Aku Tidak Bisa, Tuhan

Dari Gospel Translations Indonesian

Revisi per 12:07, 21 April 2020; Pcain (Bicara | kontrib)
(beda) ←Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya→ (beda)
Langsung ke:navigasi, cari

Yang Berhubungan Dengan Sumber Daya
Lagi Oleh Jon Bloom
Indeks Pengarang
Lagi Mengenai Pengudusan dan Pertumbuhan
Indeks Topik
Tentang terjemahan ini
English: I Can’t Do This, God

© Desiring God

Bagikan ini
Misi Kami
Terjemahan ini diterbitkan oleh Injil Terjemahan, sebuah pelayanan yang ada untuk membuat buku-buku dan artikel injil-tengah yang tersedia secara gratis untuk setiap bangsa dan bahasa.

Pelajari lebih lanjut (English).
Bagaimana Anda Dapat Membantu
Jika Anda mampu berbahasa Inggris dengan baik, Anda dapat membantu kami sebagai penerjemah secara sukarela.

Pelajari lebih lanjut (English).

Oleh Jon Bloom Mengenai Pengudusan dan Pertumbuhan

Terjemahan oleh Paulin Keren Gloria

Review Anda dapat membantu kami memperbaiki terjemahan ini dengan meninjau untuk meningkatkan akurasi terjemahan. Pelajari lebih lanjut (English).



Lemah, hina, direndahkan, dan diremehkan adalah sifat-sifat penting yang Tuhan cari dari hambaNya, dan Tuhan memilih sifat-sifat ini dengan sengaja (1 Kor 1:27-29).

Tidak percaya? Lihatlah daftar kualifikasi aneh yang diberikan Tuhan untuk posisi penting dalam sejarah:

Kita mungkin tahu, secara abstrak, bahwa Tuhan suka memakai kelemahan dan kehancuran. Kita mungkin menganggapnya sebagai penyemangat dalam kisah Alkitab atau sejarah misionaris. Kita mungkin bahkan mengajarkan atau memberitakan hal ini pada orang lain. Namun jika menyangkut kualifikasi-kualifikasi kita sendiri, hampir selalu menjadi kejutan yang tidak menyenangkan dan membingungkan bahwa Tuhan ingin menyoroti kelemahan kita. Karena itulah kita terkadang meminta Tuhan untuk memilih orang lain untuk mengerjakan tugas kita, seperti Musa.

Namun Tuhan memiliki sebuah tujuan yang baik dalam kelemahan kita ini. Yaitu, jika kita menerimanya, membuat kelemahan kita menjadi sumber sukacita, bukan rasa malu.

Daftar isi

Tuhan, Utuslah Orang Lain

Musa adalah salah satu pilihan aneh dari Tuhan. Apa yang ada di daftar kualifikasi Tuhan untuk pemimpin eksodus bangsa Israel dan nabi Perjanjian Lama terbesar? Haruslah orang Yahudi dari keluarga kerajaan Mesir (Kel 2:10), harus melakukan pembunuhan yang fatal (Kel 2:12, 15), harus hidup tak dikenal orang sebagai gembala buronan selama 40 tahun (Kel 2:15; 7: 7) - oh, dan haruslah seorang pembicara publik yang buruk (Kel 4:10).

Kisah Musa ini sangat menginspirasi, namun kita harus menempatkan diri kita di posisi Musa, di depan semak belukar yang menyala itu. Apakah Anda merasa pantas untuk menentang Firaun dan menuntut pembebasan total bagi para budaknya? Musa tentu saja merasa tidak pantas. Dia memiliki banyak keberatan mengenai pilihan Allah ini (Kel 3:13 – 4:12). Lalu ketika Tuhan tetap bersikukuh, akhirnya Musa mengatakan: “Ah, Tuhan, utuslah kiranya siapa saja yang patut Kauutus” (Kel 4:13).

Tolong utuslah orang lain. Inilah respon ketakutan dari seseorang yang tidak hanya merasa lemah, tapi juga tahu pasti bahwa dia terlalu lemah untuk mengerjakan apa yang Tuhan tugaskan. Ya, responnya kurang beriman, namun itulah penilaian yang akurat: dengan kekuatannya sendiri, Musa tidak akan bisa menuntaskan tugasnya. Menjadi gentar memang benar-benar pantas.

Pernahkah Anda merasa seperti itu? Saya pernah. Nyatanya, saya memiliki kecenderungan untuk merasakan hal itu saat saya berusia paruh baya melebihi pada saat saya masih muda, karena saya lebih mengetahui kelemahan dan keterbatasan saya. Sekarang saya memiliki kegagalan dalam kepemimpinan di pelayanan dan keluarga dalam daftar riwayat hidup saya, yang sebagian besar adalah karena kepercayaan diri yang salah pada kebijaksanaan dan kapasitas saya. Saya mengenali kecenderungan ini sebagai kurangnya iman, namun saya dapat memahami preferensi Musa untuk berkelana dengan kawanan ternaknya melalui bukit-bukit yang tenang di Horeb daripada mengambil tugas dari Tuhan.

