Jangan Puas Dengan Kotbahmu yang Biasa-Biasa Saja
Dari Gospel Translations Indonesian
Oleh Paul Tripp Mengenai Penggembalaan
Terjemahan oleh Noviyanti Sugita
Saya ingin melihat suatu tempat di mana terdapat terlalu banyak hal yang biasa-biasa saja di dalam gereja Yesus Kristus, yakni khotbah. Sebanyak 40 kali akhir pekan setiap tahunnya, saya selalu bersama tubuh Kristus tertentu di suatu tempat di dunia. Sering kali saya tidak dapat pulang pada hari Sabtu, sehingga saya pasti akan menghadiri ibadah di jemaat lokal (jika saya tidak dijadwalkan untuk berkhotbah). Apa yang akan saya katakan ini mungkin akan membuat saya menghadapi masalah, tetapi saya yakin hal ini perlu disampaikan. Saya sangat sedih dan tertekan untuk mengatakannya, tetapi saya lelah mendengar pengajaran teologi yang membosankan dan kurang dipersiapkan, yang dibawakan oleh pengkhotbah yang tidak memberi inspirasi dan hanya membaca teks saja, yang semuanya dilakukan demi khotbah yang alkitabiah.
Saya tidak terkejut jika pikiran jemaat melayang. Saya tidak terkejut jika jemaat berjuang untuk tetap terjaga dan menyimak. Saya terkejut bahwa masih ada orang yang tidak merasa demikian. Mereka sedang diajari oleh seseorang yang tidak membawa senjata yang tepat ke atas mimbar untuk berperang bagi mereka dan dengan mereka. Berkhotbah bukanlah sekadar memuntahkan tafsiran favorit Anda, menceritakan kembali khotbah dari pengkhotbah favorit Anda, atau menyusun kembali catatan dari salah satu kelas seminari favorit Anda. Berkhotbah adalah membawakan kebenaran Injil Yesus Kristus yang mampu mengubah hidup, dari suatu perikop yang telah sangat dimengerti, diyakini dan telah dipraktikkan, yang disampaikan dengan lembut, menarik dan penuh semangat oleh orang yang telah dihancurkan dan dipulihkan oleh kebenaran tersebut, kebenaran yang saat ini sedang ia sampaikan. Anda tidak dapat melakukan ini semua tanpa persiapan yang benar, perenungan, pengakuan dosa dan penyembahan.
Tidaklah mungkin jika Anda baru mulai memikirkan perikop yang akan Anda bawakan tersebut pertama kalinya pada hari Sabtu siang atau Sabtu malam, untuk dapat memberikan perhatian yang cukup pada perikop tersebut. Anda tidak akan dapat mengerti perikop itu, menghayatinya, dan siap untuk membagikannya kepada orang lain dengan cara yang terus-menerus dapat mengubah hidup mereka. Sebagai gembala, kita harus memperjuangkan kekudusan berkhotbah, atau tidak akan ada orang lain yang akan memperjuangkannya. Kita harus meminta agar pekerjaan kita memberikan waktu yang kita perlukan untuk mempersiapkan diri dengan baik. Kita harus mengusahakan waktu di dalam jadwal kita untuk melakukan apa saja yang perlu kita lakukan, sesuai dengan karunia dan kedewasaan kita, untuk siap menjadi juru bicara bagi Sang Raja Juru Selamat kita. Kita tidak boleh merasa nyaman dengan pola yang merendahkan khotbah dan menurunkan kemampuan kita untuk menampilkan kemuliaan Allah yang penuh rahmat dan Maha Mulia. Kita tidak dapat membiarkan diri kita menjadi terlalu sibuk dan tidak terfokus. Kita tidak boleh menetapkan standar yang rendah bagi diri kita sendiri maupun bagi orang-orang yang kita layani. Kita tidak bisa membuat pengecualian dan kelonggaran untuk diri kita sendiri. Kita tidak boleh membiarkan diri kita mencoba memadatkan persiapan yang bernilai seribu dolar ke dalam waktu yang hanya senilai satu sen. Kita tidak boleh kehilangan pandangan kita dari Dia Yang Maha Sempurna dan kasih karunia-Nya yang sempurna, yang akan kita tampilkan sesuai panggilan kita. Kita tidak boleh, karena ketidaksiapan kita, membiarkan kemuliaan-Nya terlihat membosankan dan rahmat-Nya yang menakjubkan terlihat biasa-biasa saja.
Kebiasaan dan disiplin yang membungkus khotbah kita akan selalu menampilkan karakter asli dari hati nurani kita. Inilah saatnya untuk mengaku dosa dan bertobat. Kita tidak dapat menyalahkan tugas dan tanggung jawab atau kesibukan kita. Kita tidak dapat menuduh hal-hal darurat yang selalu muncul dalam jadwal setiap gembala. Kita tidak dapat menyalahkan kebutuhan keluarga. Kita harus dengan rendah hati mengakui bahwa khotbah kita biasa-biasa saja, tidak sesuai dengan standar di mana kita dipanggil. Masalahnya adalah kita. Masalahnya adalah kita telah kehilangan rasa takjub kita, dan dengan hilangnya perasaan takjub itu, kita menjadi terlalu enak menampilkan kesempurnaan Tuhan dengan cara yang sama sekali tidak sempurna. Pelayanan apa pun yang biasa-biasa saja selalu disebabkan oleh hati. Jika ini Anda, segeralah bertobat dengan rendah hati kepada Sang Juru Selamat dan nikmati kasih karunia yang memiliki kekuatan untuk menyelamatkan Anda dari diri Anda sendiri, dan dengan itu mengembalikan perasaan takjub Anda kepada-Nya.