Apa yang Digambarkan oleh Baptisan
Dari Gospel Translations Indonesian
Oleh John Piper
Mengenai Baptisan
Bagian dari seri What is Baptism?
Terjemahan oleh Desiring God
5:20 Tetapi hukum Taurat ditambahkan, supaya pelanggaran menjadi semakin banyak; dan di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah, 21 supaya, sama seperti dosa berkuasa dalam alam maut, demikian kasih karunia akan berkuasa oleh kebenaran untuk hidup yang kekal, oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. 6:1 Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? 2 Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya? 3 Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? 4 Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.
Uraian firman pada hari ini merupakan uraian kita yang terakhir dalam serial pendek bertemakan baptisan ini. Saya tahu masih banyak sekali hal yang dapat dibahas. Saya minta maaf karena tidak menjawab beberapa pertanyaan yang Anda ajukan. Tetapi kita masih akan memiliki banyak kesempatan lain untuk membahas hal-hal tersebut.
Ingatlah bahwa salah satu alasan utama kita untuk membahas serial firman ini di sini pada awal musim panas ini adalah karena kita percaya Perjanjian Baru mengundang orang untuk datang kepada Kristus dengan terbuka dan berani. Kita ingin melihat orang-orang yang sudah percaya melakukan aktivitas pengakuan iman semacam itu dan kita ingin melihat orang-orang yang belum percaya menjadi percaya oleh kesaksian Anda dan oleh pelayanan Firman di sini pada sepanjang musim panas ini.
Daftar isi |
Mengapa Yesus Menjadikan Aktivitas Baptisan sebagai Ketetapan?
Kadang kita mungkin mempertanyakan mengapa Yesus menetapkan aktivitas baptisan. Mengapa ada aktivitas bernama baptisan itu? Jika keselamatan merupakan anugerah melalui iman, mengapa harus melibatkan ritual yang diwajibkan atau simbol untuk menyatakan iman itu? Ini adalah pertanyaan yang tidak dijawab oleh Alkitab. Tetapi pengalaman mengajarkan sejumlah hal yang menarik.
Misalnya, setelah uraian pertama saya tiga minggu yang lalu, seorang wanita yang pernah menjadi misionaris di Filipina datang menemui saya dan menyatakan penghargaannya terhadap serial itu, sebelum kemudian mengungkapkan alasannya. Ia mengatakan bahwa di Filipina, di mana jumlah penganut Katolik nominal dan sinkretistik cukup signifikan, kehadiran orang-orang yang berpindah keyakinan itu dapat diterima dan jarang diperhatikan oleh keluarga mereka – hingga tiba saatnya bagi mereka untuk dibaptis. Pada saat itulah nubuat Alkitab tentang permusuhan dan perpisahan pun serta-merta terjadi. Ada sesuatu pada ritual terbuka dari iman yang baru ditemukan ini, yang menyatakan dengan jelas di pihak mana seseorang berdiri dan apa yang sedang dilakukannya. Dengan kata lain, situasi yang terjadi dalam banyak budaya pada zaman ini menyerupai situasi yang dialami oleh Yohanes Pembaptis. Ia datang memberitakan tentang baptisan pertobatan dan orang-orang yang berpikir bahwa mereka sudah memiliki semua yang mereka perlukan itu sering kali menjadi marah.
Pada minggu yang sama pula, majalah misi ini pun (The Dawn Report, 30 Mei) terbit. Pada halaman ke-7 ada foto seorang pria yang sedang memimpin sebuah upacara pembaptisan dengan latar belakang sebuah sungai di sebuah ladang misi. Di bagian bawah foto tersebut, tertulis sebaris kalimat yang berbunyi: “Pelayanan di ladang misi dan baptisan di sungai kadang dapat menjadi sarana terbaik bagi pertumbuhan.” Kita memang tidak memahami serangkaian alasan yang dimiliki Allah dalam hikmat-Nya untuk menetapkan baptisan sebagai sarana normatif untuk mengekspresikan iman di dalam Kristus dan identifikasi dengan diri-Nya dan umat-Nya. Kita mampu memikirkan beberapa alasan mengapa hal tersebut baik, tetapi kita mungkin tidak mampu memikirkan semua dampak baik yang dimaksudkan oleh Allah. Pada akhirnya, baptisan merupakan tindakan percaya di dalam Bapa kita, bahwa Ia memahami apa yang sedang dilakukan-Nya dan kita bahagia untuk menaati perintah-Nya.
