Bagaimana Menjadi Orang yang Berpikir Spiritual?
Dari Gospel Translations Indonesian
Oleh John Piper
Mengenai Pengudusan dan Pertumbuhan
Bagian dari seri Taste & See
Terjemahan oleh Hondho Wahyu
Anda dapat membantu kami memperbaiki terjemahan ini dengan meninjau untuk meningkatkan akurasi terjemahan. Pelajari lebih lanjut (English).
Ditulis oleh John Piper
Artikel ini muncul disebabkan karena alur pikiran saya pada hari Minggu siang terbawa oleh iklan video Apple Computer. Iklan-iklan tersebut lucu. Tetapi saat saya melihat Mac vs PC secara teliti, saya mulai bertanya pada diri saya, apakah sebenarnya saya ini terhanyut jauh dari cara berpikir secara spiritual. Saya percaya bahwa untuk berpikir tentang computer secara spiritual sangatlah mungkin. Tetapi apakah saya berpikir begitu pada waktu menonton iklan tadi? Ataukah saya terbawa kedalam situasi yang begitu indah dan kerinduan yang membuat Tuhan terasa sangat jauh dan Alkitab serasa membosankan dan surga adalah sesuatu yang tidak masuk akal dan neraka adalah sesuatu yang tidak dapat dibayangkan. Saat itu merupakan saat-saat yang sangat kritis. Dan Tuhan menangkap saya.
Menjadi orang yang berpikir secara spiritual adalah masalah hidup atau mati. Rasul Paulus berkata dalam Roma 8:6, “Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera.” Frase “keinginan Roh” diterjemahkan dari frase phronema tou pneumatos- kata benda yang berarti “keinginan Roh”. Tidak ada satupun kata dalam Bahasa Inggris yang artinya sama persis dengan phronema. Kata tersebut tidak hanya berarti “pikiran” tetapi juga “sikap”. Sehingga tidak hanya berarti “serangkaian pikiran” tetapi juga berarti “serangkaian sikap”. Phronema itu adalah kerangka dan susunan pikiran kita. Sehingga apabila kita berkata bahwa kita mempunyai “phronema Roh” berarti kita berkata bahwa Roh itu membentuk susunan sikap-cara berpikir kita seperti sikap-cara berpikir Roh itu sendiri. Hal itu akan meninggikan Kristus dan menghormati Tuhan dan juga menyenangkan Firman Tuhan dan memandang orang dan segala sesuatu dengan kesadaran akan keberadaan Tuhan.
Saya benar-benar rindu untuk berpikir secara Roh sepanjang waktu. Saya ingin melihat dunia dengan mata spiritual- misalnya saja: computer dan yang lain-lainnya. Sehingga saat ini saya berhenti merenungi computer dan kemudian menuliskan strategi-strategi berikut ini untuk menjadi orang yang berpikir secara Roh dan tetap menjaganya untuk terus berpikir secara Roh. Strategi-strategi ini tidak berada dalam urutan tertentu. Strategi-strategi ini saya tulis secara langsung, begitu ide-ide itu muncul.
Sadarilah bahwa manusia lahiriah kita akan pudar dan manusia batiniah harus terus diperbaharui dengan memikirkan hal-hal yang dari atas
Agar kita tidak kecewa. Walaupun manusia lahiriah kita akan pudar, manusia batiniah kita sedang diperbaharui. Hari demi hari. Dan penderitaan ringan yang hanya sementara ini memang terjadi untuk mempersiapkan kita untuk mendapatkan kemuliaan kekal yang tiada bandingannya, saat kita tidak hanya memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tidak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tidak kelihatan adalah kekal. (2 Korintus 4:16-18)
Ambil langkah radikal untuk menjaga pikiran anda tetap bersih
Kamu telah mendengar firman, “Jangan berzinah”. Tetapi aku berkata kepadamu: setiap orang yang memandang perempuan dan menginginkannya sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya. Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika salah satu anggota tubuhmu binasa, dari pada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka. (Matius 5:27-29)
Buatlah Tuhan menjadi sumber kesukaan bagi segala sukacitamu.
