Khotbah Eksposisi dan Aplikasi
Dari Gospel Translations Indonesian
Revisi terkini pada 16:33, 24 Agustus 2009
Oleh Mark Dever
Mengenai Khotbah dan Pengajaran
Bagian dari seri Article
Terjemahan oleh Adi Kurniawan
Anda dapat membantu kami memperbaiki terjemahan ini dengan meninjau untuk meningkatkan akurasi terjemahan. Pelajari lebih lanjut (English).
Suatu hari saya mendapat pertanyaan yang saya sadari sering ditanyakan kepada saya—ketika Anda berkhotbah secara eksposisi, bagaimana Anda mengaplikasikan teks dalam khotbah?
Pertama, kita harus memperhatikan bahwa di balik pertanyaan ini, bisa jadi ada banyak asumsi yang perlu dipertanyakan. Penanya mungkin mengingat khotbah-khotbah "eksposisi" yang telah didengarnya (atau mungkin bahkan dikhotbahkannya) yang tidak ada bedanya dengan kuliah Alkitab di perguruan tinggi atau seminari. Khotbah-khotbah ini mungkin strukturnya baik dan akurat, tetapi nampaknya hanya ada sedikit dorongan kesalehan atau hikmat penggembalaan di dalamnya. Khotbah-khotbah eksposisi ini mungkin hanya punya sedikit aplikasi, jika ada. Di lain pihak, penanya bisa jadi punya pengertian yang salah tentang aplikasi. Mungkin ada banyak aplikasi dalam khotbah-khotbah yang dipertanyakannya, tapi ia tidak mengenalinya.
William Perkins, teolog Puritan abad ke-16 di Cambridge, mengajar pengkhotbah-pengkhotbah untuk membayangkan macam-macam pendengar yang akan mendengarkan khotbah mereka, dan untuk memikirkan aplikasi-aplikasi kebenaran yang dikhotbahkan kepada macam-macam hati—orang berdosa yang keras, orang yang ragu-ragu dan bertanya-tanya, orang Kristen yang lelah, orang muda yang antusias—dan masih banyak lagi. Akan tetapi, saya mau menjawab pertanyaan tersebut dengan sedikit berbeda. Banyak dari kita yang dipanggil untuk mengkhotbahkan Firman Allah pasti sudah tahu hal ini, tapi akan menolong jika kita diingatkan lagi kenyataan ini: Bukan saja ada bermacam-macam pendengar, tapi ada juga bermacam-macam aplikasi yang semuanya merupakan aplikasi yang sah.
Ketika saya mengkhotbahkan Firman, saya dipanggil untuk menguraikan Kitab Suci, untuk mengambil sebagian dari Firman Allah dan membahasnya dengan jelas, dengan kuasa, bahkan dengan mendesak. Dalam proses ini, sedikitnya ada tiga macam aplikasi yang merefleksikan tiga macam problem yang kita temui dalam perjalanan hidup Kristen kita sendiri. Pertama, kita bergumul dengan ketidaktahuan. Kedua, kita bergumul dengan keraguan, seringkali lebih dari yang kita sadari pada awalnya. Terakhir, kita berdosa entah melalui tindakan ketidaktaatan langsung, atau melalui kelalaian yang berdosa. Dalam ketiganya kita berharap melihat perubahan dalam diri kita dan pendengar kita setiap kali kita mengkhotbahkan Firman Allah. Dan masing-masing menghasilkan setiap aplikasi yang berbeda.
Ketidaktahuan merupakan masalah mendasar dalam dunia yang jatuh. Kita telah mengasingkan Allah. Kita memutuskan diri kita dari persekutuan langsung dengan Pencipta kita. Karena itu, tidak mengherankan kalau memberi tahu orang kebenaran tentang Allah adalah semacam aplikasi yang berkuasa—dan yang sungguh-sungguh kita perlukan. Ini bukan dalih bagi khotbah yang dingin atau tidak bersemangat. Saya dapat menjadi sama (dan lebih) bergairahnya terhadap kalimat-kalimat indikatif seperti terhadap kalimat-kalimat imperatif. Perintah-perintah Injil untuk bertobat dan percaya tidak berarti apa-apa tanpa pernyataan indikatif mengenai Allah, diri kita, dan Kristus. Informasi itu vital. Kita dipanggil untuk mengajar kebenaran, untuk menyerukan pesan yang agung mengenai Allah. Kita ingin orang yang mendengar pesan kita untuk berubah dari ketidaktahuan kepada pengetahuan akan kebenaran. Pemberitahuan sepenuh hati seperti ini adalah aplikasi.
Keraguan berbeda dari ketidaktahuan biasa. Dalam keraguan, kita mengambil ide-ide atau kebenaran yang kita kenal, dan kita mempertanyakan mereka. Kesangsian seperti ini tidak jarang di antara orang Kristen. Malah, keraguan bisa jadi merupakan isu yang paling penting untuk ditelusuri dengan penuh pengertian dan ditantang dengan tuntas dalam khotbah kita. Kita kadang-kadang mengira bahwa sedikit apologetika sebelum pertobatan adalah satu-satunya waktu di mana kita sebagai pengkhotbah perlu menjawab keraguan, tapi bukan begitu. Beberapa orang yang duduk dan mendengarkan khotbah Anda Minggu kemarin, dan yang tahu fakta-fakta yang Anda sebutkan mengenai Kristus, Allah, atau Onesimus, mungkin sedang bergumul apakah mereka sungguh-sungguh percaya fakta-fakta tersebut adalah benar. Kadang-kadang keraguan seperti itu bahkan tidak nampak. Kita sendiri mungkin tidak sadar kalau kita ragu. Tapi ketika kita mulai menelusuri Alkitab, dalam bayang-bayang kita menemukan pertanyaan, ketidakpastian, dan keragu-raguan, semuanya membuat kita sadar akan tarikan keraguan, jauh di sana, menarik kita dari jalan musafir yang setia. Bagi orang seperti itu—mungkin bagi bagian hati kita sendiri yang seperti itu—kita ingin memberi alasan bagi dan mendesakkan kebenaran Firman Allah dan urgensi untuk mempercayainya. Kita dipanggil untuk mendorong para pendengar untuk percaya kebenaran Firman Allah. Kita ingin orang yang mendengar pesan kita untuk berubah dari keraguan kepada kepercayaan sepenuh hati akan kebenaran. Khotbah tentang kebenaran yang mendesak, dan menelusuri semacam ini adalah aplikasi.
