"
Untuk mengerti kemarahan raja, beberapa orang menduga bahwa itu adalah tradisi di zaman Yesus dimana si pengundang menyediakan pakaian pesta untuk tamu-tamunya, terlebih buat tamu yang tidak mampu. Tamu yang tidak berpakaian layak bukanlah korban dari kemiskinan, dia dengan sengaja menolak kemurahan penyediaan dari pengundangnya.
Tanpa ragu raja memerintahkan dia untuk ditangkap tangan dan kaki dan dibuang ke dalam kegelapan.
Tuhan Maha Kuasa telah mengumpulkan kita dari sudut-sudut jalan dan memberikan kita tempat di pesta pernikahan Anak Dia. Dia memberikan kita jubah kebenaran untuk menggantikan kain kotor kita. Perayaan yang meriah dan kekal akan terjadi. Tetapi mari perhatikan cara pakaian kita. Pakaian dijahit tangan, walau bagaimana susah atau bagus, akan meremehkan Tuan dari pesta itu. Hanya hadiah gratis dari keadilan, pengorbanan Tuhan Yesus Kristus dapat membawa kita ke dalam hadirat Tuhan.
“Seandainya saya mempunyai iman dari bapa-bapa sebelum saya,’ orang kudus abad sembilan belas berkata, ‘ semua semagat dari nabi-nabi, semua perbuatan baik dari rasul-rasul, semua kesengsaraan kudus dari orang-orang martir, dan semua pengabdian dari seraph; saya akan menyangkal semuanya dan menghitung semua tetapi sampah dan kotoran ketika dibanding dengan kematian yang mulia,dan jasa yang tidak ada batasnya dari Tuhan Yesus Kristus. Dikeluarkan dari amarah Tuhan dan diadilkan oleh anugerahnya, kita hanya mulai untuk mengerti betapa besarnya keselamatan ini. Tetapi kita masih mempunyai sedikit waktu. Kekekalan, walaupun ini tidak akan cukup.
=
Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal Dia. Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya.
Rasul Paulus
Lebih kasihan lagi jika kita tidak belajar berterima kasih akan berkat-berkat ini, kita akan tumbuh mengharapkan mereka sebagai hak kita. Dalam hal yang sama kita bisa menganggap kebaikan Tuhan secara cuma-cuma.
Yang bernapas di udara, yang berkilau di cahaya. Yang mengalir dari bukit, yang turun ke tanah daratan, dan berada di dalam embun dan hujan.
87
=========================================================================
Diskusi Kelompok
1. Memori yang terbaik apa yang kamu punya bersama bapa kamu?
2. Diskusikan ‘angst’ yang dijelaskan oleh pengarang di halaman 78. Bagaimana ini diekspresikan di dalam mereka yang belum diadilkan di dalam Kristus?
3. Diskusikan reaksi kamu tentang cerita adopsi Renee di halaman 78-79.
4. Tuliskan tiga kata sifat yang kamu pikirkan ketika mendengar kata ‘hakim’. Bagaimana dengan kata ‘Bapa’?
5. Apakah kamu ada pengalaman jelek dengan bapa duniawi kamu yang membuat kamu sulit untuk datang dekat kepada bapa surgawi kamu?
6. “Betapa melegakan mengetahui pilihan Tuhan akan kita tidak ada hubungannya dengan betapa menarik, pintar atau baiknya kita. “ tulis pengarang (halaman 83). Apakah motivasi Dia untuk mengadopsi kita?
7. Apakah ada sesuatu yang membuat kamu aneh ketika di dalam doa menyatakan Tuhan sebagai ‘Daddy’ (papa)?
8. Bagaimana Tuhan sorgawi kamu menyediakan untuk kamu minggu lalu?
9. Mana dari berikut ini mengungkapkan harapan kamu tentang kemuliaan yang akan datang? A. Tidak bisa ditunggu! B. Terdengar baik C. Saya belum siap D. Satu arah perjalanan kemana?
10. Baca Ibrani 11:13-16 dengan suara keras. Apa yang menjadi karakter orang-orang yang disebutkan? Bagaimana kita mengembangkan minat yang serupa???
Rekomendasi Buku
Immortality by Loraine Boettner (Phillipsburg, NJ:
Presbyterian and Reformed Publishing Company, 1984)
The Bible on the Life Hereafter by William Hendriksen
(Grand Rapids, MI: Baker Book House, 1987)
The Atonement by Leon Morris (Downwers Grove, IL:
InterVarsity Press, 1984)
The Glory of Christ by Peter Lewis (Chicago, IL: Moody
Press, 1997)
88
=========================================================================
NOTA
1. Edmund P. Clowney, Preaching and Biblical Theology (Phillipsburg,
NJ: Presbyterian and Reformed Publishing Company, 1961), p. 15.
2. Gordon R. Lewis, Confronting the Cults (Grand Rapids, MI: Baker
Book House, 1966), p. 25.
3. J.I. Packer, Knowing God (Downers Grove, IL: InterVarsity Press,
1973), p. 181.
4. Ibid.
5. W. v. Martitz, Theological Dictionary of the New Testament, Vol.
VIII, G. Kittle and G. Friedrich, Eds. (Grand Rapids, MI: Wm. B.
Eerdmans Publishing Co., 1972), p. 398.
6. William Hendrikson, New Testament Commentary, Romans—
Chapters 1–8 (Grand Rapids, MI: Baker Book House, 1980), p. 259.
7. Ibid.
8. Ibid.
9. F.F. Bruce, Tyndale New Testament Commentary, Romans (Grand
Rapids, MI: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1963), pp. 166–67.
10.William Hendrikson, Romans Commentary, p. 258.
11.D. Martyn Lloyd-Jones, Romans: An Exposition of Chapter 8:5-17
(Grand Rapids, MI: Zondervan Publishing House, 1974), p. 243.
12.J.I. Packer, Knowing God, p. 188.
13.William S. Plumer, The Grace of Christ (Philadelphia, PA:
Presbyterian Board of Publication, 1853), p. 266.
14.Loraine Boettner, Immortality (Phillipsburg, NJ: Presbyterian and
Reformed Publishing House, 1956, 1984), p. 59.
15.William Plumer, The Grace of Christ, p. 404.
16.Ibid., p. 236–37.
Bab 7
Buah-buah dari Kebenaran
Di bab terakhir kita membahas secara singkat hubungan unik yang kita nikmati sekarang. Saya membicarakan fakta tentang Tuhan telah menjadi Bapa kami. Apakah kamu ingat teman kita yang melihat dengan sedih dari kamar penjara yang tidak dikunci? Jika dia mau hanya menoleh kebelakang, dia akan melihat lebih dari pintu yang terbuka. Dia akan melihat seorang Bapa menunggu untuk menerima dia.
