Pengaruh Radikal dari Kebangkitan
Dari Gospel Translations Indonesian
(←Membuat halaman berisi '{{info|Radical Effects of the Resurrection}} <blockquote>Jika di dalam Kristus kita memiliki harapan hanya akan kehidupan ini, maka kita adalah sebagian besar dari selur...')
Revisi selanjutnya →
Revisi per 04:04, 10 April 2012
Oleh John Piper
Mengenai Glorification (Resurrection of the Body)
Bagian dari seri Taste & See
Terjemahan oleh Toto Marwoto
Jika di dalam Kristus kita memiliki harapan hanya akan kehidupan ini, maka kita adalah sebagian besar dari seluruh orang yang harus dikasihan. . . . Mengapa setiap hari kita dalam bahaya? 31 Saya protes, saudara-saudara, oleh karena kebanggaan saya pada kamu, yang saya miliki di dalam Yesus Kristus Tuhan kita, saya mati setiap hari! 32 Apa yang saya raih jika, pembicaraan secara manusia, Saya bertarung melawan yang buas di Efesus? Jika yang mati tidak dibangkitkan, "Marilah kita makan dan minum, karena besok kita akan mati". . . .Tetapi dalam faktanya Kristus telah dibangkitkan dari kematian, buah pertama dari mereka yang jatuh tertidur. (1 Korintus 15:19, 30-32, 20)
Paulus merenungkan tentang bagaimana ia dapat menilai gaya hidupnya sendiri jika tidak ada kebangkitan dari kematian. Ia katakan hal itu mengada-ada dan patut dikasihani. Kebangkitan menuntun dan menguatkan dirinya untuk melakukan hal-hal yang akan menjadi menggelikan tanpa harapan akan kebangkitan.
Sebagai contoh, Paulus melihat semua bahaya dan Ia bersedia menghadapinya. Ia katakan mereka datang "setiap jam"......
Dalam perjalanan rutin, ada bahaya dari sungai-sungai, bahaya dari perampok, bahaya dari anak buah sendiri, bahaya dari orang-orang kafir, bahaya di kota, bahaya dalam hutan rimba, bahaya di lautan, bahaya dari saudara-saudara yang palsu. (2 Korintus 11:26)
Lalu ia mempertimbangkan perluasan arti dari penyangkalan diri dan berkata "Saya mati setiap hari." Inilah yang Paulus alami dari apa yang Yesus katakan dalam Lukas 9:23,"Jika seorang mengikut aku, maka ia akan menyangkal dirinya dan mengangkat salibnya setiap hari dan mengikut aku." Tidak ada hari tanpa matinya beberapa keinginan.
..... dengan usaha yang jauh lebih keras, pemenjaraan yang lebih lama, dengan pemukulan yang tak terhitung dan seringkali mendekati kematian. 24 Lima kali saya menerima di tangan para orang Yahudi empat puluh cambukan kurang satu. 25 Tiga kali saya dipukuli menggunakan batang. Suatu saat saya pernah dilempari batu. Tiga kali saya mengalami kecelakaan kapal, satu malam dan satu hari saya terapung di lautan. . . 27 dalam kesusahan dan kesulitan, melalui banyak malam tanpa tidur, dalam lapar dan haus, sering tanpa makanan, dalam dingin dan panas. 28 Dan, terpisah dari semua hal, terdapat tekanan setiap hari padaku dari kegelisahanku untuk semua gereja. (2 Korintus 11:22-28)
Kemudian ia mengingat bahwa ia "bertarung melawan si buas di Efesus." Kita tidak tahu apa yang dia maksudkan. Satu jenis lawan tertentu dari dunia pekabaran injil disebut sebagai si buas dalam 2 Petrus 1:10 dan Yudas 10. Dalam setiap kasus, itu benar-benar menyedihkan.
