Jiwa Dalam Malam Gelap

Dari Gospel Translations Indonesian

(Perbedaan antarrevisi)
Langsung ke:navigasi, cari
Kathyyee (Bicara | kontrib)
(←Membuat halaman berisi '{{info|The Dark Night of the Soul}}<p><strong>Bagian dari Seri Kekinian Punya Nilai Kekekalan</strong></p> <p>Jiwa dalam kegelapan malam. Fenomena ini menggambarkan kond...')

Revisi terkini pada 02:37, 8 September 2020

Yang Berhubungan Dengan Sumber Daya
Lagi Oleh R.C. Sproul
Indeks Pengarang
Lagi Mengenai Penderitaan
Indeks Topik
Tentang terjemahan ini
English: The Dark Night of the Soul

© Ligonier Ministries

Bagikan ini
Misi Kami
Terjemahan ini diterbitkan oleh Injil Terjemahan, sebuah pelayanan yang ada untuk membuat buku-buku dan artikel injil-tengah yang tersedia secara gratis untuk setiap bangsa dan bahasa.

Pelajari lebih lanjut (English).
Bagaimana Anda Dapat Membantu
Jika Anda mampu berbahasa Inggris dengan baik, Anda dapat membantu kami sebagai penerjemah secara sukarela.

Pelajari lebih lanjut (English).

Oleh R.C. Sproul Mengenai Penderitaan
Bagian dari seri Right Now Counts Forever

Terjemahan oleh Susy Chindrawaty

Review Anda dapat membantu kami memperbaiki terjemahan ini dengan meninjau untuk meningkatkan akurasi terjemahan. Pelajari lebih lanjut (English).


Bagian dari Seri Kekinian Punya Nilai Kekekalan

Jiwa dalam kegelapan malam. Fenomena ini menggambarkan kondisi yang di alami oleh banyak orang kristen dari waktu ke waktu. Penderitaan ini yang menyebabkan Daud membasahi bantalnya dengan air mata. Penderitaan ini juga yang menjadikan Yeremia mendapat julukan “Nabi yang Menangis.” Kondisi jiwa inilah yang begitu menguasai Martin Luther sampai nyaris menghancurkan dia. Ini bukanlah depresi biasa tapi ini depresi di sebabkan oleh krisis iman, depresi karena tidak merasakan kehadiran Tuhan atau merasa di tinggalkan Tuhan.

Depresi spiritual bisa berlarut-larut. Mungkin kita heran bagaimana mungkin seorang yang beriman bisa mengalami titik spiritual yang rendah. Iman kita bukan sesuatu yg konstan. Iman berubah-ubah. Iman naik turun. Kita bergerak dari iman kepada iman dan di antara perpindahan itu kita bisa saja mengalami keraguan ketika kita menangis berteriak,”Tuhanku, saya percaya, tolong saya yang tidak percaya ini.”

Kita mungkin berpikir tidak mungkin jiwa kita bisa ada dalam kegelapan malam sedangkan kita menghasilkan buah roh seperti iman dan sukacita. Begitu Roh Kudus memenuhi hati kita dengan sukacita yang tak terkatakan, bagaimana mungkin ada ruangan bagi kegelapan di hati kita? Penting kita bedakan antara buah roh sukacita dan konsep bahagia menurut dunia. Seorang kristen bisa saja punya sukacita di hati sementara ada depresi spiritual di kepalanya. Sukacita inilah yang menopang kita melewati kegelapan malam ini dan sukacita ini tidak di bisa di hancurkan oleh depresi rohani. Sukacita orang kristen inilah yang membuat mereka bertahan dan akhirnya menang lewati semua jurang kekelaman.

Dalam surat kedua yang di tulis kepada jemaat di korintus, Paulus menekankan pentingnya memberitakan injil. Rasul Paulus juga mengingatkan gereja Korintus bahwa harta yang kita miliki bukan dalam bejana emas dan perak tapi dalam bejana tanah liat. “Supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.” Kemudian Rasul Paulus menambahkan, “Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa. “Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami.” (2 Korintus 4:7-10).

Ayat di atas menunjukkan depresi yg kita alami ada batasnya. Depresinya bisa saja dalam tapi tidak selamanya dan juga tidak fatal. Perhatikan bagaimana Rasul Paulus menggambarkan berbagai macam situasi. Dia katakan kita di tindas, habis akal, di aniaya, di hempaskan. Ini gambaran yang menjelaskan konflik yang di alami orang kristen. Tapi Rasul Paulus juga perlihatkan bagaimana setiap konflik itu punya batasannya masing- masing. Ditindas, namun tidak terjepit. Habis akal, namun tidak putus asa. Dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian. Di hempaskan, namun tidak binasa.

Jadi kita bisa saja punya tekanan yang harus kita tanggung, tapi tekanan itu walau sangat berat , tidak menghancurkan kita. Kita mungkin saja bingung dan kacau namun di titik terendah dalam hidup itu tidak menjadikan kita putus asa dan tanpa harapan. Bahkan dalam penganiayaan yang sangat hebat, kita tidak di tinggalkan. Mungkin saja kita di hempaskan seperti yang diserukan oleh nabi Yeremia, namun kita masih bisa bersukacita. Juga teringat akan Nabi Habakuk yang di dalam penderitaannya tetap berdiri kuat walau alami banyak rintangan, dia katakan Tuhan membuat kakinya seperti kaki rusa, kaki yang mampukan dia berjalan di bukit-bukit.

Rasul Paulus menulis kepada jemaat di Filipi menegur mereka untuk tidak kuatir tentang apa pun juga, dan memberi mereka nasihat bahwa obatnya adalah doa. Dengan berdoa, damai sejahtera Allah dapat menenangkan jiwa kita dan melenyapkan kecemasan. Jadi, kita bisa saja kuatir, cemas dan susah tapi tidak menyerah putus asa.

Di alkitab terlihat iman dan depresi spiritual berjalan bersama. Tidak apa-apa jika orang percaya berduka. Tuhan kita sendiri sering sedih dan berduka. Pengalaman duka dapat pengaruhi sampai ke akar jiwa kita namun jangan sampai akibatkan kepahitan. Berduka adalah perasaan yang normal, bahkan pada situasi tertentu berduka adalah perasaan yang baik asalkan tidak beri tempat kepada kepahitan. Punya iman tidak menjamin kita tidak akan alami depresi spiritual, namun dengan kehadiran Tuhan jiwamu yang ada di dalam kegelapan malam akan selalu ada terang seperti sinar tengah hari.