Saya dengan jelas mengingat suatu Sabtu pagi dengan bapa saya. Kita berdua sedang duduk di dapur meja ketika telepon berbunyi. Saya masih seorang anak muda saat itu dan jauh dari Tuhan. Saat saya menjawab telepon, hati saya ciut. Si penelepon mengidentifikasikan diri dia sebagai seorang ditektif dengan Montgomery Country Police Department, Glenmont Station. Dengan memakai terminologi polisi, dia memberitahukan kepada saya bahwa saya lagi dipantau karena pemakaian obat terlarang (marijuana) di suatu rumah di malam sebelumnya (hal ini benar). Saya di tangkap dan diperintahkan untuk menyerah.
Bapa saya tahu dari ekspresi saya kalau ada sesuatu yang tidak beres. “Ada apa?” dia bertanya.
Saya cuma bisa menjawab dengan singkat, “Saya tertangkap.”
Yang terjadi selanjutnya adalah suara tawa dari ujung telepon. Saya dikerjai oleh beberapa teman saya. Si perusak undang-undang juga adalah seorang yang bodoh. Baru saya sadari kalau polisi tidak menangkap orang lewat telepon. Sebagai tanda hormat, mereka lakukan itu secara langsung.
Saya tidak akan melupakan lelucon itu, apa yang memberi kesan lebih mendalam adalah jawaban bapa saya. Dia bisa memarahi saya karena membuat malu. Tapi, tindakan pertama dia adalah menyatakan kasih dan dukungan untuk saya. Itu sangat mempengaruhi saya. Saya tidak ragu kalau bapa akan mengambil tempat saya dan hukuman jika mungkin. Kesetiaan dia adalah kebalikan dari apa yang saya layak terima.
Yesus bercerita tentang seorang anak yang bodoh, setelah dengan egois dan tidak dewasa
73
=========================================================
menuntut bagian dia dari harta warisan keluarga, yang kemudian dipakai habis. Setelah dia akhirnya menghabiskan semuanya, anak yang hilang ini memutuskan untuk pulang ke bapanya dan meminta kesempatan, bukan untuk menjadi seorang anak, tetapi menjadi seorang pembantu. ‘Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa. Aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa.’ (Lukas 15:18-19). Bapanya berhak untuk mengejek dan menolak anaknya, walaupun diterima sebagai pekerja saja adalah tanda dari suatu kemurahan. Tetapi, dia menunggu kepulangannya dengan semangat dan menyambut dia dengan hadiah dan pesta. Kemurahan Tuhan digambarkan di cerita ini dimana sang bapa memberikan kasih, pengampunan dan penerimaan kepada anaknya- tidak diharapkan dan layak diterima oleh anaknya.
Sampai sekarang pelajaran kita tentang kebenaran menghasilkan bukti yang tidak bisa ditolak bahwa ini adalah keselamatan yang luar biasa. Kita telah belajar bagaimana berperang dengan pengaruh tuduhan dan kesusahan. Kita telah diarahkan ke pokok bahasan dosa kita, kekudusan dan kemurkaan Tuhan. Kita telah melihat secara dekat kepada Kayu Salib, dimana Penyelamat kita menderita kutukan yang layak kita terima supaya kita dibenarkan dihadapan Tuhan. Disana Dia mendapatkan damai buat kita dengan Dia yang telah menjadi obyek permusuhan kita; pengampuan dari Dia yang telah kita berdosa kepada dan penyatuan dengan Dia yang memberi kekuatan kepada kita saat kita melawan kejahatan. Sekarang kita menyimpulkan dengan melihat dua aspek terakhir dari warisan didalam didalam Yesus Kristus: adopsi dan harapan kemuliaan yang akan datang.
Menampakan Bapa
Teologi alkitabiah mengajarkan kita untuk mengharapkan pengwujudan wahyu di dalam alkitab. Sebagai contoh, kisah yang misteri di Kejadian 3 tentang keturunan seorang perempuan yang meremukkan kepala ular menjadi terbuka dan nyata di Perjanjian Baru dengan deklarasi penyaliban Yesus Kristus dan kemudian kebangkitan. Sama dengan ini, Perjanjian Lama memberi kita gambaran yang luas apa yang menjadi pusat wahyu dari Perjanjian Baru: kebapaan dari Tuhan. Secara pasti, ada ayat-ayat yang membicarakan Israel sebagai anak pertama Tuhan dan juga bagian lain dari kebenaran ini. Tapi walau demikian ide ini biasanya dimaksudkan sebagai pengertian kebangsaan. Dia adalah Bapa dari bangsa Israel bukan individu-individu.
Meditasi Yohanes 6:1-11
Hukuman apa yang layak diterima perempuan ini akan dosa dia? Apa yang dia terima?
“Engkau telah menciptakan kita untuk diri sendiri, O Tuhan, dan hati kita gelisah sampai kita menemukan peristirahatan di dalam Engkau.” Augustine.
74
=========================================================================
Sebagian besar, Perjanjian Lama mengambarkan Tuhan bukan sebagai Bapa kita, tetapi sebagai Raja yang mengagumkan dan kudus. Tentu saja, Tuhan adalah selalu Bapa dan Yesus adalah selalu Tuhan, anakNya. Tetapi itu penting untuk Yesus datang dan memperlihatkan Tuhan sebagai Bapa untuk kita karena, seperti Yohanes menjelaskan di dalam injil dia, Yesus adalah satu-satunya berkualitas melakukanNya. “Tidak ada yang pernah melihat Tuhan, tetapi Tuhan satu-satunya yang ada di sisi Bapa, telah memperlihatkan dia.” (Yohanes 1:18)
Di ayat ini, “made him known” (membuat dia diketahui) di dalam bahasa Yunani adalah kata dimana kita dapatkan ‘exegesis’ (penafsiran). ‘Exegesis’ artinya untuk menjelaskan atau mengulangi fakta-fakta mengenai sesuatu. Seperti contoh, menjelaskan bagian dari Alkitab adalah mengajarkan nya sedemikan rupa dengan membuka arti satu persatu. Yesus, duduk di sisi Bapa, suatu tempat yang sangat intim dan lemah lembut, adalah tempat yang paling tepat untuk mengenal Bapa dengan sempurna. Dan bagian penting dari ministri Yesus adalah membuat Dia dikenal oleh kita. Dia telah memberikan kebenaran ini secara efektif kepada murid-muridnya dan injil-injil terus memberikan itu kepada kita hari ini.