Dosa juga merupakan suatu masalah dalam dunia yang jatuh ini. Ketidaktahuan dan keraguan bisa jadi merupakan dosa itu sendiri, atau akibat dosa-dosa tertentu, atau bukan dua-duanya. Tapi dosa tentu lebih dari kelalaian atau keraguan. Ketahuilah bahwa orang yang mendengar khotbah Anda bergumul dengan ketidaktaatan kepada Allah dalam minggu yang baru lewat, dan mereka hampir pasti bergumul dengan ketidaktaatan dalam minggu yang baru mereka mulai. Dosa-dosa mereka bermacam-macam. Beberapa berupa ketidaktaatan melakukan sesuatu; yang lain berupa ketidaktaatan tidak melakukan sesuatu. Tapi entah itu melakukan atau tidak melakukan, dosa adalah ketidaktaatan kepada Allah. Sebagian dari apa yang kita harus lakukan ketika berkhotbah adalah menantang umat Allah untuk hidup suci, yang mencerminkan kesucian Allah sendiri. Jadi bagian dari aplikasi Alkitab yang kita khotbahkan adalah menarik implikasi-implikasi dari bacaan kita bagi tindakan kita dalam minggu itu. Kita sebagai pengkhotbah dipanggil untuk menghimbau umat Allah untuk taat kepada Firman-Nya. Kita ingin orang yang mendengar pesan kita untuk berubah dari ketidaktaatan yang berdosa, kepada ketaatan yang bersukacita dan bahagia kepada Allah, menurut kehendak-Nya yang dinyatakan dalam firman-Nya. Himbauan untuk taat seperti ini tentu merupakan aplikasi.
Pesan utama yang kita perlu terapkan setiap kali kita berkhotbah adalah Injil. Beberapa orang belum mengenal Kabar Baik Yesus Kristus. Beberapa orang bahkan yang selama ini duduk mendengar khotbah Anda mungkin terganggu, mengantuk, melamun, atau tidak memperhatikan. Mereka perlu mendengar Injil. Mereka perlu diberi tahu.
Yang lain mungkin pernah mendengar, mengerti, dan bahkan sungguh-sungguh menerima kebenarannya, tapi sekarang mendapati diri mereka bergumul dengan keraguan tentang hal-hal yang Anda bahas (atau asumsikan) dalam khotbah Anda. Orang-orang seperti ini perlu didorong untuk percaya kebenaran Kabar Baik Kristus.
Dan, juga, orang mungkin telah mendengar dan mengerti, tapi mungkin lambat untuk bertobat dari dosa-dosa mereka. Mereka bahkan mungkin tidak meragukan kebenaran apa yang Anda katakan; mereka mungkin lambat untuk bertobat dari dosa-dosa mereka dan berpaling kepada Kristus. Bagi pendengar semacam ini, aplikasi yang paling berkuasa yang dapat Anda buat adalah mendorong mereka untuk membenci dosa-dosa mereka dan lari kepada Kristus. Dalam semua khotbah kita, kita harus berusaha menerapkan Injil dengan memberi tahu, mendesak, dan mendorong.
Satu tantangan yang biasa kita hadapi sebagai pengkhotbah dalam mengaplikasikan Firman Allah dalam khotbah kita adalah bahwa kadang-kadang mereka yang punya masalah dalam suatu area tertentu akan berpikir bahwa Anda TIDAK mengaplikasikan Kitab Suci dalam khotbah Anda, jika Anda tidak menjawab masalah tertentu mereka. Apakah mereka benar? Tidak tentu. Sementara khotbah Anda akan membaik jika Anda mulai menjawab keraguan lebih sering, atau lebih menyeluruh, tidaklah salah bagi Anda untuk berkhotbah kepada mereka yang perlu diberi tahu, atau yang perlu didorong untuk meninggalkan dosa, meskipun orang yang berkata kepada Anda tidak menyadari keperluan itu.
Satu catatan terakhir. Amsal 23:12 berkata, "Arahkanlah (Inggris: apply) perhatianmu kepada didikan, dan telingamu kepada kata-kata pengetahuan." Dalam terjemahan bahasa Inggris, nampaknya kata-kata yang diterjemahkan menjadi "apply" dalam Alkitab hampir selalu (mungkin selalu?) merujuk bukan kepada pekerjaan pengkhotbah (sebagaimana homiletika mengajar kita) ataupun kepada pekerjaan Roh Kudus (sebagaimana sistematika mengajar kita) tetapi kepada pekerjaan ia yang mendengar Firman. Kita dipanggil untuk mengaplikasikan firman kepada hati kita sendiri, dan mengaplikasikan diri kita kepada pekerjaan itu.
Itu, mungkin, adalah aplikasi tunggal yang paling penting yang dapat kita buat hari Minggu yang akan datang bagi kebaikan seluruh umat Allah.