Mengapa Harus Menghafalkan Ayat Alkitab?

Dari Gospel Translations Indonesian

(Perbedaan antarrevisi)
Langsung ke:navigasi, cari
PagePush (Bicara | kontrib)
(Automated: copied from main site)

Revisi terkini pada 16:48, 24 Agustus 2009

Yang Berhubungan Dengan Sumber Daya
Lagi Oleh John Piper
Indeks Pengarang
Lagi Mengenai Alkitab
Indeks Topik
Tentang terjemahan ini
English: Why Memorize Scripture?

© Desiring God

Bagikan ini
Misi Kami
Terjemahan ini diterbitkan oleh Injil Terjemahan, sebuah pelayanan yang ada untuk membuat buku-buku dan artikel injil-tengah yang tersedia secara gratis untuk setiap bangsa dan bahasa.

Pelajari lebih lanjut (English).
Bagaimana Anda Dapat Membantu
Jika Anda mampu berbahasa Inggris dengan baik, Anda dapat membantu kami sebagai penerjemah secara sukarela.

Pelajari lebih lanjut (English).

Oleh John Piper Mengenai Alkitab
Bagian dari seri Taste & See

Terjemahan oleh Susan Margaretha


Pertama, beberapa kesaksian: Saya mendapatkan kesaksian itu sebagai orang ketiga, bahwa Dr. Howard Hendricks dari Seminari Dallas (Dallas Theological Seminary) pernah membuat pernyataan (dan saya merumuskannya dengan kata-kata saya) bahwa kalau saja segala sesuatu tergantung padanya, setiap siswa yang lulus dari Seminari Teologi Dallas harus mampu menghafalkan seribu ayat Alkitab denagn sempurna sebelum mereka dinyatakan lulus.

Dallas Willard, seorang profesor Filsafat di Universitas Southern California menulis, “Menghafalkan ayat Alkitab sangatlah penting untuk membentuk segi spiritual seseorang. Jika saya harus memilih satu di antara banyak bidang ilmu mengenai kehidupan spiritual, saya akan memilih menghafalkan ayat Alkitab, karena hal itu adalah hal mendasar ang diperlukan untuk memenuhi pikiran kita dengan apa yang dibutuhkan olehnya. Kitab ini tidak boleh menjauh dari mulutmu. Di sanalah kamu membutuhkannya! bagaimana hal itu bisa sampai ke mulut kita? Dengan menghafalkannya” (“Spiritual Formation in Christ for the Whole Life and Whole Person” dalam Vocatio, Volume 12, no. 2, Spring (edisi musim semi), 2001, h. 7).

Chuck Swindoll menulis, “Saya tidak mengetahui hal apapun dalam kehidupan Kristen yang lebih memuaskan, dibandingkan dengan menghafalkan ayat Alkitab... tidak ada hal lain yang memberikan keuntungan spiritual terbesar! Kehidupan doamu akan semakin diperkuat. Kesaksian hidupmu akan semakin tajam dan efektif. Sikap hidup dan penampilan lahiriahmu akan mulai diubahkan. Pikiranmu akan semakin dipertajam dan waspada. Kepercayaan dan keyakinanmu akan semakin bertambah. Imanmu akan dimantapkan” (Growing Strong in the Seasons of Life [Grand Rapids: Zondervan, 1994], h. 61).

Salah satu alasan Martin Luther mendapatkan pencerahan terbesar dari dalam Alkitab bahwa kita dibenarkan hanya oleh iman, adalah karena pada tahun-tahun awal hidupnya saat dia belajar di biara Augustinian, Johann Staupitz mempengaruhinya untuk mencintai Alkitab. Luther mendalami Alkitab saat banyak orang mendapat gelar doktor teologi tanpa pernah membaca Alkitab sama sekali. Luther menyatakan bahwa rekan sesama profesornya, Andreas Karlstadt, bahkan tidak memiliki Alkitab sama sekali saat dia mendapatkan gelar teologianya, bahkan sampai setelah beberapa tahun kemudian (Bucher, Richard. "Martin Luther's Love for the Bible"). Luther sangat mengetahui isi Alkitab dari ingatannya, sampai saat Tuhan membuka matanya mengenai pembenaran yang ada dalam Roma 1:17, dia berkata, “Saat itu saya kembali mengkaji ayat-ayat Alkitab dari dalam ingatan saya,“ untuk memperoleh konfirmasi dari hal yang dia temukan.

Jadi, inilah beberapa alasan mengapa beberapa orang meyakini pentingnya menghafalkan ayat Alkitab bagi kehidupan Kristen.

1. Diubahkan Menjadi Seperti Kristus

Paulus menuliskan bahwa “kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan , .. maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar” (2 Korintus 3:18). Kalau kita mau diubahkan menjadi serupa gambaran Kristus, kira harus setia mencari Dia. Ini hanya mungkin ditemukan dalam FirmanNya. “Dan TUHAN selanjutnya menampakkan diri di Silo, sebab Ia menyatakan diri di Silo kepada Samuel dengan perantaraan firman-Nya.” (1 Samuel 3:21). Menghafalkan ayat Alkitab mampu membuat gambaran kita tentang Yesus semakin kokoh dan jelas.