Selam atau Percik?
Tetapi hari ini saya akan mencoba untuk menunjukkan makna dari aktivitas itu sedikit lebih mendalam dengan merujuk kepada Surat Roma 5:20-6:4. Ini juga akan membahas tentang metode baptisan yang ditanyakan oleh sebagian dari Anda – yang lebih meyakini selam ketimbang percik. Jadi, biarlah saya memulai dengan membahas istilah yang umum sehubungan dengan metode selam, yang berlawanan dengan percik. Setidaknya ada tiga macam bukti untuk mempercayai bahwa makna dan praktik baptisan yang dirujuk dalam Perjanjian Baru adalah dengan metode selam. 1) Arti kata baptizo dalam bahasa Yunani pada hakikatnya adalah “celup” atau “rendam” bukan percik. 2) Deskripsi-deskripsi tentang baptisan dalam Perjanjian Baru lebih mengimplikasikan bahwa orang-orang turun ke dalam air untuk direndam daripada mengindikasikan bahwa air dalam sebuah wadah dibawa kepada mereka untuk dicurahkan atau dipercikkan ke tubuh mereka (Matius 3:6, “di sungai Yordan”; 3:16, “Yesus keluar dari air”; Yohanes 3:23, “di situ banyak air;” Kisah Para Rasul 8:38, “turun ke dalam air”). 3) Istilah direndam sesuai dengan simbolisme dikubur bersama-sama dengan Kristus (Roma 6:1-4; Kolose 2:12).
Kita tidak akan membahas hal ini secara panjang lebar, tetapi izinkan saya memberi sedikit ulasan tentang bagaimana kita dapat melihat pada fakta bahwa gereja kami dan denominasi kami menjadikan baptis selam sebagai poin krusial dari sistem keanggotaan dalam komunitas kovenan secara lokal (tetapi bukan dalam tubuh Kristus secara universal). Kami tidak meyakini bahwa metode baptisan merupakan aktivitas esensial dalam pencapaian keselamatan. Maka kami tidak akan mempertanyakan keimanan seorang Kristen hanya dengan mendasarkannya pada metode baptisan mereka. Lalu mungkin ada yang bertanya: maka tidakkah Anda akan menerima sebagai anggota, orang-orang yang sungguh-sungguh telah dilahirkan kembali tetapi telah dibaptis sebagai orang percaya dengan metode percik? Ada dua penjelasan untuk menjawab mengapa kami tidak akan menerima orang-orang semacam itu.
1) Layakkah kami menyebut sebuah metode baptisan buatan manusia sebagai “baptisan,” jika kami memiliki bukti yang akurat untuk mempercayai bahwa metode itu menyimpang dari metode yang diperkenalkan oleh Kristus? Tidakkah ini akan memicu timbulnya risiko merosotnya signifikansi yang telah ditanamkan oleh Kristus sendiri dalam ketetapan itu?
2) Komunitas Kristen lokal, yang disebut sebagai gereja, dibangun berdasarkan keyakinan bersama atas sejumlah kebenaran Alkitab, beberapa di antaranya esensial bagi keselamatan namun beberapa lainnya tidak esensial. Kami tidak mendefinisikan kebersamaan kami dalam kehidupan kovenan ini hanya dengan sederetan kepercayaan paling eksklusif yang wajib dimiliki seseorang untuk dapat diselamatkan. Tetapi kami percaya bahwa signifikansi kebenaran dan otoritas Kitab Suci akan dihormati dengan lebih baik ketika komunitas iman Kristen mendefinisikan diri mereka dengan sejumlah kebenaran Alkitab dan berupaya menegakkannya, daripada harus mendefinisikan ulang rumusan keanggotaan setiap kali salah satu dari keyakinan mereka tersebut menjadi bahan perdebatan. Ketika komunitas-komunitas Kristen yang berbeda dapat berlaku demikian, sementara sekaligus mengekspresikan cinta kasih dan semangat persaudaraan kepada sesama orang percaya, maka baik pelayanan kasih maupun pelayanan kebenaran telah dilakukan dengan baik. Contohnya adalah fakta bahwa banyak pembicara yang kami undang dalam Konferensi [Gereja Baptis] Betlehem bagi Para Pendeta tidak dapat menjadi anggota gereja kami ini telah menunjukkan betapa kami bukan hanya memandang serius kasih dan kesatuan, namun sekaligus juga kebenaran.
