Apa yang Harus Didengar dan Diakui Para Pendeta

Dari Gospel Translations Indonesian

Langsung ke:navigasi, cari

Yang Berhubungan Dengan Sumber Daya
Lagi Oleh Paul Tripp
Indeks Pengarang
Lagi Mengenai Penggembalaan
Indeks Topik
Tentang terjemahan ini
English: What Every Pastor Must Hear and Confess

© The Gospel Coalition

Bagikan ini
Misi Kami
Terjemahan ini diterbitkan oleh Injil Terjemahan, sebuah pelayanan yang ada untuk membuat buku-buku dan artikel injil-tengah yang tersedia secara gratis untuk setiap bangsa dan bahasa.

Pelajari lebih lanjut (English).
Bagaimana Anda Dapat Membantu
Jika Anda mampu berbahasa Inggris dengan baik, Anda dapat membantu kami sebagai penerjemah secara sukarela.

Pelajari lebih lanjut (English).

Oleh Paul Tripp Mengenai Penggembalaan

Terjemahan oleh Yahya Kristiyanto

Review Anda dapat membantu kami memperbaiki terjemahan ini dengan meninjau untuk meningkatkan akurasi terjemahan. Pelajari lebih lanjut (English).


Apabila Anda menginginkan hubungan dalam pelayanan yang sehat di mata Tuhan, Anda harus memiliki komitmen untuk dengan sengaja menabur benih yang baik di atas tanah hubungan dalam pelayanan itu. Hal ini menuntut pengertian, komitmen, disiplin, dan keuletan. Galatia 5:13 sangatlah menolong dalam hal ini. Paulus menggambarkan gaya hidup yang penuh dengan hubungan ini dengan perkataan, “...layanilah seorang akan yang lain oleh kasih” (Galatia 5:13). Kemudian ia mengucapkan sesuatu yang mengejutkan, “...seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: ‘Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!’” (ayat 14). Seandainya Andalah yang harus menulis firman ini: “seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini”, apa yang akan Anda tulis selanjutnya? Saya sendiri akan menulis, “Kasihilah Tuhan lebih dari segalanya.” Tetapi yang mengejutkan, bukan itu yang ditulis Paulus. Sebaliknya, ia berkata, “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!" Bagaimana kasih terhadap sesama justru merangkum seluruh panggilan Tuhan terhadap kita? Jawabannya bisa sederhana sekaligus luar biasa. Mereka yang mengasihi Tuhan lebih dari segalanya juga akan mengasihi sesamanya sebagaimana mereka mengasihi diri mereka sendiri.

Ini merupakan suatu wawasan kepada hubungan dalam pelayanan yang perlu didengar oleh semua pendeta. Persoalan pertama di dalam hubungan kita dalam pelayanan bukan bahwa kita tidak saling mengasihi satu sama lain; bukan. Persoalannya adalah bahwa kita kurang mengasihi Allah, sehingga karena kita kurang mengasihi Allah, kita pun jadi kurang mengasihi sesama sebagaimana seharusnya. Apakah itu mungkin karena kita begitu sibuk mengasihi diri sendiri dan memastikan bahwa orang lain “mengasihi” kita dengan cara yang kita inginkan, sehingga kita kehabisan energi untuk mengasihi mereka sebagaimana seharusnya? Atau, mungkinkah itu karena kita begitu sibuk bekerja untuk membuat orang lain bekerja sama di dalam pelayanan kita dengan mengikuti keinginan kita, kebutuhan kita maupun perasaan kita sehingga kita terlalu teralihkan untuk memperhatikan semua kesempatan untuk mengasihi yang sudah diberikan kepada kita setiap hari, atau karena kita terlalu sibuk memastikan bahwa kita sendiri dikasihi sehingga kita memperlakukan kesempatan-kesempatan itu semau kita sekalipun kita menyadari akan adanya kesempatan itu? Mengapa terjadi hal seperti ini? Hal ini terjadi karena kita telah mengganti kasih kepada Tuhan dan kedamaian di dalam perlindungan-Nya dengan kasih kepada diri sendiri dan kegelisahan karena adanya “kebutuhan”.

