Menyesal Tapi Tidak Hancur
Dari Gospel Translations Indonesian
(←Membuat halaman berisi '{{info|Regretful But Not Devastated}}Semakin lama Anda di Pelayanan Kepastoran, semakin Anda berpindah dari seorang astronot menjadi seorang arkeologis. Ketika Anda muda,...')
Revisi selanjutnya →
Revisi per 16:50, 12 November 2012
Oleh Paul Tripp Mengenai Penggembalaan
Terjemahan oleh Melisa Harianto
Semakin lama Anda di Pelayanan Kepastoran, semakin Anda berpindah dari seorang astronot menjadi seorang arkeologis. Ketika Anda muda, Anda dengan semangat meluncur ke dunia yang tidak dikenal. Anda mempunyai semua keputusan besar dalam hidup dan pelayanan, dan Anda dapat menghabiskan waktu untuk menilai potensi Anda, dan mempertimbangkan berbagai kesempatan. Ini adalah waktu untuk menjelajahi dan menemukan. Ini adalah waktu untuk pergi ke mana Anda belum pernah pergi sebelumnya dan melakukan apa yang belum pernah Anda lakukan sebelumnya. Ini adalah waktu untuk memulai menggunakan pelatihan Anda dan mendapatkan pengalaman.
Tetapi dengan bertambahnya usia Anda di pelayanan, Anda mulai melihat ke belakang setidaknya sebanyak Anda melihat ke depan. Ketika Anda melihat ke belakang, Anda cenderung untuk menggali gundukan peradaban yang merupakan masa lalu dan pelayanan Anda, mencari serpihan dari pikiran, keinginan, pilihan, aksi, kata, keputusan, dan hubungan. Anda tidak dapat menahannya tetapi menilai bagaimana yang telah Anda lakukan dengan apa yang telah Anda berikan.
Sekarang, siapa yang sombong dan berani untuk melihat ke belakang dari hidup dan pelayanan mereka dan berkata, " di setiap saat saya sebaik yang saya bisa ?" Tidakkah kita semua memegang beberapa serpihan di tangan kita dan pengalaman dengan setidaknya sedikit penyesalan ? Tidakkah semua dari kita berharap bahwa kita dapat menarik kata yang yang telah kita ucapkan, keputusan yang kita buat dan tindakan yang kita ambil?
Jika Anda dan saya semua berkeinginan untuk rendah hati dan dengan jujur melihat hidup kita, kita akan dipaksa untuk menyimpulkan bahwa kita manusia yang cacat. Dan kita tidak harus memukuli diri sendiri. Kita tidak harus berusaha untuk meminimalkan atau menyangkal kegagalan kita. Kita tidak harus bertahan ketika kelemahan kita terlihat. Kita tidak harus menulis ulang sejarah untuk membuat diri kita terlihat lebih baik dari pada kita yang sebenarnya. Kita tidak harus melumpuhkan dengan penyesalan dan penyesalan. Kita tidak harus mengalihkan diri kita dengan kesibukan atau obat.
Bukankah itu indah jika kita menatap langsung kegagalan kita yang paling dalam dan gelap dan tidak takut? Bukankah itu menghiburkan jika kita dapat dengan jujur menghadapi saat yang paling menyesalkan dalam hidup kita dan tidak hancur ? Bukankah itu luar biasa ketika kita dapat mengakui bahwa kita ada pendosa dan tidak takut atau depresi?
Kita dapat melakukan itu semua karena, seperti David, kita telah belajar bahwa harapan kita dalam hidup bukan pada kemurnian karakter kita atau kesempurnaan penampilan kita. Kita dapat menghadapi bahwa kita adalah pendosa dan beristirahat karena kita tahu bahwa Allah sungguh ada dan Dia adalah Allah yang :
Pemurah,
Kasih setia,
penuh belas kasih,
Karena dia, ada harapan - harapan akan pengampunan dan
awal yang baru.
Ya, kita dapat sungguh mengakui dosa kita dan kegagalan kita dan tidak takut.