Tujuan Kasih Allah Tidak Seperti Yang Anda Pikirkan

Dari Gospel Translations Indonesian

Revisi per 21:39, 19 November 2011; Kathyyee (Bicara | kontrib)
(beda) ←Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya→ (beda)
Langsung ke:navigasi, cari

Yang Berhubungan Dengan Sumber Daya
Lagi Oleh John Piper
Indeks Pengarang
Lagi Mengenai Kasih Tuhan
Indeks Topik
Tentang terjemahan ini
English: The Goal of God's Love May Not Be What You Think It Is

© Desiring God

Bagikan ini
Misi Kami
Terjemahan ini diterbitkan oleh Injil Terjemahan, sebuah pelayanan yang ada untuk membuat buku-buku dan artikel injil-tengah yang tersedia secara gratis untuk setiap bangsa dan bahasa.

Pelajari lebih lanjut (English).
Bagaimana Anda Dapat Membantu
Jika Anda mampu berbahasa Inggris dengan baik, Anda dapat membantu kami sebagai penerjemah secara sukarela.

Pelajari lebih lanjut (English).

Oleh John Piper Mengenai Kasih Tuhan

Terjemahan oleh Hondho Wahyu

Review Anda dapat membantu kami memperbaiki terjemahan ini dengan meninjau untuk meningkatkan akurasi terjemahan. Pelajari lebih lanjut (English).


Apakah orang – orang pergi ke Grand Canyon untuk meningkatkan harga dirinya? Mungkin tidak. Paling tidak hal ini merupakan petunjuk bahwa sukacita dalam kehidupan tidak berasal dari menikmati diri sendiri, tetapi dari melihat hal-hal yang besar. Pada akhirnya, Grand Canyonpun tidak akan menjadi petunjuk untuk melihat kenikmatan itu. Kita diciptakan untuk menikmati Tuhan.

Kita semua dibentuk oleh sebuah kepercayaan bahwa kita adalah pusat alam semesta. Bagaimana kita bisa tersadar dan sembuh dari sikap yang menghancurkan sukacita ini? Mungkin dengan cara mendengarkan betapa radikalnya kenyataan tentang Pemusatan Tuhan seperti yang tertulis dalam Alkitab.

Kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, keduanya menceritakan bahwa kasih Tuhan kepada kita adalah alat bagi kita untuk memuliakan Dia. “Kristus menjadi seorang pelayan … dan untuk memungkinkan bangsa-bangsa, supaya mereka memuliakan Allah karena rahmatNya.” (Roma 15:8 – 9). Tuhan telah bermurah hati kepada kita sehingga kita akan membesarkanNya. Kita melihatnya lagi dalam firmanNya, “Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan … supaya terpujilah kasih karuniaNya yang mulia, yang dikaruniakanNya kepada kita di dalam Dia yang dikasihiNya (Efesus 1: 4-6) Dengan kata lain, tujuan Tuhan mengasihi kita adalah agar kita memuji dan memuliakanNya. Satu lagi gambaran yang diambil dari Mazmur 86:12 – 13: “Aku hendak bersyukur kepadaMu ya Tuhan, Allahku, dengan segenap hatiku, dan memuliakan namaMu untuk selama – lamanya, sebab kasih setiaMu besar atas aku”. Kasih Tuhan adalah dasar. KemuliaanNya adalah tujuan kasiNya.

Hal ini sungguh mengejutkan. Kasih Tuhan bukanlah cara Tuhan untuk membesarkan kita, tetapi Tuhan menyelamatkan kita dari pemusatan diri sehingga kita bisa menikmati kebesaran Dia selamanya. Dan apabila kita mengasihi sesama kita, bukan berarti kita membesarkan mereka, tetapi kita membantu mereka untuk menemukan kepuasan di dalam membesarkan Tuhan. Tujuan kasih sejati adalah untuk membantu orang lain menemukan kepuasan di dalam memuliakan Tuhan. Kasih apapun yang tujuan akhirnya berpusat pada manusia adalah kasih yang menghancurkan, karena kasih itu tidak membimbing orang lain kepada satu – satunya sukacita abadi, yaitu Tuhan. Kasih harus berpusat kepada Tuhan, kalau tidak, kasih ini bukanlah kasih sejati; karena kasih yang tidak berpusat kepada Tuhan akan membuat orang lain berada pada ketidakpastian akan tujuan akhir mereka, yaitu harapan akan sukacita.

