Harapan bagi Rumah tangga yang Hancur
Dari Gospel Translations Indonesian
Oleh Burk Parsons Mengenai Pernikahan
Terjemahan oleh A. Tony Bennjamin
Setiap rumah tidak berfungsi dengan baik karena semua orang telah berdosa. Tidak ada keluarga yang sempurna di sisi surga ini, dan jika kita adalah orang tua yang sempurna, baik kita maupun anak-anak kita tidak akan membutuhkan seorang Juru Selamat. Ketika kita memperhatikan keadaan keluarga pada awal abad kedua puluh satu, kecenderungan kita adalah bernostalgia ke hari-hari yang indah dengan membayangkan generasi masa lalu ketika keluarga tidak sempurna tetapi cukup dekat dengan kesempurnaan, atau jadi kita ingin berpikir.
Sebagai orang yang telah jatuh ke dalam dosa, lahir dalam keluarga yang berdosa, dan hidup di dunia yang berdosa, maka kebenarannya adalah bahwa tidak pernah ada keluarga yang berfungsi dengan baik. Untuk melihat ini, kita tidak perlu melihat dunia di sekitar kita atau bahkan pada sejarah dunia; yang perlu kita lakukan adalah melihat pada gereja dan pada setiap keluarga di seluruh isi Alkitab dari keluarga pembunuh anak Allah Adam sampai anak Allah Israel, sampai tidak berfungsinya keluarga yang tercatat di dalam silsilah Yesus. Karena itu, kita tidak bisa mengidolakan keluarga dari masa lalu ataupun sekarang, yang semuanya berdosa, dan kita tidak bisa membuat keluarga kita sendiri atau keluarga orang lain menjadi dewa duniawi yang dapat memenuhi segala kebutuhan kita dan menjadi sumber sukacita, damai sdejahtera, dan penghiburan.
Namun, ini bukan untuk mengatakan bahwa tidak ada contoh keluarga yang memuliakan Tuhan di dalam Alkitab ataupun di zaman kita sekarang, tetapi ini untuk mengatakan tidak ada keluarga yang sempurna, yang tidak sungguh-sungguh perlu mengenal, mempercayai dan menerapkan Injil Kristus. Meskipun pemulihan yang sempurna hanya akan ada di dalam rumah kekal kita, harapan kita sekarang untuk rumah tangga yang tidak sempurna ini adalah penebusan, pengampunan, pendamaian, dan transformasi Injil Tuhan untuk umat Tuhan.
Kita tahu isi Injil, tetapi kita kurang mempercayai janji-janji Allah, dan kita tidak berhasi menerapkan janji-janji Injil Allah dalam hidup kita masing-masing, sehingga pada gilirannya, mempengaruhi keluarga kita. Misalnya, sebagai laki-laki, kadang-kadang kita berpikir bahwa apa yang perlu kita lakukan untuk membesarkan anak-anak yang baik hanyalah dengan menjadi ayah yang baik. Padahal sebenarnya, apa yang pertama kali dan terpenting untuk dilihat adalah bagaimana ayahnya mencintai ibunya dengan kasih yang bertobat, sabar, dan penuh pengorbanan yang bukan hanya bersumpah mau mati untuknya (yang mungkin kita tidak akan pernah punya kesempatan untuk melakukannya), tetapi yang juga berusaha untuk hidup baginya setiap hari, yang jelas merupakan apa yang Yesus lakukan bagi kita. Tuhan kita tidak sekadar datang dan mati; Dia juga hidup bagi kita. Jika kita percaya pada Injil dan menerapkannya, kita tidak perlu berpura-pura tidak berdosa, melainkan sebaliknya, kita akan bebas bertobat dari dosa-dosa kita dan meminta pengampunan ketika kita memandang kepada Anak Allah yang sejati dan setia, Yesus, sang penggubah dan penyempurna iman kita.
Tuhan menunjukkan kasih-Nya kepada kita dengan mengirimkan Anak-Nya untuk hidup dan mati bagi kita, dan sebagai laki-laki kita harus menunjukkan kasih kita kepada keluarga kita dengan mengarahkan mereka kepada Yesus Kristus yang kasihnya tidak pernah berubah. Dan meskipun saya sering mendengarnya, tidak ada hal yang namanya "tidak mengasihi". Pasangan Kristen tidak pernah tidak mengasihi, mereka hanya kurang bertobat. Harapan Injil terhadap rumah tangga yang hancur adalah hati kita yang hancur mau berpaling kepada Yesus Kristus dan kehancuran diri-Nya di atas kayu salib sebagai Juru Selamat dan Tuhan kita.