Maka aku dapat pergi ke mezbah Allah, menghadap Allah, yang adalah sukacitaku dan kegembiraanku, dan bersyukur kepadaMu dengan kecapi, ya Allah, ya Allahku! (Mazmur 43:4)
Secara harafiah, “sukacitaku” adalah “kegembiraanku karena ada sukacita”. Saya ambil ini dengan maksud bahwa di dalam seluruh sukacita kita, Tuhan haruslah menjadi kegembiraan dan sumber sukacita itu sendiri. Setiap sukacita haruslah menjadi sukacita di dalam Tuhan. Apabila sebuah sukacita tidak berhubungan dengan siapa Tuhan itu, dan tidak bisa dinikmati lebih dari itu, maka sukacita itu bukanlah sukacita yang berasal dari Roh.
Pandanglah setiap orang yang anda temui seakan-akan anda akan bertemu seratus tahun lagi.
Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara, di alam maut ia memandang keatas, dan dari jauh dilihatnya Abraham dan Lazarus duduk dipangkuannya. (Lukas 16: 22-23)
Sebab itu kami tidak lagi menilai seorang jugapun menurut ukuran manusia. Dan jika kami menilai Kristus menurut ukuran manusia, sekarang kami tidak lagi menilaiNya demikian. (2 Korintus 5:16)
Perhatikan dengan teliti, setiap kejadian, bahkan pada saat yang paling membahagiakan sekalipun, ada luka dan kesedihan di berbagai tempat, di sekitar 10. 000 tempat, sebagian dari tempat tersebut bahkan sangat dekat.
Apakah hal itu tidak akan menghapus seluruh sukacitacita kita? Lebih baik realistis walaupun harus sedih, daripada berpura-pura bahagia. Tetapi, saya pikir kita tidak harus memilih. Realita dan kebahagiaan dan kesedihan adalah hal-hal yang mungkin terjadi. Karena itulah kenapa Rasul Paulus berkata bahwa dia “berdukacita tetapi senantiasa bersukacita” (2 Korintus 6:10).
Coba kita lihat cerita David Brickner (Pemimpin Redaksi Jews for Jesus). Cerita ini mengiris hati.
Beberapa bulan yang lalu, dalam penerbangan pulang dari sebuah meeting, seseorang yang duduk di belakang saya mulai sesak nafas. Sebuah pengumuman yang terdengar dari intercom berbunyi bahwa saat itu diperlukan seorang dokter. Segera sesudah itu seorang dokter dan beberapa suster datang kepada laki-laki itu untuk menolong, tetapi tidak berhasil. Saya mulai berdoa untuk orang itu dan juga untuk istrinya yang duduk disebelahnya. Pilot mengumumkan bahwa karena keadaan darurat untuk pengobatan, pesawat akan mendarat di Edmonton. Saya bisa mendengar hal-hal yang dilakukan dibelakang tempat duduk saya, saat dokter dan para suster secara bergantian melakukan CPR (CPR: pertolongan pernafasan). Apabila anda belum pernah mengalami berada didekat orang yang sekarat walaupun dilakukan usaha pertolongan semacam ini, saya bisa meyakinkan anda bahwa hal itu sama seperti yang kita lihat di TV. Suara udara yang dipaksa keluar dari paru-paru orang itu, suara dan aroma kematian yang bergemerincing mengerikan. Saya mendengar dokter berkata pelan, “Waktu kematian, jam 10.25 pagi.”
