Mencari Kebahagiaan di Dalam Tuhan
Dari Gospel Translations Indonesian
(←Membuat halaman berisi '{{info|Seeking Our Happiness in God}}Paulus mengatakan dalam Filipi 4, “Bersukacitalah senantiasa di dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” Orang sering...') |
|||
Baris 1: | Baris 1: | ||
- | {{info|Seeking Our Happiness in God}}Paulus mengatakan dalam Filipi 4, “Bersukacitalah senantiasa | + | {{info|Seeking Our Happiness in God}}Paulus mengatakan di dalam Filipi 4, “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” Orang sering kali membuat suatu perbedaan artifisial antara sukacita (''joy'') dan kebahagiaan (''happiness''). Kitab Suci memuat banyak kata seperti sukacita dan kebahagiaan dan kegembiraan dan kesenangan yang saling berhubungan. Allah sungguh-sungguh ingin kita menjadi bahagia; lagipula, Ia menciptakan kita untuk menjadi orang yang bahagia. Lihatlah kembali Kejadian 1 dan 2 dan lihat bagaimana Adam dan Hawa di dalam taman, dan Anda akan melihat keindahan tempat itu. |
- | Tetapi Kitab Suci dengan jelas mengatakan bahwa Allah adalah sumber utama kebahagiaan. Masalah mulai muncul saat kita mencari kebahagiaan dalam hal-hal sekunder dan bukan dalam hal yang utama. Itulah asal muasal pemujaan berhala. Dalam keadaan kita yang berdosa, kita mengambil benda-benda yang Allah ciptakan (yang kesemuanya itu baik, yang oleh Allah dimaksudkan untuk kepentingan kita) dan kita menjadikannya pusat kehidupan kita. Kita meninggikan benda-benda itu ke suatu tempat ketuhanan dan mereka menjadi berhala dalam hidup kita. | + | Tetapi Kitab Suci dengan jelas mengatakan bahwa Allah adalah sumber utama kebahagiaan. Masalah mulai muncul saat kita mencari kebahagiaan dalam hal-hal sekunder dan bukan dalam hal yang utama. Itulah asal-muasal pemujaan berhala. Dalam keadaan kita yang berdosa, kita mengambil benda-benda yang Allah ciptakan (yang kesemuanya itu baik, yang oleh Allah dimaksudkan untuk kepentingan kita) dan kita menjadikannya pusat kehidupan kita. Kita meninggikan benda-benda itu ke suatu tempat ketuhanan dan mereka menjadi berhala dalam hidup kita. |
- | Kitab Suci berkata bahwa kita harus mencari kebahagiaan kita di dalam Tuhan. Kita bahagia karena Dialah Pencipta dan Penebus kita. Ya, kita telah berdamai dengan kenyataan tentang dosa kita, yang semestinya menjadikan kita tidak bahagia. Tetapi ketidakbahagiaan adalah keadaan yang sementara karena apa yang telah Dia lakukan di kayu salib untuk menyelesaikan masalah dosa kita dan | + | Kitab Suci berkata bahwa kita harus mencari kebahagiaan kita di dalam Tuhan. Kita bahagia karena Dialah Pencipta dan Penebus kita. Ya, kita telah berdamai dengan kenyataan tentang dosa kita, yang semestinya menjadikan kita tidak bahagia. Tetapi ketidakbahagiaan adalah keadaan yang sementara karena apa yang telah Dia lakukan di kayu salib untuk menyelesaikan masalah dosa kita dan ketidakbahagiaan yang diakibatkannya, yang merupakan hasil dari kutukan itu. Menurut Kitab Suci, suatu hari nanti kita akan dibebaskan dari kutukan karena apa yang telah Allah lakukan demi kita. |
- | Apa artinya semua itu bagi kita saat ini dalam | + | Apa artinya semua itu bagi kita saat ini dalam hidup kita? Saat kita berjalan bersama Tuhan dan berusaha menyenangkan-Nya, kita juga mencari sukacita dan kebahagiaan yang berasal dari-Nya – yakni kebahagiaan yang dikemas dalam siapa Dia. Matius 25:21 berkata, “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia... Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.” Allah berkata bahwa pada akhirnya kita akan memasuki kebahagiaan yang berada di dalam Allah: Bapa, Putra dan Roh Kudus. |
Revisi per 06:14, 9 April 2013
Oleh Randy Alcorn Mengenai Sukacita
Terjemahan oleh Noviyanti Sugita
Paulus mengatakan di dalam Filipi 4, “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” Orang sering kali membuat suatu perbedaan artifisial antara sukacita (joy) dan kebahagiaan (happiness). Kitab Suci memuat banyak kata seperti sukacita dan kebahagiaan dan kegembiraan dan kesenangan yang saling berhubungan. Allah sungguh-sungguh ingin kita menjadi bahagia; lagipula, Ia menciptakan kita untuk menjadi orang yang bahagia. Lihatlah kembali Kejadian 1 dan 2 dan lihat bagaimana Adam dan Hawa di dalam taman, dan Anda akan melihat keindahan tempat itu.
Tetapi Kitab Suci dengan jelas mengatakan bahwa Allah adalah sumber utama kebahagiaan. Masalah mulai muncul saat kita mencari kebahagiaan dalam hal-hal sekunder dan bukan dalam hal yang utama. Itulah asal-muasal pemujaan berhala. Dalam keadaan kita yang berdosa, kita mengambil benda-benda yang Allah ciptakan (yang kesemuanya itu baik, yang oleh Allah dimaksudkan untuk kepentingan kita) dan kita menjadikannya pusat kehidupan kita. Kita meninggikan benda-benda itu ke suatu tempat ketuhanan dan mereka menjadi berhala dalam hidup kita.
Kitab Suci berkata bahwa kita harus mencari kebahagiaan kita di dalam Tuhan. Kita bahagia karena Dialah Pencipta dan Penebus kita. Ya, kita telah berdamai dengan kenyataan tentang dosa kita, yang semestinya menjadikan kita tidak bahagia. Tetapi ketidakbahagiaan adalah keadaan yang sementara karena apa yang telah Dia lakukan di kayu salib untuk menyelesaikan masalah dosa kita dan ketidakbahagiaan yang diakibatkannya, yang merupakan hasil dari kutukan itu. Menurut Kitab Suci, suatu hari nanti kita akan dibebaskan dari kutukan karena apa yang telah Allah lakukan demi kita.
Apa artinya semua itu bagi kita saat ini dalam hidup kita? Saat kita berjalan bersama Tuhan dan berusaha menyenangkan-Nya, kita juga mencari sukacita dan kebahagiaan yang berasal dari-Nya – yakni kebahagiaan yang dikemas dalam siapa Dia. Matius 25:21 berkata, “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia... Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.” Allah berkata bahwa pada akhirnya kita akan memasuki kebahagiaan yang berada di dalam Allah: Bapa, Putra dan Roh Kudus.