2. Kemenangan Dari Hari ke Hari atas Dosa

“Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu ... Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau” (Mazmur 119: 9, 11). Paulus menyatakan bahwa kita harus “oleh Roh ... mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu” (Roma 8:13). Satu perlengkapan senjata yang digunakan untuk memusnahkan adalah “pedang Roh” yaitu Firman Allah (Efesus 6:17). Saat dosa menggoda tubuh kita untuk melakukan suatu perilaku dosa, kita mulai mengingat apa yang dikatakan oleh Firman Allah, dan menghancurkan godaan yang ada dengan kebenaran akan Kristus yang lebih indah dan lebih berharga daripada apa yang ditawarkan oleh dosa.

3. Kemenangan Dari Hari ke Hari atas Setan

Saat Yesus dicobai oleh Setan di padang gurun, Ia menggunakan Firman Allah yang ada di ingatanNya dan membuat Setan enyah dari hadapanNya (Matius 4: 1-11)

4. Menghibur Orang yang Anda Kasihi

Saat-saat di mana orang membutuhkan kita biasanya terjadi waktu kita tidak sedang memegang Alkitab kita, atau waktu Alkitab ada di sekitar kita. Bukan hanya itu, ketika kita menyampaikan Firman Allah dengan spontan dari dalam hati kita, terdapat kuasa yang khusus di dalamnya. Amsal 25:11 mengatakan. “Perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya adalah seperti buah apel emas di pinggan perak.” Itu adalah cara terbaik untuk mengatakan, Ketika hati kita dipenuhi dengan kasih Allah dan FirmanNya, berkat mengalir dari perkataan kita.

5. Menyampaikan Kabar Injil Bagi Orang yang Belum Diselamatkan

Kesempatan untuk mewartakan Injil biasanya datang saat kita tidak sedang memegang Alkitab. Ayat-ayat di Alkitab mempunyai kuasa yang besar. Dan saat hal itu keluar dari hati kita, juga dari Alkitab itu sendiri, kita sedang memberi kesaksian betapa Alkitab itu sangat spesial dan berharga untuk dipelajari. Kita semua harus mampu untuk menyimpulkan Firman Allah ke dalam 4 kerangka utama (1) Kekudusan/ Perintah/ Kemuliaan Allah; 2) Dosa/ Pemberontakan/ Ketidaktaatan manusia; 3) Kematian Kristus untuk orang berdosa; 4) Anugerah kehidupan kekal lewat iman kepada Kristus.

Pelajari satu atau dua ayat dan cobalah kaitkan dengan masing-masing kerangka utama ini, dan bersiaplah untuk menyampaikan Firman Allah, tepat atau tidak tepat waktunya.

6. Menikmati Persekutuan dengan Allah sebagai Pribadi dan dengan Jalan-JalanNya.

Cara kita bersekutu dengan Allah adalah dengan merenungkan hal-hal tentang Allah dan mengekspresikan rasa syukur, pengagguman, dan kasih kita kepadaNya, serta meminta pertolonganNya agar kita mampu menampilkan hal-hal tersebut di atas di dalam kehidupan kita sehari-hari. Oleh sebab itu, menyimpan Firman Allah di dalam pikiran kita, mampu menolong kita untuk berhubungan dengan Allah sebagaimana Dia adanya. Misalnya, bayangkan kalau anda mampu mengingat hal ini sepanjang hari:

TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Tidak selalu Ia menuntut, dan tidak untuk selama-lamanya Ia mendendam. Tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita, tetapi setinggi langit di atas bumi, demikian besarnya kasih setia-Nya atas orang-orang yang takut akan Dia; sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita. Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia. (Mazmur 103:8-14)

Saya sengaja menggunakan kata “menikmati” ketika saya menyebutkan, “Menikmati Persekutuan dengan Allah sebagai Pribadi dan dengan Jalan-JalanNya.” Kita cenderung lumpuh secara emosional—sebenarnya, kita semua. Kita tidak mengalami Allah dengan seluruh kapasitas emosional yang kita miliki. Bagaimana untuk mengubah semua itu? Salah satunya adalah dengan menghafalkan ekspresi emosional yang tertulis di dalam Alkitab, dan menyampaikan hal itu kepada Allah juga kepada orang lain sampai hal itu menjadi bagian dari diri kita sendiri. Misalnya, Mazmur 103:1, kita menyatakan, “Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku!” Ini bukanlah suatu ekspresi perasaan yang alami untuk beberapa orang. Namun, kalau kita mengingat hal ini dan ekspresi emosional lainnya yang ada di dalam Alkitab terus menerus, serta menyerukan hal itu sesering mungkin, sambil memohon kepada Allah agar emosi itu dapat menjadi nyata di dalam hati kita, kita pada akhirnya akan mampu bertumbuh dalam ekspresi dan perasaan tersebut. Itu akan menjadi bagian dari siapa diri kita. Kita akan menjadi semakin lengkap secara emosional, dan lebih mampu untuk menyampaikan pujian dan syukur kepada Allah dengan layak.

Ada beberapa alasan lain untuk mengingat Ayat Alkitab. Saya berharap agar dalam prakteknya, anda akan menemukan cara lain tersebut.