Dan kemudian kapten mengumumkan kepada para penumpang bahwa keadaan sudah stabil, berarti penerbangan bisa langsung dilanjutkan ke San Fransisco. Saya tidak tahu berapa banyak penumpang yang menyadari bahwa apa yang diumumkan sebagai keadaan darurat yang telah berlalu sesungguhnya adalah pengumuman tersamar tentang berlalunya kehidupan yan terjadi pada orang dibelakang saya tersebut. Tentunya penumpang disekitar saya tahu. Kemudian, pramugari menarik selimut dan menutupi orang tersebut hingga ke kepalanya. Istrinya, yang masih duduk disebelahnya, terisak-isak dan sangat berduka. Dan setelah itu, para pramugari mulai masuk melewati aisles (gang diantara barisan tempat duduk)….. menyajikan makan siang. Makan siang !? Bagaimana mungkin penumpang di kabin itu bisa makan setelah menyaksiakan kejadian yang baru saja terjadi? Tetapi ternyata mereka bisa. (Jews for Jesus, Newletter, Nopember 2006, hal. 1)
Cerita ini adalah perumpamaan dunia yang bisa terjadi kapan saja. Sebagian orang menikmati makan siang, disaat ribuan orang berduka-cita. Cerita ini mengingatkan kita saat kita terhanyut oleh kenyataan yang disajikan oleh iklan-iklan computer.
Ingatlah peringatan Tuhan Yesus tentang hal-hal yang mematikan kehidupan spiritual kita: kekuatiran, kekayaan dan kenikmatan hidup.
(Firman) Yang jatuh dalam semak duri ialah orang yang telah mendengar firman itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekuatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga mereka tidak menghasilkan buah yang matang. (Lukas 8:14)
Lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain masuklah menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. (Markus 4:19)
Perhatikan dengan baik, apa yang harum untuk Tuhan dan apa yang menyukakanNya!
Dan hiduplah didalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diriNya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah. (Efesus 5:2)
Sebab bagi Allah kami adalah bau yang harum dari Kristus ditengah-tengah mereka yang diselamatkan dan diantara mereka yang binasa. (2 Korintus 2:15)
Ia tidak suka kepada kegagahan kuda, Ia tidak senang kepada kaki laki-laki; Tuhan senang kepada orang yang takut akan Dia, kepada orang-orang yang berharap akan kasih setiaNya.(Mazmur 147:10-11)
Bergaullah dengan orang-orang yang berpikiran spiritual
Siapa yang bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa yang berteman dengan orang-orang bebal menjadi malang. (Amsal 13:20)
Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik. (1 Korintus 15:33)
Bacalah tulisan-tulisan yang spiritual dan memikat tentang Tuhan
Sebagai contoh, bacalah kotbah-kotbah dari Jonathan Edward dan John Owen pada Volume Tujuh dalam karyanya Works, On Spiritual Mindedness. Berikut ini adalah contoh judul-judul kotbah dari Vol. 25 pada edisi Yale dalam karya Edward Works, agar anda bisa ‘mencicipi’ berbagai kejadian yang terjadi pada masa itu:
“The Great Concern of a Watchman of Souls” (Keprihatinan besar yang dirasakan Penjaga Jiwa)
“The Beauty of Piety in Youth” (Indahnya Kepasrahan di Masa Muda)
“The Church’s Marriage To Her Sons, and to Her God.” (Pernikahan Gereja dengan Anak-anaknya dan dengan Tuhannya)
“Yield To God’s Word, or Be Broken by His Hand” (Berserahlah kepada Firman Tuhan, atau Diremukkan oleh TanganNya)
“Saving Faith and Christian Obedience Arise from Godly Love” (Meningkatkan Iman dan Ketaatan Kristen yang Muncul dari Kasih Ilahi)
“The Peace Which Christ Gives His True Followers”(Damai yang diberikan Kristus kepada Pengikut SetiaNya)
“Men’s Inhumanity to God” (Ketiadaan Belas Kasih Manusia terhadap Tuhan)
“Christ is The Heart Like A River to a Tree Planted by It”(Kristus adalah Jantungnya Seperti Sungai bagi Pepohonan yang ditanam ditepinya)
“God is Infinitely Strong”(Tuhan benar-benar Kuat, Tidak terbatas)
Perhatikan Lebih Teliti Hidup anda yang Sebentar Lagi akan Menjadi Kehidupan tanpa Tubuh Jasmani
Tetapi hati kami tabah, dan terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap bersama Tuhan. (2 Korintus 5:8)
Seberapa eratkah sukacita yang anda miliki menempel pada tubuh jasmani Anda?
