Kasih yang Sabar dan Murah Hati
Dari Gospel Translations Indonesian
Oleh R.C. Sproul Mengenai Kasih Tuhan
Terjemahan oleh Noviyanti Sugita
Satu Korintus 13 adalah salah satu perikop yang paling terkenal dari seluruh Kitab Suci, karena di dalamnya Rasul Paulus memberikan suatu penjelasan yang luar biasa mengenai karakter cinta Ilahi. Ia mulai dengan menunjukkan pentingnya kasih, dengan menuliskan bahwa sekalipun kita memiliki semua jenis karunia, kemampuan, dan prestasi tetapi jika tidak memiliki kasih, kita sama sekali tidak berguna (ayat 1-3). Kemudian, dalam ayat 4, ia mulai menggambarkan seperti apakah cinta Ilahi itu, dengan mengatakan, “Kasih itu sabar dan murah hati,” atau, dalam rumusan terjemahan yang lebih tradisional, “Kasih itu panjang menderita dan murah hati” (Love suffers long and is kind, terjemahan NKJV). Saya merasa tergugah oleh pasangan sifat ini – kesabaran dan kemurah-hatian. Mengapa Paulus menempatkan sifat ini sebagai yang pertama dalam gambarannya mengenai kasih, dan mengapa ia memasangkan mereka?
Paulus mengatakan kepada kita bahwa kasih itu sabar, ia “panjang menderita”. Saya menyukai terjemahan tradisional ini karena ia menyampaikan ide bahwa mengasihi orang lain itu mungkin menyulitkan. Mengasihi orang lain berarti kita tidak memusuhi mereka saat pertama kali mereka menyinggung perasaan kita. Dalam berhubungan dengan orang lain, kita cenderung untuk jauh lebih sabar terhadap beberapa orang daripada terhadap orang lain. Jika seorang sahabat lama melakukan sesuatu yang menjengkelkan atau mengganggu saya, biasanya saya berkata, “Oh, itu memang kebiasaannya, itu adalah kepribadiannya, kita semua adalah manusia, tidak ada satupun dari kita yang sempurna.” Saya memberikan kelonggaran padanya. Tetapi jika saya bertemu dengan orang lain yang berlaku persis sama seperti kelakuan sahabat saya, mungkin saya tidak ingin berurusan lagi dengannya. Kita memberikan toleransi kepada sahabat kita yang tidak akan kita berikan kepada orang asing.
Kasih yang panjang menderita tidak memperhitungkan skor. Pertama kali Anda menyinggung saya, saya dapat mengatakan, “Pelanggaran pertama,” dan memberikan Anda dua kesempatan lagi sebelum Anda dicoret. Tetapi jika kasih saya panjang menderita, Anda dapat melakukan pelanggaran ke-dua puluh tujuh, dan saya masih akan bertahan bersama Anda.
Mengapa kasih Kristiani panjang menderita? Itu karena orang Kristiani meniru Kristus, yang meniru Allah Bapa, dan panjang menderita adalah karakter utama Allah. Kitab Suci sering menyebutkan bahwa Allah lambat untuk menjadi marah, bahwa Ia panjang menderita terhadap umatnya yang tegar tengkuk. Contohnya, Allah menggambarkan diriNya seperti ini: ” TUHAN, TUHAN, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya” (Kel 34:6). Demikian juga, Paulus berbicara tentang “kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya” (Rom 2:4).
Jika Anda adalah seorang Kristiani, berapa lama Allah bertahan terhadap ketidakpercayaanmu sebelum Anda bertobat? Berapa lama Ia telah menahan dosa-dosamu yang menetap? Jika bukan karena Allah yang “panjang menderita”, kita pasti telah binasa. Jika Allah memperlakukan kita dengan ketidaksabaran yang sama seperti yang kita lakukan terhadap orang lain, saat ini kita pasti akan menderita di neraka. Ia telah bersabar terhadap ketidakpatuhan kita, penghujatan kita, ketidakpedulian kita, ketidakpercayaan kita, dan dosa kita, dan Ia masih mengasihi kita. Itulah Allah. Itulah caraNya mewujudkan kasihNya. Ia menunjukkan kasihNya dengan kesabaranNya, yaitu kesabaran yang sangat panjang.
Kita dipanggil bukan hanya untuk bersabar tetapi untuk panjang menderita. Kita tidak bersabar pada dosa, kekurangan, dan kelemahan manusia hanya jika mereka tidak menyakiti kita. Panjang menderita berarti tetap mengasihi walaupun kita disakiti dan dilukai. Ini berarti bahwa kita “tetap mengasihi sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa” (I Ptr 4:8). Dengan cara ini, kita mencerminkan kasih Allah, yang panjang menderita.
Mengapa, kemudian, Paulus memasangkan kesabaran/panjang menderita dengan murah hati? Sangat mungkin bagi kita untuk menderita kesakitan atau permusuhan untuk waktu yang lama seraya memusuhi dan merencanakan pembalasan dendam. Tetapi bukan ini yang Kitab Suci maksud dengan panjang menderita. Panjang menderita mencakup kemurah-hatian, karena kita haruslah tetap murah hati dalam membalas sumber penderitaan kita. Orang yang murah hati tidak kasar, tidak keras, tidak kejam. Mereka memiliki hati yang dermawan. Mereka peka dan lembut terhadap orang lain.
Ayah saya, saya percaya, adalah contoh bagi sifat ini. Ia sangat baik hati. Ia menunjukkan kepada saya kebaikan Allah. Saya sangat membenci saat-saat di mana saya pulang dari sekolah dan mendapati bahwa saya berada dalam masalah karena sesuatu hal yang telah saya lakukan. Ibu saya akan berkata, “Ayahmu ingin berbicara denganmu.” Saya akan masuk ke kantor ayah saya dan menutup pintu, dan ia akan berkata, “Nak, kita harus berbicara.” Ia akan menghancurkan saya tanpa pernah meninggikan suaranya, tanpa pernah menyatakan kemarahannya kepada saya, dan entah bagaimana, setelah ia menghancurkan saya, ia dapat, dengan sangat lembut, menyatukan saya kembali. Setelahnya, saya akan meninggalkan kantornya dengan perasaan seperti berjalan di udara. Saya merasa bahagia, tetapi saya juga tahu bahwa saya harus bertindak lebih baik lagi di kemudian hari. Ia menginspirasi saya karena sikapnya begitu murah hati.
Orang yang benar-benar murah hati sangatlah langka, sayangnya. Tetapi kemurah-hatian haruslah dihubungkan dengan panjang menderita sebagai bukti nyata kasih. Secara sederhana, kasih bukanlah tidak sabar atau tidak murah hati. Inilah gambaran kasih Allah, kasih yang sama seperti yang dipupuk oleh Roh Kudus di dalam hati umat Allah.