Setiap kali Yesus mereferensikan Tuhan sebagai BapaNya, Dia membuat apa yang pada saat itu adalah tuntutan yang revolusional. Tidak semua orang menghargai itu. Farisi terlebih-lebih membenci Yesus karena dengan mengatakan Tuhan itu BapaNya, Dia telah memberi suatu kesan bahwa Dia itu sama dengan Tuhan. Tetapi ayat diatas telah membuat jelas bahwa Yesus punya hak untuk ‘exegete’ (menjelaskan) Tuhan. Tentu saja, itu tidak mungkin untuk tidak Dia lakukan. Karena Dia adalah dari essence (pokok/pribadi) yang sama dengan Bapa dan Roh Kudus, Yesus menerangkan identitas Tuhan saat Dia mengungkapkan diri Dia sendiri.
Point yang terakhir ini memerlukan perhatian singkat. Apakah hubungan antara Tuhan Bapa dan Tuhan Anak? Augustine, seorang teologi yang paling mempengaruhi gereja awal, mengkategorikan ajaran alkitab pada hubungan ini ke dalam tiga kelompok:
Ayat-ayat yang memperlihatkan Yesus lebih rendah dari Bapa Dia karena
Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal Dia. Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya.
Rasul Paulus
Gereja kamu merasa diarahkan untuk mendekati pulau terpencil di Pasifik Selatan. Karena engkau adalah satu-satunya yang berbahasa dialek Polinesia, engkau mendapatkan diri anda terjun ke tengah-tengah orang desa. Lima atribut Tuhan apa yang pertama-tama akan kamu “exegete” (jelaskan) kepada suku ini?
•____________________________________
•____________________________________
•____________________________________
•____________________________________
•____________________________________
75
=========================================================================
inkarnasi Dia. Dia dengan rela menyampingkan kemuliaan Dia (Filipian 2:5-8) dan dilahirkan sebagai bayi. Sebagai akibat Dia mengalami kelaparan, kehausan, kelelahan dan kelemahan yang lain yang Bapa Dia tidak pernah tahu. Di dalam kondisi manusia ini, Yesus tahu Bapa Dia adalah lebih besar, dan dia rela mencari dan menunduk pada pengarahan Bapa Dia. Kita menemukan contoh yang jelas di dalam taman Getsemani. Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (Matius 26:39).
Ayat-ayat itu mengajarkan kita Yesus, sebelum pondasi dunia, adalah bersama Bapa tapi berbeda dari Dia. “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah “(Yohanes 1:1)” ‘Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.” (Mikha 5:2)
Ayat-ayat itu yang memperlihatkan Bapa dan Anak bukan Tuhan yang terpisah, tetapi adalah dari satu essence (pokok/pribadi). “Saya dan Bapa adalah satu” (Yohanes 10:30)
Apakah kamu mau mengenal tentang Bapa? Lihatlah kepada Yesus. Di malam hari saat perjamuan kudus, Filipus bertanya "Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami." Yesus menjawab “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa” (Yohannes 14:8-9). Apakah kamu mau tahu jalan Bapa? Lihatlah kepada Yesus. "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak.“ (Yohannes 5:19). Apakah kamu mau menambah pengetahuan tentang Bapa? Lihatlah kepada Yesus. “Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah“ (Hebrew 1:3)
Yesus memberi definisi baru hubungan kita dengan Tuhan. Di dalam waktu pribadi
dengan murid-murid Dia setelah kematianNya, Yesus berkata, “Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.“ (Yohannes 15:15). Melalui pengajaran hukum Taurat orang Yahudi belajar untuk takut akan Tuan yang keras dan tidak ramah. Melalui hidup dan kematiaan Yesus kita akan dibenarkan kepada Bapa yang Maha Kasih.
Untuk pembahasan selanjutnya:
Baca Ulangan 6:4 dan kamu akan mengerti kenapa Farisi menuduh Yesus mengfitnah ketika dia mengakui Tuhan adalah Bapa Dia. Ayat-ayat apakah kamu temukan di Perjanjian Baru yang membahas tentang Tritunggal?
76
=========================================================================
Adopsi: Obat penawar kita dari kerisauan
Hubungan yang unik antara Tuhan dan semua yang telah dibenarkan dijelaskan di doktrin adopsi, juga selalu disebut ‘sonship’ Ini menunjukan status kita sebagai anak-anak Tuhan dan sebagai perantara dimana kita menjadi anak Dia. Adopsi ke dalam keluarga Tuhan berlangsung tidak dengan kelahiran, tetapi dengan kelahiran kembali (lahir baru). Itu tidak terjadi karena kedewasaan seseorang tetapi melalui regenerasi (pembaharuan jiwa). Itu tidak alami tapi ajaib.
Adopsi adalah hadiah dari anugerah yang mana menjadi milik kita saat kita menerima Yesus Kristus. “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;” (Yohannes 1:12) Perlu diperhatikan kondisi disini. Tuhan bukanlah bapa universal dari segala ras manusia. Ini adalah sebuah gagasan yang congkak dan humanis (manusiawi). Tuhan adalah pencipta segala sesuatu, tetapi Dia adalah bapa hanya dari mereka yang menerima Kristus.
Terminologi ‘adopsi’ dipakai didalam alkitab secara eksklusif oleh Paulus. Hidup seperti dia di Tarsus, dia mungkin mengenal tradisi yang ada di kerajaan Roma. Adopsi di masa itu berbeda dengan gambaran sekarang paling tidak dalam dua hal. Pertama, orang Yunani dan Roma mengadopsi orang-orang dewasa, bukan bayi-bayi. Daripada disisikan untuk adopsi, seorang bayi yang tidak diinginkan (lebih sering bukan seorang perempuan) sering dibuang dan dibiarkan mati. Tulisan-tulisan zaman itu memberitahukan praktek yang sadis ini.
Kedua, karena ini adalah pengaturan yang sah, adopsi di dunia orang kafir (bukan orang Yahudi) tidaklah disertai dengan kasih yang hangat dan penuh pengorbanan dimana kita hubungkan dengan adopsi hari ini. Itu adalah pragmatis – sebuah bisnis tranksasi Jika seorang tidak mempunyai keturunan, dia akan mengadopsi seorang laki-laki untuk membawa nama keluarga dan harta warisan. Adopsi dilayakan seperti semacam jaminan sosial. Menurut seorang komentator, ‘anak yang diadopsi masuk langsung dalam pengambilan hak-hak orang tuanya dan mengambil penghasilan tetap untuk kelangsungan hidup pewaris dan keluarga dia sampai akhir hidup mereka. Maka adopsi adalah suatu cara untuk menjamin masa tua.
Walaupun Paulus secara pasti tahu adopsi gaya Romawi, tetapi lebih memungkinkan pengetahuan dia tentang Perjanjian Lama dan sejarah Yahudi yang membentuk pendapat dia tentang adopsi. Walaupun kata ‘adopsi’ tidak pernah muncul
Apakah itu seorang Kristen? Pertanyaan ini dapat dijawab dengan beberapa cara, tetapi jawaban yang paling bermutu yang saya tahu adalah seorang Kristen adalah seorang yang mempunyai Tuhan sebagai Bapa dia.