Pikirkan tentang betapa singkatnya kehidupan ini.
“Semua yang hidup adalah seperti rumput, dan segala kemuliaannya seperti bunga rumput, rumput menjadi kering, dan bunga gugur, tetapi firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya. Inilah firman Tuhan yang disampaikan Injil kepada kamu.” (1 Petrus 1:24-25)
Mintalah pada Tuhan agar memiliki cara berpikir secara Roh
Kenyangkanlah kami di waktu pagi dengan kasih setiaMu, supaya kami bersorak-sorak dan bersukacita semasa hari-hari kami. (Mazmur 90:14)
Para pemazmur berdoa agar mendapatkan hati dan pikiran yang sudah lama mereka rindukan untuk dimiliki
Ingatlah bahwa anda mati bersama Kristus dan sudah menyalibkan daging
Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. (Galatia 5:24)
Kunci paling mendasar untuk memiliki pikiran yang spiritual adalah keyakinan mendalam bahwa anda benar-benar sudah mati dan dibangkitkan bersama Kristus dan bahwa anda sudah diampuni dan dibenarkan di dalam Dia.
Terimalah penderitaan yang sudah dipilih Tuhan sebagai sebuah didikan yang membuat kita berpikir secara spiritual dengan lebih lagi.
Sebab kami mau saudara-saudara, supaya kamu tahu penderiataan yang dialami di Asia Kecil. Beban yang ditanggungkan diatas kami adalah begitu besar dan begitu berat, sehingga kami telah putus asa, juga akan hidup kami. Bahkan kami merasa, seolah-olah kami telah dijatuhi hukuman mati. Tetapi hal itu terjadi, supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati. (2 Korintus 1:8-9)
Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu sebagai anak. Dimanakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi , jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang. Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita beroleh hidup? Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh kekudusanNya. Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya. (Ibrani 12:7-11)
Pergilah ke Rumah Sakit dan berdoalah untuk orang yang sedang sekarat
Pergi ke rumah duka lebih baik dari pada pergi ke rumah pesta, karena dirumah dukalah kesudahan setiap manusia; hendaknya orang yang hidup memperhatikannya. (Pengkotbah 7:2)
Saya melakukannya minggu lalu dan pasti selalu ada efek ketenangan yang terjadi yang menghapus keduniawian dari pikiran saya.
Resiko yang terjadi : Kita dianggap aneh dan bodoh
Cukuplah bagi seorang murid jika ia menjadi sama seperti gurunya dan bagi seorang hamba jika ia menjadi sama seperti tuannya. Jika tuan rumah disebut Beelzebul, apalagi seisi rumahnya. (Matius 10:25)
Sadarlah bahwa jutaan orang yang menganut agama lain di dunia ini tidak sedang mencari orang Amerika yang budayanya lebih keren atau yang mempunyai tehnologi yang canggih. Mereka mencari “orang kudus”, “orang pilihan Allah”
Pertanyaan yang terjadi bukanlah, “Apakah dia cerdas, pandai berbicara dan pintar?” Tetapi pertanyaannya akan seperti ini, “Apakah dia rajin berdoa? Apakah dia memahami Kitab Sucinya dengan sepenuh hatinya? Apakah dia hanya berfokus pada Tuhan dan melakukan penyangkalan diri? Apakah dia menemukan kuat di dalam kelemahannya?
Yang selalu rindu untuk berpikir secara spiritual dengan anda,
Pendeta John