Nyamanlah Jiwaku

Dari Gospel Translations Indonesian

Revisi per 04:03, 19 November 2020; Kathyyee (Bicara | kontrib)
(beda) ←Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya→ (beda)
Langsung ke:navigasi, cari

Yang Berhubungan Dengan Sumber Daya
Lagi Oleh Marshall Segal
Indeks Pengarang
Lagi Mengenai Pengudusan dan Pertumbuhan
Indeks Topik
Tentang terjemahan ini
English: It Is Well

© Desiring God

Bagikan ini
Misi Kami
Terjemahan ini diterbitkan oleh Injil Terjemahan, sebuah pelayanan yang ada untuk membuat buku-buku dan artikel injil-tengah yang tersedia secara gratis untuk setiap bangsa dan bahasa.

Pelajari lebih lanjut (English).
Bagaimana Anda Dapat Membantu
Jika Anda mampu berbahasa Inggris dengan baik, Anda dapat membantu kami sebagai penerjemah secara sukarela.

Pelajari lebih lanjut (English).

Oleh Marshall Segal Mengenai Pengudusan dan Pertumbuhan

Terjemahan oleh Paulin Keren Gloria

Review Anda dapat membantu kami memperbaiki terjemahan ini dengan meninjau untuk meningkatkan akurasi terjemahan. Pelajari lebih lanjut (English).


Tetapi tidak mengapa, sebab bagaimanapun juga, Kristus diberitakan, baik dengan maksud palsu maupun dengan jujur. Tentang hal itu aku bersukacita. Dan aku akan tetap bersukacita, karena aku tahu, bahwa kesudahan semuanya ini ialah keselamatanku oleh doamu dan pertolongan Roh Yesus Kristus. Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, melainkan seperti sediakala, demikianpun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku. Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan (Filipi 1:18-21).

Di tahun 1873, seorang pria menerima surat dari istrinya yang berlayar ke Eropa dengan keempat putri mereka, di mana pria itu telah berencana untuk segera bertemu dengan mereka. Dalam pesan itu tertulis, “Selamat seorang diri…” Istri pria itu dan putri-putrinya mengalami tabrakan parah di laut dan kapal mereka tenggelam. Keempat putri mereka meninggal. Ini adalah berita terburuk terakhir dalam tiga tahun yang mengerikan bagi keluarga ini. Mereka kehilangan putra mereka pada tahun 1870, lalu kebakaran hebat menghancurkan finansial mereka setahun setelahnya, sebelum berita mengerikan kecelakaan di laut tersebut.

Pria itu adalah Horatio Spafford, dan dia mengarungi lautan untuk bertemu istrinya yang hancur hati meratap. Horatio menuliskan kata-kata ini:

Saat damai, seperti sungai, hadir di jalanku
Saat kesedihan seperti ombak laut menggulung
Bagaimana pun nasibku, Engkau telah mengajariku untuk berkata
Nyamanlah, nyamanlah jiwaku.

Nyamanlah jiwaku? Apa yang dapat melabuhkan pikiran dan hati seseorang dalam tragedi seperti ini dan membebaskannya untuk bernyanyi "nyamanlah jiwaku" ketika semua yang dimilikinya lenyap?

Harapan dalam Nyanyian Spafford

Kunci untuk menderita dengan baik, setidaknya bagi Horatio Spafford, adalah Kristus. Sebagai seorang ayah, dia telah bertemu, dan mencintai, menikmati, dan menyembah-Nya, Juruselamatnya, Yesus Kristus. Dan cinta itu mampu membawanya melintasi gelombang kehidupan yang paling ganas. Dia tahu inti dari Filipi 1:21, di mana Paulus - orang yang paling menderita - menulis, "Bagiku hidup adalah Kristus, dan mati adalah keuntungan."

Kristus, Anak Allah, merendahkan diri-Nya menjadi manusia yang memiliki daging dan tulang, seperti Anda dan saya (Filipi 2: 7). Dan sebagai seorang manusia - seorang manusia yang tidak bersalah, tidak berdosa - dia merendahkan dirinya sampai mati sebagai orang berdosa menggantikan kita di kayu salib (Filipi 2: 8). Dia menumpahkan darah-Nya sendiri untuk jiwa saya. Tubuh-Nya yang hancur dan darah yang tercurah melunasi hutang atas kejahatan saya. Dalam pengorbanan Yesus, dosa saya - bukan sebagian, tapi semuanya - dipakukan di kayu salib, dan saya tidak memikulnya lagi.

Sekarang, catatan terakhir dalam setiap kehilangan adalah sukacita, karena apa pun –berita, orang lain, peristiwa, kehilangan – tidak dapat mengambil Kristus dan kasih-Nya dari saya. Bahkan kematian. Saat saya menutup mata untuk yang terakhir kalinya, momen kehilangan yang terbesar dan terdalam itu sebenarnya adalah sebuah "Keuntungan". “Tuhan percepatlah hari ketika imanku akan terlihat.” Kita dapat memiliki kedamaian, dan iman, dan bahkan kegembiraan ketika kita kehilangan segalanya, karena kita tidak pernah kehilangan segalanya. Terlepas dari apa yang terjadi di bumi ini, kita akan menghabiskan kekekalan menikmati Tuhan yang menjadi seperti kita, memberikan hidup-Nya bagi kita, menyelamatkan kita dari dosa kita, dan mengantar kita pada kehidupan yang penuh dan tidak pernah berakhir.

Nyamankah Jiwamu?

Tuhan telah memberi kita anugerah penuh belas kasih dalam musik yang ditulis di tengah-tengah tragedi besar. Sebuah lagu sering kali memiliki kekuatan untuk mengekspresikan dan menenangkan rasa sakit ketika kata-katanya saja terasa kosong. Berulang kali, lagu "Nyamanlah Jiwaku" telah bertemu dan membawa orang-orang kudus melalui berbagai penderitaan terburuk, mengingatkan kita tentang "Kenyamanan" yang dalam, berdiam, dan berdaulat di dasar sukacita dan hidup kita.

Pernahkah Anda menemui kedamaian seperti itu di tengah kekacauan dalam hidup Anda? Pernahkah Anda merasakan kasih Tuhan ketika Anda melewati sebuah tragedi? Apakah ada sesuatu yang besar, kuat, dan menghiburkan pada dasar respon Anda terhadap keputusasaan, kekecewaan, dan kehilangan?

Di dalam Kristus, semuanya adalah baik bagi Anda apa pun kondisinya. Dia mati untuk Anda. Dia turut merasakan rasa sakit yang Anda rasakan. Dia tinggal bersama Anda, dan Dia berjanji untuk membawa Anda kepada diri-Nya sendiri, di mana Dia akan selamanya menjaga Anda dengan sempurna dari dosa, kematian, penderitaan, dan kesedihan.