JI Packer
77
=========================================================================
di dalam Perjanjian Lama, tapi konsep itu ada. Dan disinilah kebaikan, suka cita dan kasih pengorbanan dimana kita (bersama Paulus) melekatkan pada adopsi diketemukan. William Hendriksen menulis, ‘ Bagaimana berbeda sesungguhnya (dari model Romawi) natur adopsi yang dipraktekan di Perjanjian Lama…Bukankah anak perempuan Firaun mengadopsi Moses (Keluaran 2:10), walaupun dia hanya, dalam pengertian manusia, seorang bayi yang tidak berdaya? Bukankah Mordekhai mengasuh keponakan perempuan bernama Ester (Ester 2:7)?’
Tulisan Paulus sering memakai istilah bahasa sehari-hari dan menginvestasikan mereka ke dalam makna rohani yang lebih mendalam. Hendriksen memberi pendapat kalau referansi dia ke adopsi mengikuti pola itu: “Ketika di Roma 8:15 dan Galatia 4:5 Paulus memakai istilah ‘adopsi’, kata dan kedudukan hukum dipinjam dari praktek Romawi, tetapi intisari berasal dari wahyu ilahi di Perjanjian Lama.”
Adopsi mencakup kebutuhan penting dari manusia, ketidak amanan universal. Perjanjian Baru membicarakan “mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut” (Ibrani 2:15) Tentu saja, banyak tuntutan yang tidak ditakutkan. Tetapi semua ras manusia bergumul apa yang dinamakan Filosof German abad 20 ‘angst’, suatu perasaan risau yang muncul di dalam roh kita. Ini bukanlah risau yang bisa diterusuri pada sebab tertentu. Ini adalah kabur dan bayang-bayang tetapi sangat nyata. Beberapa orang menjelaskan risau ini sebagai perasaan dimana seorang dipaksa ke dalam keberadaan sadis dan tidak masuk akal,atau dibuang oleh orang tuanya.
Keselamatan melalui Yesus Kristus adalah satu-satunya jawaban untuk ketakutan itu. “Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah [adopsi]. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!”(Roma 8:15) Mungkin satu cara untuk mengungkapkan ayat ini dengan jelas adalah lewat cerita nyata.
Saya mempunyai seorang teman yang mengadopsi seorang anak dari Seoul, Korea. Dia menjelaskan bagaimana sulitnya untuk berdiri di hadapan kerumunan anak-anak yang serba kekurangan dan tidak diinginkan di panti asuhan. Mereka semua lapar akan perhatian dan memeluk dia dengan harapan untuk menerima sentuhan atau senyum. Melihat wajah-wajah mereka yang sangat menyedihkan
Meditasi Yohannes 14:1-4.
Jauh dari pembuangan kamu ke keberadaan yang tidak bermakna, Tuhan telah menyusun akomodasi yang kekal hanya untuk kamu – dan akomodasi yang mewah juga.
Adopsi menanugerahkan pada penerima nya bukan hanya nama baru, status baru dan hubungan keluarga yang baru tetapi juga gambaran baru, gambaran dari Kristus (Roma 8:29). Orang tua duniawi mungkin sangat mengasihi anak yang diadopsi itu. Tetapi, mereka, pada bagian tertentu, tidak mampu memberikan roh mereka kepada anak itu; tetapi ketika Tuhan mengadopsi kita Dia memberikan kita Roh Kudus dari Anak Nya.
William Hendriksen
78
=========================================================================
membuat dia ingin membawa mereka semua. Tetapi sesakit apapun untuk berpaling ke arah lain, dia ingat betapa suka cita nya saat dia memilih calon anak perempunan dia Renee dan membawa dia ke dalam pelukan.
Sekarang, kapan saja Renee bergumul dengan perasaan tidak aman, yang perlu dilakukan hanya bertanya, ‘Papa, apakah kamu benar-benar sayang saya?” Karena dia telah diadopsi, bapa dia bisa menjawab dengan cara yang unik. “Renee”, dia bisa bilang. ‘kamu tidak dipaksakan kepada saya. Saya tidak harus membawa kamu kedalam keluarga saya. Saya tidak dalam keadaan paksa. Tetapi saya ingin, Renee. Saya ingin sekali kamu maka saya pergi mengelilingi setengah bumi untuk mencari kamu supaya saya bisa membuat kamu anak perempuan saya. Saya dengan sengaja memilih kamu, Renee, dan saya akan selalu, selalu mengasihi kamu.”
Yesus tidak perlu meninggalkan surga dan datang ke bumi. Dia tidak dalam keadaan paksa. Mengapa dia datang? Supaya dia bisa melihat ke mata kamu dan berkata “Engkau, saya akan membawa kamu! Tidak perlu lagi kamu dikucilkan, tidak lagi kamu menjadi musuh ku. Saya akan merubah kamu. Saya akan rekonsiliasi (berdamai) dengan kamu. Kamu akan menjadi anak saya.”
Untuk secara pasti kita mengerti keseluruhan makna adopsi, Paulus memakai kata Aramaic “Abba’. Ini adalah istilah yang tidak formal di dalam kamus anak-anak kecil – kita mengartikan nya sebagai ‘Daddy’ (papa). Ini adalah cara Yesus memanggil Tuhan saat dia berkeringat darah di kebun Getsemani. Dia tidak datang kepada Bapa dengan canggung, tonasi sopan santun seperti seorang pelajar Inggris. Di dalam ketekunan Dia berdoa, ‘ Abba! Daddy!” Paulus berkata adopsi membangkitkan tangis dari hati kita, kata yang keras. Dan dengarlah komentar Martin Luther dari abad 16 tentang ungkapan ini:
Ini adalah kata yang kecil, tetapi sekalipun itu mencakup semua pengertian. Mulut berkata tidak, tetapi perasaan hati mengatakan setelah sikap ini. Walaupun saya ditekan oleh kesedihan mendalam dan kengerian di segala sisi, dan sepertinya ditinggalkan dan sepenuhnya dibuang dari hadiratMu, tetapi saya adalah anakMu, dan Engkau adalah Bapa saya demi Kristus: Saya dikasihi karena Sipengasih. Mengapa
2 Dibawah kolom ini, dengan singkat jelaskan tiga hal dalam kehidupan anak yang berubah dengan adopsi manusia, kemudian perhatikan perubahan yang sama yang terjadi pada adopsi ilahi.
Adopsi Manusia
Adopsi Ilahi
79
==================================================================================
kata yang kecil, Bapa, mengandung dengan tepat di dalam hati, melampaui kepandaian bicara Demosthenes, Cicero dan retorik yang paling fasih yang pernah di dunia ini. Masalah ini tidak diungkapkan dengan kata-kata, tetapi dengan rintihan, dimana rintihan ini tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata apapun, karena tidak ada lidah yang bisa mengutarakan mereka.