Salib Kristus, misalnya. Kematian Kristus di kayu salib adalah puncak ekspesi kasih ilahi: “ Akan tetapi Allah menunjukkan kasihNya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.” (Roma 5:8). Kemudian, Alkitab juga menulis bahwa tujuan kematian Kristus adalah “untuk menunjukkan keadilanNya karena Ia telah membiarkan dosa – dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaranNya. MaksudNya ialah untuk menunjukkan keadilanNya pada masa ini, supaya nyata bahwa Ia benar.” (Roma 3:25). Mewariskan dosa akan menciptakan masalah – masalah besar yang mengancam kebenaran Tuhan. Mewariskan dosa membuat Tuhan tampak seperti seorang hakim yang melepaskan para kriminal hidup bebas tanpa hukuman. Dengan kata lain, belas kasihan Tuhan akan menempatkan keadilanNya pada posisi yang berbahaya.

Karena itu, untuk membuktikan keadilanNya, Dia melakukan hal yang tak terselami oleh pemikiran kita – Dia menghukum mati PuteraNya sebagai pengganti hukuman atas dosa – dosa kita. Salib menyingkapkan kepada seluruh makhluk bahwa Tuhan tidak hanya menyapu dosa – dosa kita dan menyembunyikannya dibawah lapisan alam semesta. Dia menghukum dosa – dosa tersebut didalam Yesus untuk semua orang yang mau percaya.

Perhatikan, tindakan kasih terbesar ini berada pada pusat kasihNya, yaitu pembuktian akan kebenaran dan keadilan Tuhan. Kasih Jumat Agung adalah Kasih kemuliaan Tuhan. Tuhan meninggikan Tuhan pada kayu salib. Apabila Dia tidak melakukan keadilan ini, Dia tidak adil dan tidak bisa menyelamatkan kita dari dosa – dosa. Adalah sebuah kesalahan apabila kita berkata, “Baiklah, apabila tujuanNya adalah untuk menyelamatkan kita, maka kita adalah tujuan tertinggi dari salib Kristus.” Tidak, kita diselamatkan dari dosa – dosa kita agar kita bisa melihat dan menikmati kemuliaan Tuhan. Inilah tujuan kasih tertinggi dari kematian Kristus. Dia tidak mati untuk membesarkan kita, tetapi untuk melepaskan kita agar kita bisa menikmati dan membesarkan Tuhan selamanya.

Adalah sebuah kesalahan besar memutarbalikkan salib menjadi bukti bahwa harga diri adalah akar dari kesehatan mental. Apabila saya berdiri dihadapan kasih Tuhan dan tidak merasakan sebuah sukacita yang sehat, puas, dan membebaskan, dan jika saya tidak membalikkan kasih Allah tersebut mengikuti harga diri saya, maka saya seperti seseorang yang berdiri di depan Grand Canyon dan tidak merasakan kepuasan akan keindahannya, sampai saya menerjemahkan Canyon tersebut sesuai dengan kepentingan saya. Ini bukanlah kehadiran mental yang sehat, tetapi keterikatan diri.

Cara untuk melepaskan ikatan diri ini adalah dengan melihat bahwa Tuhanlah satu – satunya pribadi di alam semesta ini yang melakukan peninggian diriNya sebagai tindakan kasih yang terbesar. Saat meninggikan diriNya – seperti halnya Grand Canyon – Dia mendapatkan kemuliaanNya, dan kita mendapatkan sukacitaNya. Kabar terindah dalam dunia ini adalah, tidak ada konflik antara keinginan saya untuk mendapatkan sukacita dan keinginan Tuhan untuk mendapatkan kemuliaanNya. Tali yang mengikat kedua hal ini adalah kebenaran bahwa Tuhan akan merasa paling dimuliakan di dalam diri kita pada saat kita menemukan kepuasan tertinggi di dalam Dia. Yesus Kristus mati dan bangkit lagi untuk mengampuni pengkhianatan jiwa kita, yang berubah dari menikmati Tuhan menjadi menikamati diri sendiri. Di atas salib Kristus, Tuhan menyelamatkan kita dari rumah – rumah cermin dan membimbing kita menuju ke gunung – gunung dan canyon – canyon kemuliaanNya. Tidak ada satupun yang bisa memuaskan kita – atau membesarkanNya – lebih lagi.