Hal-hal non-esensial yang mana saja yang akan ditetapkan sebagai syarat dalam mendefinisikan beragam komunitas dari generasi ke generasi, itu sebagian besar akan bergantung pada keragaman situasi dan kondisi serta keragaman penilaian terhadap kebenaran apa saja yang dianggap signifikan.
Apa yang Digambarkan oleh Baptisan
Dengan dilatarbelakangi pemahaman di atas, marilah kita meninjau Surat Roma 5:20-6:4 untuk melihat apa sesungguhnya yang digambarkan oleh baptisan, dan baru kemudian, melihat apa implikasi hal tersebut terhadap metode baptisan. Tujuan saya di sini adalah untuk menolong Anda melihat realitas agung yang diasosiasikan oleh baptisan sedemikian rupa, hingga pertama-tama, realitas itu sendirilah yang akan mencengkeram Anda erat-erat, dan kedua, keindahan dan signifikansi dari aktivitas tersebut akan menawan pikiran dan hati Anda. Roma 5:20-6:4:
5:20 Tetapi hukum Taurat ditambahkan, supaya pelanggaran menjadi semakin banyak; dan di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah, 21 supaya, sama seperti dosa berkuasa dalam alam maut, demikian kasih karunia akan berkuasa oleh kebenaran untuk hidup yang kekal, oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. 6:1 Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? 2 Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya? 3 Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? 4 Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.
Salah satu hal teragung mengenai teks ini adalah fakta betapa teks ini menunjukkan bahwa, jika Anda memahami apa yang digambarkan oleh baptisan, maka berarti Anda juga memahami apa yang sesungguhnya telah terjadi pada diri Anda ketika Anda menjadi seorang Kristen. Banyak dari kita yang menjadi beriman dan dibaptiskan pada saat kita hanya memiliki sedikit pengetahuan. Ini baik. Memang seturut dengan maksud ilahi, jika aktivitas baptisan terjadi saat awal perjalanan Anda sebagai orang Kristen, saat di mana Anda hanya memiliki sedikit pengetahuan. Sungguh seturut dengan maksud ilahi pula, jika selanjutnya Anda akan belajar lebih banyak untuk dapat memahami makna aktivitas baptisan itu.
Jangan berpikir, “Oh, saya harus dibaptis ulang. Saya tidak tahu kalau aktivitas baptisan itu memiliki semua makna tersebut.” Tidak. Tidak demikian. Karena jika demikian halnya, maka berarti Anda akan dibaptis ulang setiap kali Anda memperoleh pemahaman yang baru seputar kebenaran Alkitab. Sebaliknya, bersukacitalah bahwa saat itu Anda boleh menyatakan iman Anda yang sederhana di dalam ketaatan Anda kepada Yesus, dan saat ini Anda boleh mempelajari lebih banyak tentang makna semua itu. Itulah yang sedang dilakukan oleh Rasul Paulus di sini: ia sedang berharap bahwa para pembacanya telah memahami makna baptisan yang telah mereka alami itu, namun ia tidak berhenti mengajar mereka, kalau-kalau mereka tidak mengetahuinya atau telah melupakannya. Melalui ayat-ayat ini, pelajarilah bagaimana gambaran diri Anda dahulu menurut pandangan mata Allah, dan apa yang sesungguhnya telah terjadi pada diri Anda ketika menjadi seorang Kristen.
Saya hanya akan membahas dua hal yang digambarkan oleh aktivitas baptisan, berdasarkan ayat-ayat ini.