Kata ‘Abba’ menunjukkan kebebasan, kepercayaan, pengakuan yang sukacita, jawaban manis, syukur yang berlimpah, dan kepercayaan yang filial. Di dalam kata ini kita mendapatkan penawar untuk ‘angst’ (kerisauan). Roh yang telah kita terima, jauh dari ketakutan dan keterikataan, telah membebaskan kita untuk memanggil Tuhan dengan cara yang paling intim.
Bagian hari yang saya paling senang terjadi ketika saya tiba di rumah setelah bekerja menemukan keempat anak-anak saya memanggil dengan berulang-ulang ‘ Daddy! Daddy!’ dan memberikan pelukan dan ciuman. Ungkapan yang sederhana dan tidak formal ini sangat menakjubkan dan puas buat saya. Saya tidak meragukan kalau tangis kita mempengaruhi Bapa kita yang di surga sama seperti itu.
Merasakan pemeliharaan Bapa
Telah lebih sekali di dalam buku ini kita melihat kalau kebenaran adalah kenyataan obyektif yang tidak dipengaruhi keadaan emosi kita. Perasaan menjadikan dasar yang buruk untuk persekutuan kita dengan Tuhan, dan emotionalism sering tidak produktif. Tetapi untuk berdebat melawan perasaan dan mendefinisikan kepercayaan hanya dengan kelakuan dan kenyataan adalah mengeluarkan hati dari kasih Tuhan. Jika emosi sangat gampang dikenali dan dihargai dalam hubungan manusia, mengapa kita menghilangkan itu dari hubungan kita dengan Tuhan?
Ada elemen subyektif dari pengenalan Tuhan dan ini adalah apa yang Paulus referansi di Roma 8:16 “Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah.” Pengertian batin akan keberadaan Tuhan, kesadaran emosional tentang Roh Dia yang maha kasih adalah buah yang penting (walaupun itu bukan akar) dari kebenaran. Mempercayai sebaliknya adalah sub-kristen.
Salah satu fungsi penting dari Roh Kudus adalah untuk memberkati kita dengan kepastian bahwa kita ini adalah anak-anak Tuhan. Filosofer Blaise Pascal pernah berkata, ‘Hati mempunyai alasan tersendiri, alasan itu tidak mengetahui apapun.” Saya tidak bermaksud seorang itu perlu menjadi rohaniwan untuk menikmati perasaan kasih Tuhan. Malahan, semakin banyak pengetahuan yang kita dapat tentang tuntutan alkitab
Untuk pembahasan selanjutnya:
Menurut Galatia 4:1-7, walaupun kita adalah pewaris dari harta warisan yang kaya, sesuatu harus terjadi sebelum kita mendapatkan warisan itu. Apakah itu?
80
=========================================================================
mengenai kebapaan Tuhan, semakin kita menyadari keberadaan Dia sepanjang saat.
Kenyataan dimana kita dimasukkan ke dalam keluarga Tuhan adalah sesuatu yang menakjubkan, walaupun dari pandangan pertama ini tidaklah kelihatan. Kebanyakan dari kita tumbuh di dalam keluarga dan tidak menghargai mereka. Kita mungkin gagal mensyukuri secukupnya pengorbanan kasih ibu dan pemeliharaan ayah. Perasaan syukur itu tidak datang dengan otomatis.
Lebih kasihan lagi jika kita tidak belajar berterima kasih akan berkat-berkat ini, kita akan tumbuh mengharapkan mereka sebagai hak kita. Dalam hal yang sama kita bisa menganggap kebaikan Tuhan secara cuma-cuma.
Disini kita anak yatim piatu yang dicangkokkan dari jalan yang paling kotor ke tempat tinggal Raja sendiri, dan kecenderungan kita adalah mengerutu dan mengomel. Betapa beruntungnya kita telah memiliki Bapa dimana kasihNya cuma dilebihkan oleh kesabaranNya.
Peninjauan singkat ke beberapa cara Bapa kita memperhatikan kita akan membantu kita menghargai kasih Dia lebih sempurna. Sebagai permulaan, mari kita tidak melupakan providensial pemeliharaan Dia. Kita semua tahu kalau Dia membuat hujan untuk turun pada yang tidak adil dan yang adil, tetapi itu tidak membuatnya kurang menarik. Berhentilah dan pikirkan semua hal-hal biasa yang sering tidak kita syukuri seperti makanan, tempat perlindungan, keluarga dan teman-teman. Ini bukanlah hadiah-hadiah yang kurang beranugerah dari Bapa yang Maha Kasih dibanding nubuat dan pengetahuan.
Bahasanya ada sedikit kuno, tetapi Sir Robert Grant menangkap ketakjuban providensial Bapa kita di dalam Hymn dia ‘O Worship the King’
Betapa banyaknya permeliharaan Engkau, lidah mana yang bisa mengulangnya?
3. Pohon apa saja yang menyalahkan buahnya untuk akarnya akan mempunyai kesulitan untuk bertumbuh. Ini juga benar dengan orang Kristen. Dengan bantuan dari diagram berikut ini, menunjukan lima akar-akar (dari Roma 8:29:30, lihat halaman 3-4 sebagai peringatan) dan sembilan buah (dari Galatia 5:22) dari kehidupan orang Kristen.
Meditasi Mazmur 145:15-16.
Ambil beberapa saat untuk berterima kasih pada Tuhan untuk cara Dia telah membuka tangan Dia untuk engkau.
81
=========================================================================
Yang bernapas di udara, yang berkilau di cahaya. Yang mengalir dari bukit, yang turun ke tanah daratan, dan berada di dalam embun dan hujan.
Manisfestasi dari Bapa kita yang penuh pertimbangan wajarlah dijadikan sanjak. Dan berpikir tentang keuntungan ini telah menambah keuntungan kita tinggal di dalam tempat kita. Tidak ada ruangan buat kesombongan ketika kita melihat betapa tergantungnya kita kepada pemeliharaan providensial Bapa kita.
Orang Inggris adalah orang yang banyak titel. Panggilan ‘Lord’, ‘Lady’, ‘Duke’, dan ‘Earl’. Satu titel yang paling menarik adalah ‘Lord Protector’ (Tuan pelindung). Raja Edward masih seorang anak saat dia mewarisi kerajaan dari ayah dia, Henry VIII, maka itu jatuh kepada ‘Lord Protector’ untuk menjaga raja muda ini dan kegiatan-kegiatan kerajaan. Tuhan adalah Tuan Pelindung kita. Dia berdaulat dalam kegiatan-kegiatan kita untuk kebaikan kita dan secara efektif melindungi kita dari kesulitan.
