Kesombongan di Atas Mimbar
Dari Gospel Translations Indonesian
Oleh Paul Tripp Mengenai Penggembalaan
Terjemahan oleh Yahya Kristiyanto
Apabila saya mendengar sebuah khotbah yang sangat membahas Hukum Taurat, tetapi meminta Hukum Taurat untuk melakukan apa yang hanya kasih karunia Yesus Kristus saja yang dapat membuatnya bisa dijalankan, segera saya akan merasa kasihan terhadap pengkhotbahnya. Saya akan mempertanyakan pandangannya tentang dirinya sendiri, karena apabila Anda mempunyai kesadaran diri terhadap kelemahan Anda sendiri dan terhadap dosa Anda, maka Anda akan memiliki sedikit harapan dan kelegaan bagi Anda sendiri dan bagi pendengar Anda di dalam khotbah seperti itu.
Anda lihat dinamika seperti ini di dalam diri orang-orang Farisi. Karena mereka pikir mereka sendiri benar, dan merasa sebagai orang-orang yang menjaga Hukum Taurat dengan sebaik-baiknya, maka mereka merasa tidak ada masalah jika mereka menaruh beban yang sebenarnya tidak dapat ditanggung ke atas orang lain. Penyalahgunaan Hukum Taurat bukan hanya pada teologi yang buruk, tetapi juga pada kesombongan yang buruk. Mereka menganggap Hukum Taurat sebagai hukum yang dapat dijaga, karena mereka berpikir mereka telah menjaganya. Dan mereka berpikir bahwa orang lain pun seharusnya mampu menjaganya seperti mereka. Mereka adalah pemimpin-pemimpin agama di zaman mereka, tetapi mereka arogan, tidak peka, dan suka menghakimi. Mereka bukanlah bagian dari apa yang sedang dikerjakan Tuhan pada waktu itu – mereka justru ada di jalan yang menjauh.
Kesombongan Besar
Saya takut ada kesombongan besar di atas mimbar modern. Ada kesombongan besar di ruang-ruang kelas seminari. Ada kesombongan besar pada staf gereja. Ini adalah salah satu alasan terjadinya konflik antar hubungan di dalam gereja. Itu sebabnya, sering kali kita menjadi penjaga gerbang teologi yang lebih baik daripada menjadi pembicara Injil yang lemah lembut dan rendah hati. Itu sebabnya, pendeta-pendeta sepertinya sulit untuk didekati. Itu sebabnya, kita menjadi marah dalam banyak rapat atau membela diri mati-matian ketika ada orang yang tidak sepaham dengan kita atau bahkan menunjukkan kesalahan kita.
Kita terlalu yakin. Kita terlalu percaya diri. Kita terlalu cepat menilai bahwa kita baik-baik saja. Kita terlalu cepat menjadikan diri sendiri dan orang lain sebagai pahlawan. Kita terlalu sering mengambil keuntungan atas apa yang dihasilkan kasih karunia yang maha kuasa. Kita terlalu sering berpikir kita tidak membutuhkan pertolongan yang dibutuhkan orang-orang percaya lainnya. Kita terlalu cepat bicara dan terlalu lambat mendengarkan. Kita terlalu sering menanggapi sesuatu sebagai hal yang pribadi, padahal bukan. Kita terlalu cepat berhenti menjadi murid. Kita terlalu sedikit mempunyai waktu untuk bersekutu dan merenung bersama Kristus. Kita terlalu percaya diri memberikan lebih banyak tugas pekerjaan pelayanan kepada diri sendiri daripada yang mampu kita lakukan. Kita lebih banyak hidup dalam isolasi daripada sehat secara rohani.
Belum Bebas
Anda belum bebas dari dosa dan semua bahaya yang menyertainya. Anda bisa membuka jalan bagi hal-hal yang dapat menimbulkan malapetaka. Anda bisa kehilangan jalan Anda. Anda bisa menunjukkan perilaku yang tidak ilahi dan memperlihatkan hasrat-hasrat yang penuh kegelapan. Anda belum benar-benar dilepaskan dari kesombongan, keserakahan, hawa nafsu, kemarahan dan kepahitan. Kadang-kadang Anda melayani dengan sikap seorang raja, dan bukannya sebagai seseorang yang dipanggil untuk mewakili Sang Raja. Anda tidak selalu mengasihi Tuhan di atas segalanya. Anda tidak selalu baik dan penuh belas kasihan. Anda tidak selalu sabar dan mau mengampuni. Kadang-kadang Anda lebih mencintai kerajaan kecil Anda sendiri daripada mengasihi Kerajaan Allah.
Ada saat-saatnya Anda lebih mencintai kenyamanan dan kenikmatan daripada mengasihi penebusan. Ada saat-saatnya di mana kesombongan menyebabkan Anda menjadi tidak baik dan sulit untuk didekati. Ada saat-saatnya di mana Anda menginginkan pelayanan Anda lebih mengedepankan sosok Anda sendiri. Ada saat-saatnya Anda tersinggung justru oleh orang-orang yang bagi merekalah Anda dipanggil untuk menggembalakan. Anda tidak merasa bangga terhadap semua pemikiran Anda. Anda tidak ingin jemaat Anda mendengar semua kata-kata Anda. Anda melakukan banyak hal pada momen-momen pribadi karena Anda tidak ingin dilihat publik.
Hal-hal ini berlaku pada saya juga. Dan semua ini memperlihatkan bahwa kita yang dipanggil untuk memberikan dan memimpin pelayanan justru sangat membutuhkan pelayanan itu sendiri. Kita yang menyampaikan pesan kasih karunia, malahan sangat membutuhkan kasih karunia. Kita belum sampai di tujuan. Kita belum bergerak melampaui kebutuhan akan kasih karunia dari waktu ke waktu. Kita belum keluar dari bahaya. Kita belum bebas dari pencobaan. Perang hati kita masih berkecamuk. Kita masih sering gagal dan jatuh.
Tetapi kita sudah diberkati dengan kasih karunia yang sama dengan yang kita tawarkan kepada orang lain. Kasih karunia ini membuat kita rendah hati ketika memaparkan dosa yang mencobai kita untuk menyangkal atau mengecilkan. Bukankah suatu hal yang baik mengetahui bahwa kita bersandar bukan pada kesempurnaan kita, melainkan pada Kristus? Bukan kita yang mempromosikan reputasi kita, tetapi Dia. Juru Selamat kita memakai orang-orang yang ada dalam proses sebagai alat dalam proses kasih karunia-Nya di dalam diri orang-orang lain, sehingga kita tidak perlu menyangkal bahwa kita pun membutuhkan.