1) Baptisan menggambarkan kematian kita di dalam kematian Kristus Ayat 3-4a: “Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian.” Inilah kebenaran agung mengenai keberadaan kita selaku orang Kristen. Kita telah mati. Ketika Kristus mati, Ia menjalani kematian ganti kita. Ini setidaknya memiliki 2 implikasi. 1) Yang pertama, bahwa keberadaan kita tidak lagi sama seperti dulu; diri kita yang lama telah mati. Kita tidak lagi sama. 2) Yang kedua, bahwa kematian tubuh jasmani kita kelak takkan lagi bermakna sama bagi kita, seperti seandainya Kristus tidak menjalani kematian ganti kita. Karena kita telah mati bersama-sama dengan Kristus dan Ia telah menjalani kematian ganti kita, kematian kita takkan lagi menjadi kengerian seperti halnya dulu, “Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu” (1 Korintus 15:55).
Jawabannya adalah bahwa sengat dan kemenangan maut telah ditelan oleh Kristus. Ingat pembahasan kita minggu lalu: Ia telah menenggak habis seluruh isi cawan maut itu. Perhatikan pengulangan kata “dalam” pada ayat 3 dan 4. Dibaptis “dalam Kristus Yesus,” dan dibaptis “dalam kematian-Nya” (ayat 3), serta baptisan “dalam kematian” (ayat 4a). Apa yang hendak dikatakan oleh frasa itu adalah bahwa baptisan menggambarkan persatuan kita dengan Kristus, maksudnya adalah, kita dipersatukan dengan Dia secara rohani sehingga kematian-Nya menjadi kematian kita dan kehidupan-Nya akan menjadi kehidupan kita. Bagaimana kita dapat mengalami hal tersebut? Bagaimana Anda tahu jika hal tersebut telah terjadi pada diri Anda? Jawabannya adalah bahwa hal tersebut dapat dialami oleh adanya iman. Anda akan mendapat konfirmasi tentang hal tersebut melalui sejumlah ayat paralel. Galatia 2:20 mengaitkan hal tersebut dengan iman: “Aku telah disalibkan dengan Kristus; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah....” Dengan kata lain, “aku” yang telah mati itu adalah “aku” yang lama, yang tidak beriman dan suka memberontak, sedangkan “aku” yang telah datang kepada hidup itu adalah “aku” yang beriman – “Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah....” Dan dasar dari semua ini adalah persatuan kita dengan Kristus – “Kristus hidup di dalam aku.” Dan aku hidup di dalam Dia – dalam persatuan rohani dengan Dia. Kematian-Nya adalah kematianku dan kehidupan-Nya sedang dihidupi-Nya dalam hidupku.
Ayat lain yang mengilustrasikan hal ini adalah Kolose 2:6-7a: “Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman.” Di sini, sekali lagi Anda dapat melihat betapa iman di dalam Kristus itulah yang menjadi sarana bagi Anda untuk boleh menikmati persatuan dengan Kristus. Anda menerima Dia sebagai Tuhan dan Juru Selamat dan di dalam iman itulah Anda dipersatukan kepada Dia dan hidup “di dalam” Dia serta dibangun “di dalam Dia.”
Maka ketika Roma 6:3-4 mengatakan bahwa kita dibaptis dalam Kristus dan dalam kematian-Nya, saya menyimpulkan bahwa baptisan itu merupakan sebuah ekspresi iman, dan di dalam iman inilah kita mengalami persatuan dengan Kristus. Agaknya inilah alasan mengapa Allah merancang bentuk baptisan untuk menggambarkan penguburan. Itu menggambarkan kematian yang kita alami ketika kita dipersatukan kepada Kristus. Inilah sebabnya kami dibaptis selam: itu merupakan penguburan secara simbolis.
Maka sadarilah hai orang percaya, bahwa Anda telah mati. “Aku” yang lama yang tidak beriman dan suka memberontak itu telah disalibkan bersama dengan Kristus. Inilah makna dan tujuan dari aktivitas baptisan Anda.
2) Baptisan menggambarkan hidup kita yang baru di dalam Kristus
Ayat 4: “Kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.” Tak seorang pun akan berlama-lama berendam di dalam air baptisan. Segera setelah dibaptiskan, kita pun keluar dari air. Segera setelah kematian berlalu, hidup baru pun tibalah. “Aku” yang lama yang tidak beriman dan suka memberontak itu segera juga mati ketika saya dipersatukan kepada Kristus melalui iman. Maka pada saat “aku” yang lama mati, pada saat itu jugalah “aku” yang baru beroleh hidup – sesosok pribadi rohani yang baru, seperti yang seharusnya, telah dibangkitkan dari antara orang mati.