Saya adalah seorang yang bersifat tenang, tidak gampang marah biasanya (kecuali di lapangan golf). Tetapi saya melihat keberanian atau kemarahan yang mulia muncul di diri saya ketika sesuatu mencelakakan istri dan anak-anak saya. Itu seperti alami saja. Saya percaya Tuhan beri itu dan saya rasa itu bisa diexpresikan secara berdosa, itu tidaklah perlu – itu adalah buat perlindungan keluarga saya. Dengan mempunyai Bapa Surgawi yang pelindung membuat kita relaks di dalam kepercayaan seperti seorang anak, sama seperti bapa lahiriah saya adalah pelindung saya di dalam pengalaman sulit beberapa tahun yang lalu.
Hamil pertama dari istri saya diakhiri dengan keguguran. Itu adalah waktu yang sangat menyedihkan. Tetapi tidak seorangpun dari kita dipersiapkan untuk kesulitan yang akan terjadi. Karena kita kehilangan bayi di tengah malam, dokter memerintahkan kita untuk datang ke rumah sakit pertama-tama pada pagi hari. Clara berdarah kebanyakan, tetapi kita menganggap itu adalah normal … sampai jam 6 pagi, saat dia pingsan dan masuk dalam keadaan shock. Saya bergumul untuk memanggil ambulan dan menjaga dia pada saat yang bersamaan. Walaupun itu adalah pegang sana sini beberapa saat, kita akhirnya membawa dia ke rumah sakit dimana kondisi dia di stabilin. Betapa melegakan!
Salah satu kerjaan seorang pastor adalah mengatur dengan tanggung jawab di saat krisis, jadi saat saya menanggulangi form penerima dan perincian lain selama pagi hari saya memastikan emosi saya dicek. Kemudian datanglah saat harus menelepon yang lain untuk memberitahu tentang apa yang terjadi
Dibenarkan dengan Tuhan penghakim adalah sesuatu yang baik, tetapi dikasihi dan dipelihara oleh Tuhan Bapa adalah lebih baik lagi.
J.I. Packer
Pembahasan Selanjutnya:
Untuk pembahasan yang intim pada pemeliharan Tuhan Bapa akan orang yang tidak layak, lihat Hosea 11:1-4 (juga Ulangan 33:27)
82
=============================================================
Semuanya berjalan dengan lancar sampai saya menelepon orang tua saya dan ayah saya yang menjawab telepon. “ Papa, kita kehilangan bayi. Clara mengalami keguguran kemarin malam”
“Gee, Rob, saya turut berduka cita mendengar hal ini”
Ketika dia mengucapkan beberapa kata itu, sederhana dan tulus, sesuatu pecah dan saya menangis. Saya sangat terkejut dengan isak tangis saya dan bagaimana itu datang dengan cepat. Kemudian saya sadar di hadapan papa saya, saya tidak harus berkuasa. Saya dengan bebas memberikan emosi yang tersimpan di dalam saya. Saya bisa menjadi anak dia. Dibawah payung perlindungan Bapa Surgawi kita, kita bebas untuk menjadi lemah dan mengekspresikan emosi kita yang paling dalam. (Tentu saja, kalau tangis itu berkepanjangan, papa juga bisa menyuruh kamu untuk menghentikan itu dan berlanjut dengan kegiatan yang lain)
Tidak ada batas akan biji rohani yang dapat digali di dalam pengwahyuan Tuhan sebagai Bapa Dan walau bagaimana banyaknya bapak lahiriah kita menggambarkan kualitas ilahi, mereka jauh ketinggalan dari Bapa kita yang di Surga.
Melihat ke masa depan
Apa yang membuat Tuhan memberikan kita hak-hak keanggotaan di dalam keluarga dia yang tidak bisa dibandingkan? Paulus mengali itu sampai kekekalan untuk memberikan kita jawaban: “Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya,” (Efesus 1:4-5) Ini adalah kasih Tuhan yang membawa keselamatan. Yakinlah bahwa kekuatan ataupun kekurangan mu tidaklah menjadi faktor. Tuhan, di dalam ketakjuban kasihNya, telah memutuskan untuk mengadopsi kita sebelum penciptaan dunia ini.
4 Baca Mazmur 18:1-19 dan jawab pertanyaan berikut ini:
Titel apa yang dipakai David untuk Tuhan? (ayat 1-2)
Siapa yang David panggil ketika berada di dalam bahaya? (ayat 3,6)
Mengapa Tuhan menyelamatkan kita? (ayat 19)
Mereka yang lahir sekali, mati dua kali. Mereka mati sesaat dan mereka mati di dalam kematiaan kekal. Tetapi mereka yang lahir dua kali, mati sekali saja; karena kematian kedua tidaklah mempunyai kuasa.
William S. Plumer
83
=========================================================================
Betapa melegakan mengetahui pilihan Tuhan akan kita tidak ada hubungannya dengan betapa menarik, pintar atau baiknya kita. Jika itu halnya, dia akan lebih terbuai untuk menukar kita dengan model yang lebih bagus! Kita tidak menghasilkan adopsi dengan pekerjaan dan kita tidak bisa menahannya dengan pekerjaan. Adopsi adalah sebuah hadiah anugrah yang telah ada di hati Tuhan sejak awal waktu.
Melihat ke dalam kekekalan masa lampau menghasilkan rasa syukur yang berkelimpahan, tetapi hal yang sama menggembirakan juga melihat ke dalam kekalan masa depan. Kita harus melihat kesempurnaan yang dibawa oleh adopsi. Paulus berkata untuk setiap Kristen didalam mengekspresikan antisipasi masa depan. “Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang telah menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita sambil
menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan tubuh kita.” (Roma 8:23).
Diluar status kita sekarang sebagai anak laki-laki dan perempuan Tuhan, adopsi kita tidaklah disempurnakan sampai hari Tuhan menyelamatkan atau membangkitkan badan-badan kita. Tidak banyak topik lain yang mendapat spekulasi dan suka cita di dalam gereja seperti ini. Kita semua mempunyai minat untuk mengerti apa yang kita tunggu pada saat hari kiamat. Walaupun buat pikiran biasa hal-hal ini disisikan sebagai misteri. Alkitab memberikan kita gambaran yang luas apa yang kita bisa harapkan untuk terjadi.
