Tuhan berkata 'Tidak' untuk Kebahagiaan Anda

Dari Gospel Translations Indonesian

(Perbedaan antarrevisi)
Langsung ke:navigasi, cari
Kathyyee (Bicara | kontrib)
(←Membuat halaman berisi '{{info|God Says “No” for Your Joy}}Ketika Tuhan memberikan batasan atau larangan kepada kita, itu adalah untuk kebahagiaan kita. Dia tidak pernah berkata 'tidak' kepa...')

Revisi terkini pada 02:05, 28 Agustus 2019

Yang Berhubungan Dengan Sumber Daya
Lagi Oleh Jon Bloom
Indeks Pengarang
Lagi Mengenai Sukacita
Indeks Topik
Tentang terjemahan ini
English: God Says “No” for Your Joy

© Desiring God

Bagikan ini
Misi Kami
Terjemahan ini diterbitkan oleh Injil Terjemahan, sebuah pelayanan yang ada untuk membuat buku-buku dan artikel injil-tengah yang tersedia secara gratis untuk setiap bangsa dan bahasa.

Pelajari lebih lanjut (English).
Bagaimana Anda Dapat Membantu
Jika Anda mampu berbahasa Inggris dengan baik, Anda dapat membantu kami sebagai penerjemah secara sukarela.

Pelajari lebih lanjut (English).

Oleh Jon Bloom Mengenai Sukacita

Terjemahan oleh Lucy Setyadi

Review Anda dapat membantu kami memperbaiki terjemahan ini dengan meninjau untuk meningkatkan akurasi terjemahan. Pelajari lebih lanjut (English).


Ketika Tuhan memberikan batasan atau larangan kepada kita, itu adalah untuk kebahagiaan kita. Dia tidak pernah berkata 'tidak' kepada kita kecuali kata 'tidak' akan membuat kita lebih bahagia.

Di taman Eden, sebelum kejatuhan yang mengerikan, satu-satunya larangan yang diberikan Tuhan kepada Adam adalah ini:

"Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.” (Kej. 2:16-17)

Adam, kamu punya kebebasan penuh untuk makan dari setiap pohon yang ada di seluruh taman kecuali buah dari pohon yang akan menghancurkan kebahagiaanmu.

Larangan yang Membebaskan

Larangan ini merupakan gambaran dari kasih Tuhan yang amat dalam kepada Adam dengan mengingatkan Adam akan adanya bahaya yang mengancam. Ini sebenarnya juga kesempatan bagi Adam untuk mengekspresikan kasihnya kepada Tuhan dengan cara mempercayai dan mentaati perintahNya. Ini adalah larangan yang membebaskan. Selama Adam percaya bahwa larangan adalah gambaran dari kasih Tuhan, larangan ini akan menjaga Adam dari bahaya menjadi budak dosa (Yoh. 8:34) dan rasa takut akan kematian (Ibr. 2:15). Sebenarnya larangan ini bukanlah sesuatu yang sulit, Adam diberi kebebasan penuh untuk menikmati semua yang tersedia, namun ia harus menahan diri dari pohon yang satu itu.

Tapi ia tidak melakukannya. Adam dan Hawa percaya pada tipuan yang menggiurkan dan makan buah dari pohon yang terlarang itu. Mereka telah melanggar satu-satunya hukum yang diberikan dalam kasih dan memilih untuk mengabaikan kata 'tidak' yang diberikan dalam kasih. Mereka (dan kita semua di dalamnya) telah tersesat di dalam taman, kita telah kehilangan kemerdekaan dari dosa yang tidak dapat dibandingkan dengan apapun, kehidupan kita di dunia, dan yang terburuk dari semuanya, persekutuan kita dengan Bapa kita di surga.

Gambaran Kasih Tuhan

Namun, kita bersyukur bahwa cerita ini belum berakhir. Adam yang terakhir telah datang, dan ia telah mentaati perintah Bapanya dengan sempurna dan membayar penuh semua hutang dosa sehingga ia, dan semua yang percaya, dapat lahir baru, hidup bebas dari dosa, hidup kekal, dan yang terbaik dari semuanya, dapat bersekutu langsung dengan Allah Tritunggal. Semua yang percaya dan mentaati Yesus akan mendapatkan lebih banyak daripada yang diambil dari Adam di Taman Eden.

Setiap kali Tuhan memberikan larangan, dasarnya adalah kasih. Setiap perintah Tuhan yang diawali dengan 'janganlah' adalah gambaran dari kasih Tuhan.

Betapa indahnya gambaran yang diberikan Tuhan bagi kita semua yang harus berkata 'tidak' dan 'jangan' kepada orang-orang yang sudah diberikan Tuhan kepada kita untuk kita layani. Orangtua, kakek nenek, saudara yang lebih tua, pastor, pemimpin, diaken, CEO, manajer, supervisor, guru, pemimpin kelompok sel, presiden, pejabat, petugas penegak hukum, dan apapun posisi otoritas yang kita pegang atau akan kita pegang, kita diberikan suatu tanggung jawab untuk berkata 'tidak' hanya untuk satu alasan: untuk menjaga kebaikan, untuk melindungi dan membuat rasa sukacita mereka yang kita layani bertambah.

Ya, kita diperbolehkan untuk berkata 'tidak' hanya untuk melayani mereka, dan bukan untuk memerintah di atas mereka. (Mat. 20:25-28). Kita hanya boleh memberikan larangan untuk menjaga kebebasan mereka yang sejati; kita hanya boleh memberikan batasan untuk memperluas pilihan mereka yang akan mendatangkan kebahagiaan.

Karena itulah kita harus mengevaluasi peraturan-peraturan yang telah kita tetapkan. Apakah semua kata 'tidak', 'jangan' dan 'kamu tidak boleh' adalah benar-benar pernyataan kasih? Atau larangan itu dibuat karena keegoisan kita, rasa takut, atau adanya keinginan untuk mendapatkan persetujuan dari seseorang atau adanya keinginan untuk balas dendam?

Marilah kita membuat batasan hanya karena kita mengasihi mereka yang kita layani. Marilah kita berkata 'tidak' hanya untuk kebahagiaan mereka.