Vertikal, Bukan Horisontal

Sekali lagi, ini berarti Anda tidak terlebih dulu harus memperbaiki hubungan di dalam pelayanan secara horisontal; tetapi Anda harus memperbaikinya secara vertikal. Hanya setelah kita mengakui kekurangan kita akan kasih kepada Allah – kepada rencana-Nya, tujuan-Nya, dan panggilan-Nya – dan hanya setelah kita mengakui bahwa kita telah mengganti agenda pribadi kita yang egois dengan agenda-Nya bagi kita, barulah kita akan bebas untuk mengasihi satu sama lain dengan cara yang dimungkinkan oleh kasih karunia-Nya. Selanjutnya, manipulasi akan digantikan dengan pelayanan. Anda bukan lagi akan memilih orang-orang yang hidup dan bekerja bersama dengan Anda untuk masuk ke dalam pelayanan Anda, tetapi justru Anda akan mendapatkan sukacita dan kepuasan karena telah menemukan cara untuk melayani mereka. Anda ingin melihat kebutuhan-kebutuhan yang akan datang. Anda ingin melakukan banyak hal yang membawa sukacita bagi mereka. Anda mau mendengar cerita duka mereka dan menanggung beban mereka. Jika keinginan ini membawa kebaikan, hubungan dalam pelayanan Anda belumlah sempurna, tetapi mendapatkan tempat, di mana kesatuan, saling pengertian dan kasih mendapatkan tempat untuk bisa hidup, bernapas dan bertumbuh.

Pelayanan seperti ini tidak alami bagi kita, karena kita semua memiliki endapan dosa, dan DNA dosa adalah keegoisan. Jadi, apabila kita ingin menjalani hidup seperti ini, kita semua membutuhkan pertolongan, intervensi dan pemberdayaan yang hanya dapat diberikan oleh kasih karunia Allah saja. Kita perlu mendengar perkataan ini, “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna" (2 Korintus 12:9). Bersikaplah jujur: Anda cenderung percaya bahwa Andalah yang paling kuat di dalam hubungan dengan banyak orang, karena Anda dibebani kelemahan orang lain. Dan dosa telah meninggalkan sekantung kelemahan di dalam diri kita semua. Tak seorang pun yang membaca artikel ini bangga atas segala sesuatu yang telah dikatakannya minggu ini. Tak seorang pun akan membela diri atas segala sesuatu yang sudah dipikirkannya ataupun dihasratkannya. Jadi, perubahan tidak didapati di dalam membela kebenaran kita sendiri tetapi di dalam mengakui kelemahan kita dan berseru memohon pertolongan yang sudah dijanjikan Tuhan di dalam kasih karunia-Nya.

Cukuplah sudah menunjuk jari. Cukuplah sudah mendengarkan pembela di dalam hati Anda membela perkara Anda. Cukuplah sudah membawa-bawa catatan kesalahan orang lain. Cukuplah sudah menghakimi, mengkritik dan menyalahkan. Cukuplah sudah menuntut orang lain dengan standar yang lebih tinggi daripada standar Anda sendiri. Cukuplah sudah mengeluh, mengeluarkan complaint, mendebat, menarik mundur dan memanipulasi. Cukuplah sudah mempertahankan kebenaran diri sendiri yang tidak pernah membawa perubahan. Cukuplah sudah menyakiti orang lain dan menimbulkan kepahitan. Cukuplah sudah untuk menganggap diri sendiri sebagai korban dan orang lain sebagai penjahatnya. Cukuplah sudah untuk menuntut dan harus mendapatkan sesuatu. Cukuplah sudah untuk mendapatkan ancaman dan dijatuhi kesalahan. Cukuplah sudah untuk mengatakan kepada orang lain betapa baiknya Anda dan betapa mereka harus berterima kasih karena hidup bersama orang seperti Anda. Cukuplah sudah marah-marah dan berdiam diri demi membenarkan diri. Cukuplah sudah untuk terlalu berlebihan mengawasi orang lain untuk melihat apakah mereka menyerah. Cukuplah sudah untuk merasakan naik-turunnya roller coaster. Cukuplah sudah untuk melihat orang lain sebagai mesias Anda pribadi demi memuaskan kerinduan hati Anda. Cukup sudah.

Sekaranglah waktunya untuk berhenti menunjuk jari dan mulai mengakui kelemahan Anda yang dalam dan terus melebar. Lakukan perubahan pada hubungan dalam pelayanan Anda dan mulailah mengakui kebutuhan Anda. Sekaranglah waktunya untuk mengatakan, “Tuhan, ada saatnya aku benar, tapi begitu sering aku keliru. Begitu sering aku membiarkan ketidaksabaran dan perasaan tersinggung menjadi bagian dari diriku yang paling menonjol. Begitu sering aku iri hati dan tidak mau memaafkan. Begitu sering aku tidak bisa menemukan sukacita dalam melayani dan kepuasan dalam memberi. Begitu sering aku lebih suka menang daripada meraih persatuan dan kedamaian. Kukatakan kepada diriku sendiri bahwa aku akan menjadi lebih baik, tapi kembali aku jatuh ke perangkap lama.” Kita semua perlu menaikkan doa, “Tuhan, sudilah Kau memperkuatku hari ini dengan kasih karunia-Mu supaya aku bisa mengasihi sebagaimana Engkau telah memanggilku untuk mengasihi?”