Tafsiran paling krusial mengenai kebenaran ini tercatat dalam Surat Kolose 2:12. Rasul Paulus mengatakan sebagai berikut, “Karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati.” Perhatikan bahwa kita dibangkitkan bersama-sama dengan Kristus, seperti yang disebutkan dalam Surat Roma 6:4 bahwa kita hidup dalam hidup yang baru. Dan ada karya Allah yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, seperti dinyatakan dalam Surat Roma 6:4 bahwa Kristus telah dibangkitkan oleh kemuliaan Bapa. Hal ini terjadi oleh iman di dalam karya Allah yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati.
Jadi Kolose 2:12 menjadikan eksplisit apa yang di dalam Roma 6:4 masih implisit – bahwa baptisan mengekspresikan iman kita di dalam karya Allah yang membangkitkan Yesus dari antara orang mati. Kita percaya bahwa Kristus telah bangkit dari kubur dan sekarang sedang memerintah dari takhta-Nya di sebelah kanan Allah Bapa di sorga, dari mana Ia kelak akan datang kembali dalam kuasa dan kemuliaan-Nya. Dan iman di dalam karya Allah – Paulus menyebutnya sebagai kemuliaan Allah – itulah yang menjadi sarana bagi kita untuk menerima bagian dalam hidup yang baru yang dimiliki oleh Kristus dalam diri-Nya.
Sesungguhnyalah, hidup yang baru itu adalah hidup beriman di dalam kemuliaan dan karya Allah. “Aku telah disalibkan dengan Kristus; ... tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup.... Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah.” Hidup yang baru adalah hidup dari hari ke hari dengan beriman di dalam karya Allah – kemuliaan Allah.
Baptisan Menggambarkan Apa yang Telah Terjadi pada Kita Ketika Kita Menjadi Orang Kristen
Sekarang, mari kita membuat rangkuman dan kesimpulan. Baptisan menggambarkan apa yang telah terjadi pada diri kita ketika kita menjadi orang Kristen. Inilah yang telah terjadi pada diri kita: kita telah dipersatukan kepada Kristus. Kematian-Nya menjadi kematian kita. Kita telah mati bersama-sama dengan Dia. Dan pada saat yang sama, kehidupan-Nya pun menjadi kehidupan kita. Sekarang ini kita menghidupi kehidupan Kristus di dalam diri kita. Dan semua ini kita peroleh melalui iman.
Inilah makna menjadi orang Kristen – menghidupi realitas yang seturut dengan apa yang digambarkan oleh baptisan kita: dari hari ke hari kita mengalihkan pandangan dari diri kita sendiri dan mengarahkannya kepada diri Allah seraya berkata, “Oleh karena Kristus, Putra-Mu, aku boleh datang kepada Engkau. Di dalam Dia aku boleh menjadi umat-Mu. Bersama-Mu aku beroleh kelegaan. Kristuslah satu-satunya harapanku untuk beroleh berkat dari-Mu. Setiap hari, aku menerima berkat yang baru. Pengharapanku didasarkan pada kematian-Nya bagiku dan kematianku di dalam Dia. Kehidupanku di dalam Dia adalah sebuah kehidupan yang beriman di dalam Engkau, ya Bapa. Oleh karena Dia, aku percaya kepada karya-Mu di dalam aku dan bagi aku. Kuasa dan kemuliaan-Mu yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, kuasa dan kemuliaan seperti itulah yang akan Kaupakai untuk menolong aku. Di dalam janji akan anugerah pada masa yang akan datang itulah aku percaya, dan di dalamnya aku berharap. Itulah yang menjadikan hidupku baru. O Kristus, betapa aku bersyukur akan apa yang digambarkan oleh baptisanku! Terima kasih karena Engkau telah berkenan mengalami kematian ganti diriku dan memberi aku hidup yang baru. Amin.”