Alkitab memperlihatkan ada 3 tahap dari keberadaan manusia. Yang pertama, the natural state (tahap alami), termasuk saat kita dikandung sampai kita mati fisik. Tubuh dan roh dipersatukan bersama. Ini adalah kehidupan yang kita kenal di saat ini. Walaupun state ini mencakup pemeliharaan dan kesengsaraan yang banyak, sedikit dari kita mempercepat untuk masuk periode kedua – the intermediate state (tahap kelanjutan). Periode ini berlangsung dari saat kita meninggal sampai kembalinya Yesus Kristus dan dikarakterkan dengan pemisahan badan dari roh. Bagian fisik kita kembali ke debu ketika bagian lainnya “kembali kepada Allah yang mengaruniakannya”(Pengkotbah 12:7). Roh-roh dari semua yang meninggal di dalam Kristus bersama Kristus sekarang. Kamu tidak akan mendapatkan hal yang lebih bagus dari ini. Paulus, mengetahui dia menghadapi kemungkinan mati, membuat lebih jelas dia mendapatkan intermediate state lebih penting dari natural. “Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus--itu memang jauh lebih baik “ (Filipian 1:23)
5 Yang mana dari berikut ini akan memberikan tanda kembalinya Allah? (Tandai yang benar)
Terompet berbunyi dan berkumandang
Kegembiraan yang unik atas bekas tanah pemakaman
Kebangkitan dari tubuh-tubuh orang mati
Tertinggalnya rumah-rumah, mobil-mobil dan sepatu-sepatu olah raga
Reuni di awan
Edisi ke 77 dari ‘Why The Rapture Will Take Place In…
84
=============================================================
Saat bergantung di kayu salib, Yesus menjanjikan penjahat mereka akan bersama di surga hari itu juga (Lukas 23:43). Perbandingan ini dengan 2 Korintius 12:1-4 memperlihatkan “heaven”, “paradise” (surga) dan “being with Jesus” (bersama dengan Yesus) adalah tempat yang sama. Ketika di intermediate state kita tidak akan tidak sadar (“roh tidur”) atau menjalani tugas di dalam api penyucian , keduanya ini tidaklah berdasarkan doktrin alkitab. Kita akan segera menjadi seperti Yesus, kekudusan kita disempurnakan. Kita tidak akan lagi disulitkan oleh kehadiran dosa. Lebih baik dari itu, kita akan menikmati persekutuan yang tak berhenti dengan Allah. Ini adalah satu-satunya kekuatiran saya. Selama saya bersama Dia, saya tidak akan risau tentang detail yang tidak dipecahkan.
Sebagus apapun intermediate state, ini bukanlah final state (tahap terakhir) dari keberadaan kita. Waktu akan datang dimana “trumpet dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir. Sebab nafiri akan berbunyi dan orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan kita semua akan diubah. (1 Kor 15:52) Ini juga dikenal sebagai ‘the glorified state’ (tahap kemuliaan) dan akan terjadi disaat kedatangan Tuhan. Pada hari itu orang-orang mati akan bangkit dan dikembalikan ke tubuh mereka yang dimuliakan. Sekali lagi ini adalah Paulus yang memceritakan apa yang akan terjadi pada hari itu “Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, (Filipi 3:20,21)
Bab terpanjang dari surat-surat Paulus, 1 Korintius 15, mengfokuskan secara ekslusif tentang kebangkitan kita yang akan datang. Dia menulis bab itu untuk menjawab anggota-anggota tertentu gereja Korintus yang mempertimbangkan kebangkitan itu tidak bisa dipercaya dan tidak perlu. Kalau kebetulan kita menpunyai sifat orang Korintus, mari kita lihat poin penting dari intruksi Paulus di bab ini.
Kebangkitan itu perlu untuk kekristenan. Jika kamu menghilangkan kebangkitan Yesus, kamu menghilangkan dasar dari pengampunan (ayat 12-19).
Yesus Kristus adalah buah pertama dari mereka yang bangkit; kebangkitan Dia menjamin kebangkitan dari semua orang yang ada di dalam Kristus (ayat 20-22).
Kematian, musuh terakhir dan terbesar kita, akan ditaklukkan
Meditasi Pengkotbah 3:11
Dimana minat kita tentang masa depan itu datang?
Kenyataan bahwa kita akan hidup lagi tidaklah lebih menakjubkan atau misterius daripada kita hidup sekarang. Tetapi keajaiban yang nyata adalah setelah kita tidak hadir di dalam kekekalan masa lalu, sekarang kita ada disini…Tentu saja ini lebih menakjubkan bahwa dari bukanlah kita, kita berwujud menjadi.
Loraine Boettner
85
=============================================================
melalui kebangkitan. Karena Yesus mati dan bangkit kembali, Dia tidak lagi menjadi maut kematian. Realitas yang sama menunggu semua orang milik Dia. Walaupun kita mempunyai suatu kebencian alami terhadap kematian, Firman Tuhan, teladan Yesus dan kehadiran Roh Kudus cukup untuk mengembalakan kita melalui jurang gelap dan yang tidak jelas. Jauh dari ketaatan orang Kristen, kematian telah ditelan oleh kemenangan – kemenangan Yesus Kristus (ayat 26, 54-56)
Apakah rupa dari badan-badan yang dimuliakan dan dibangkitkan? Paulus berkata mereka akan membawa kesamaan dari badan kita sekarang tetapi juga akan beda besar. Hubungan antara pohon acorn dan oak mungkin menjadi metafor untuk melukiskan perbedaan itu. Kita akan menambah pengetahuan dari pembahasan tentang kemunculan Yesus setelah kebangkitan. Badan baru kita tidak akan rusak, kuat, mulia, dan lebih utama nya rohani (ayat 35-44).
Selesai dengan sampah dan kotoran
Usaha untuk membawa bab terakhir ini ke penutupan memberi saya simpati baru untuk Paulus, yang mana hormat akan anugerah dan kemurahan hati Tuhan dijadikan suatu bentuk seni berupa kalimat yang panjang. Dimana itu akan berakhir? Doktrin kebenaran adalah tidak parallel di dalam jangkauan dan keindahan. Tidaklah kebetulan kalau keempat mahkluk hidup itu memuji kekudusan Tuhan tanpa berhenti, dan dengan setiap pernyataan dua puluh empat penua menunduk di dalam pujian yang tidak berhenti di hadapan domba Tuhan yang dimuliakan (Wahyu 4:8-11).
Parabel Yesus tentang pesta kawin memberikan kita percampuran yang pas tentang perayaan dan ketenangan (Matius 22:2-14). Kamu mungkin sudah pernah mendengar cerita ini. Seorang raja memberikan pesta perkawinan untuk anaknya, dan membagi undangan-undangan ke seluruh kerajaannya. Ketika tamu-tamu dia menolak undangan, raja menolak untuk mengganti rencananya. “Pergilah ke sudut-sudut jalan dan undanglah siapa yang kamu jumpa”, dia berkata. Segera ruangan itu penuh dengan orang. Tamu undangan dari kelas bawah ini tidak biasa dengan etika agung, jadi kemungkinan besar raja akan memberikan baju yang cocok untuk pesta.