Tuhan, saya yakin ada banyak orang yang lebih pantas dari saya untuk melakukan ini dan itu. Saya benar-benar lebih suka bersembunyi di zona aman dengan tidak dikenal orang.

Mengkualifikasikan Kelemahan

Respon ini tidak tepat meskipun bisa dipahami secara manusiawi. Allah tidak pernah memanggil kita untuk sebuah tanggung jawab surgawi yang mampu kita lakukan sendiri. Tidak penting apakah seseorang dipanggil untuk menghadapi Firaun atau untuk mengasihi sesamanya untuk memberitakan injil, tidak ada yang bisa melakukan hal-hal yang hanya bisa dilakukan Tuhan: mengeraskan atau melunakkan hati seseorang (Rom 9:18). Segala kuasa milik Tuhan (Maz 62:11), dan kecuali Tuhan bekerja di dalam kita “baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya,” segala yang kita kerjakan tidak berguna (Fil 2:13).

Jika kita tidak merasakan ketidakmampuan kita untuk melakukan tugas yang diberikan Tuhan kepada kita, artinya kita tidak memahami kenyataannya. Karena ketika melakukan apa pun yang dimaksudkan untuk menunjukkan kemuliaan Allah, memajukan kerajaan Allah, menyatakan firman-Nya pada dunia yang menentangnya, memenangkan dan menyelamatkan jiwa yang terhilang, jiwa-jiwa gembala, bertempur melawan kuasa iblis, dan mempermalukan dosa yang menetap di dalam diri kita,“ siapa [di dunia] yang sanggup melakukan untuk hal-hal ini? " (2 Kor 2:16).

Kelemahan adalah kualifikasi penting untuk hamba-hamba Tuhan, demi alasan ini: untuk menegaskan pada kita sendiri dan dunia yang melihat kita bahwa kita tidak cukup mampu. Tuhan menaruh “harta dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami” (2 Kor 4:7). Kelemahan-kelemahan kita – yang membuat kita malu dan yang kita harapkan tidak perlu bergumul dengan itu, yang ingin kita sembunyikan dari dunia, yang membuat kita meminta Tuhan mengutus orang lain – adalah bagian penting dari misi yang Tuhan berikan. Itu salah satu strategi Tuhan untuk menyatakan dirinya pada dunia. Melalui kelemahan kita, lebih dari kekuatan kita, Tuhan mendemonstrasikan bahwa Dia ada dan memberi upah bagi orang yang percaya dan mencari Dia (Ibr 11:6)

Bermegah dengan Sukacita Dalam Kelemahan

Paulus, tokoh yang kita tahu memiliki banyak kelebihan yang mengagumkan, memahami kebenaran yang mendalam ini dan mengalaminya.

“Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat” (2 Kor 12:9-10). Jangan mendengar ayat ini seolah-olah dari seseorang yang sangat dikaruniai sehingga dia bahkan tidak tersentuh oleh kelemahan manusiawi yang dihadapi oleh normalnya seorang manusia. Kita mungkin hampir tidak tahu seberapa banyak berbagai kelemahan Paulus terungkap dan kehilangan-kehilangan, patah hati, dan kegagalan yang sebenarnya ia alami, yang tampaknya mustahil. Apa yang kita ketahui adalah bahwa Yesus berkata tepat setelah pertobatannya, “Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku” (Kis 9:16).

Penderitaan dan kelemahan Paulus yang terlihat bukanlah bersifat sebagai hukuman karena dia sebelumnya menganiaya orang-orang Kristen. Yesus sudah membayar lunas dosanya. Sebaliknya, itu adalah cara yang penting agar kekuasaan Tuhan dinyatakan pada dunia – itu benar, sehingga Paulis menjadi orang yang dengan sukacita memegahkan hal-hal yang membuatnya tampak lemah. Karena di dalam kelemahannya, orang melihat bahwa satu-satunya kekuatan yang dia punya datangnya dari Tuhan.

Alasan Mengapa Anda Lemah

Itulah alasan mengapa kita memiliki kelemahan. Itulah yang melayakkan kita, mungkin melebihi segala kekuatan kita, untuk melayani Tuhan di mana kita ditempatkan dalam kerajaanNya. Juga tak ada yang mengajarkan kita ketergantungan dalam doa seperti keputusasaan yang datang karena ditugaskan untuk melakukan apa yang tidak dapat Anda lakukan tanpa Tuhan.

Manusia terkesan dengan segala macam kelebihan manusia. Namun Tuhan hanya terkesan pada satu kelebihan manusia, yaitu: iman yang kuat. Karena iman berarti bersandar pada kekuatan Tuhan. Karena itu, saat Tuhan memangggil kita untuk peran-peran yang berbeda dan bermacam-macam dalam kerajaanNya, Dia memastikan bahwa panggilan kita memberikan banyak kesempatan untuk memperlihatkan kelemahan kita. Makin kita mengerti alasannya, makin banyak kesempatan-kesempatan ini yang menjadi peluang untuk bersukacita, bukan merasa malu.