Di tengah perayaan raja masuk ke dalam
6 Ini adalah inventori singkat apa yang harus kita tinggalkan ketika kita berada di tahap kemuliaan. Tandai hal apa yang kamu ingin bawa ke dalam kekekalan
Stress
Pajak
Berat badan yang kelebihan
Jerawat
Depresi
Takut
Sedih dan
Sakit
Kerusakan komputer
Kebingungan tentang kehendak Tuhan
Pembahasan selanjutnya:
Pertimbangkan kata-kata ini dari hymn lama: “Dunia ini bukanlah rumah saya, saya hanya lewat.” Dengan petualangan pikiran, baca 2 Korintus 5:1-5. Dimana kebangsaan Paulus? Dimana kamu punya?
86
=========================================================================
ruang pesta melihat tamu-tamu dia, dan di sini kita mendapatkan parable inti persoalan. “Tetapi ketika raja masuk dia memperhatikan seorang pria tidak memakai pakaian pesta. ‘ Teman’, dia bertanya, ‘bagaimana kamu masuk tanpa pakaian pesta?’
Untuk mengerti kemarahan raja, beberapa orang menduga bahwa itu adalah tradisi di zaman Yesus dimana si pengundang menyediakan pakaian pesta untuk tamu-tamunya, terlebih buat tamu yang tidak mampu. Tamu yang tidak berpakaian layak bukanlah korban dari kemiskinan, dia dengan sengaja menolak kemurahan penyediaan dari pengundangnya.
Tanpa ragu raja memerintahkan dia untuk ditangkap tangan dan kaki dan dibuang ke dalam kegelapan.
Tuhan Maha Kuasa telah mengumpulkan kita dari sudut-sudut jalan dan memberikan kita tempat di pesta pernikahan Anak Dia. Dia memberikan kita jubah kebenaran untuk menggantikan kain kotor kita. Perayaan yang meriah dan kekal akan terjadi. Tetapi mari perhatikan cara pakaian kita. Pakaian dijahit tangan, walau bagaimana susah atau bagus, akan meremehkan Tuan dari pesta itu. Hanya hadiah gratis dari keadilan, pengorbanan Tuhan Yesus Kristus dapat membawa kita ke dalam hadirat Tuhan.
“Seandainya saya mempunyai iman dari bapa-bapa sebelum saya,’ orang kudus abad sembilan belas berkata, ‘ semua semagat dari nabi-nabi, semua perbuatan baik dari rasul-rasul, semua kesengsaraan kudus dari orang-orang martir, dan semua pengabdian dari seraph; saya akan menyangkal semuanya dan menghitung semua tetapi sampah dan kotoran ketika dibanding dengan kematian yang mulia,dan jasa yang tidak ada batasnya dari Tuhan Yesus Kristus. Dikeluarkan dari amarah Tuhan dan diadilkan oleh anugerahnya, kita hanya mulai untuk mengerti betapa besarnya keselamatan ini. Tetapi kita masih mempunyai sedikit waktu. Kekekalan, walaupun ini tidak akan cukup.
Bagian yang paling dipilih oleh setiap keberadaan orang Kristen adalah di hadapanNya.
William S. Plumer
87
=========================================================================
Diskusi Kelompok
1. Memori yang terbaik apa yang kamu punya bersama bapa kamu?
2. Diskusikan ‘angst’ yang dijelaskan oleh pengarang di halaman 78. Bagaimana ini diekspresikan di dalam mereka yang belum diadilkan di dalam Kristus?
3. Diskusikan reaksi kamu tentang cerita adopsi Renee di halaman 78-79.
4. Tuliskan tiga kata sifat yang kamu pikirkan ketika mendengar kata ‘hakim’. Bagaimana dengan kata ‘Bapa’?
5. Apakah kamu ada pengalaman jelek dengan bapa duniawi kamu yang membuat kamu sulit untuk datang dekat kepada bapa surgawi kamu?
6. “Betapa melegakan mengetahui pilihan Tuhan akan kita tidak ada hubungannya dengan betapa menarik, pintar atau baiknya kita. “ tulis pengarang (halaman 83). Apakah motivasi Dia untuk mengadopsi kita?
7. Apakah ada sesuatu yang membuat kamu aneh ketika di dalam doa menyatakan Tuhan sebagai ‘Daddy’ (papa)?
8. Bagaimana Tuhan sorgawi kamu menyediakan untuk kamu minggu lalu?
9. Mana dari berikut ini mengungkapkan harapan kamu tentang kemuliaan yang akan datang? A. Tidak bisa ditunggu! B. Terdengar baik C. Saya belum siap D. Satu arah perjalanan kemana?
10. Baca Ibrani 11:13-16 dengan suara keras. Apa yang menjadi karakter orang-orang yang disebutkan? Bagaimana kita mengembangkan minat yang serupa???
Rekomendasi Buku
Immortality by Loraine Boettner (Phillipsburg, NJ:
Presbyterian and Reformed Publishing Company, 1984)
The Bible on the Life Hereafter by William Hendriksen
(Grand Rapids, MI: Baker Book House, 1987)
The Atonement by Leon Morris (Downwers Grove, IL:
InterVarsity Press, 1984)
The Glory of Christ by Peter Lewis (Chicago, IL: Moody
Press, 1997)
88
=========================================================================
NOTA
1. Edmund P. Clowney, Preaching and Biblical Theology (Phillipsburg,
NJ: Presbyterian and Reformed Publishing Company, 1961), p. 15.
2. Gordon R. Lewis, Confronting the Cults (Grand Rapids, MI: Baker
Book House, 1966), p. 25.
3. J.I. Packer, Knowing God (Downers Grove, IL: InterVarsity Press,
1973), p. 181.
4. Ibid.
5. W. v. Martitz, Theological Dictionary of the New Testament, Vol.
VIII, G. Kittle and G. Friedrich, Eds. (Grand Rapids, MI: Wm. B.
Eerdmans Publishing Co., 1972), p. 398.
6. William Hendrikson, New Testament Commentary, Romans—
Chapters 1–8 (Grand Rapids, MI: Baker Book House, 1980), p. 259.
7. Ibid.
8. Ibid.
9. F.F. Bruce, Tyndale New Testament Commentary, Romans (Grand
Rapids, MI: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1963), pp. 166–67.
10.William Hendrikson, Romans Commentary, p. 258.
11.D. Martyn Lloyd-Jones, Romans: An Exposition of Chapter 8:5-17
(Grand Rapids, MI: Zondervan Publishing House, 1974), p. 243.
12.J.I. Packer, Knowing God, p. 188.
13.William S. Plumer, The Grace of Christ (Philadelphia, PA:
Presbyterian Board of Publication, 1853), p. 266.
14.Loraine Boettner, Immortality (Phillipsburg, NJ: Presbyterian and
Reformed Publishing House, 1956, 1984), p. 59.
15.William Plumer, The Grace of Christ, p. 404.
16.Ibid., p. 236–37.
</blockquote>