Kami tidak menginginkan anda menjadi tidak peduli, saudara-saudara, akan penderitaan yang kami alami di Asia. Karena kami saat itu benar-benar terbeban diluar kekuatan kami sehingga kami putus harapan akan kehidupan itu sendiri. (2 Korintus 1:8)
Jadi Paulus menyimpulkan dari bahaya setiap waktu dan mati harian dan pertarungannya dengan si buas sehingga hidup yang ia telah pilih dengan mengikut Yesus adalah konyol dan patut dikasihani jika ia tidak akan dibangkitkan dari kematian. "Jika di dalam Kristus kita memiliki harapan hanya akan kehidupan ini,maka kita adalah semua orang dari sebagian besar yang harus dikasihani. Dengan kata lain, hanya dengan kebangkitan Kristus dan kebahagiaan kekal menjadi masuk akal untuk keluar dari penderitaan ini.
Jika kematian adalah akhir dari segalanya, ia katakan, "Mari kita makan dan minum, karena besok kita akan mati" Ini tidak berarti : Mari kita menjadi rakus dan mabuk. Mereka juga patut dikasihani-baik dengan atau tanpa ada kebangkitan. Yang ia maksud adalah: Jika tidak ada kebangkitan, apa yang masuk di akal ialah kaum moderat kelas menengah yang memaksimalkan kenikmatan kesenangan duniawinya.
Tetapi bukan itu yang dipilih Paulus. Ia memilih untuk menderita, karena ia memilih untuk patuh. Ketika Ananias datang kepadanya saat kotbah dengan kata-kata yang berasal dari Tuhan Yesus, "Saya akan tunjukkan padanya berapa banyak ia harus menderita untuk kebaikan namaku (Kisah Para Rasul 9:16), Paul menerima hal ini sebagai bagian dari panggilannya. Ia harus menderita
Bagaimana Paulus dapat melakukannya? Apakah sumber dari kepatuhan yang radikal itu? Jawabannya diberikan dalam I Korintus 15:20: "Tetapi dalam faktanya Kristus telah dibangkitkan dari kematian, buah pertama dari mereka yang jatuh tertidur." Dengan kata lain, Kristus telah dibangkitkan, dan saya akan dibangkitkan bersamanya. Untuk itu, tidak menderita untuk Yesus adalah sama dengan kesia-siaan. (I Korintus 15:58)
Harapan atas kebangkitan secara radikal mengubah cara hidup Paulus. Ia dibebaskan dari materialisme dan konsumerisme. Hal itu memberi dirinya kekuatan untuk terus maju tanpa barang-barang yang banyak orang rasa harus mereka miliki. Sebagai contoh, walau ia pikir ia memiliki hak untuk menikah (I Korintus 9:5) ia meninggalkan kenikmatan itu karena ia dipanggil untuk menanggung beban begitu banyak penderitaan. Hal ini ia lakukan dengan alasan kebangkitan. Inilah cara Yesus mengatakan harapan untuk kebangkitan seharusnya merubah perilaku kita. Sebagai contoh, ia memberitahukan kita untuk mengundang orang-orang yang tidak mampu membalas kebaikan kita ke rumah kita. Bagaimana kita dapat termotivasi untuk melakukan hal ini? "Kamu akan mendapatkan balasannya saat hari kebangkitan orang-orang benar"(Lukas 14:14)
Panggilan radikal pada kita ini untuk membuat kita melihat dengan seksama pada kehidupan masa kini untuk melihat apakah mereka dibentuk oleh harapan akan kebangkitan. Apa kita membuat keputusan atas dasar perolehan di dunia atau perolehan di saat selanjutnya? Apa kita mengambil resiko untuk cinta yang dapat dijelaskan sebagai bijaksana jika ada kebangkitan?
Apa kita kehilangan hati kita ketika tubuh diberikan kedalam proses penuaan, dan kita harus mengakui bahwa kita tidak dapat melakukan hal-hal yang pasti kembali. Atau kita melihat pada kebangkitan dan mengambil hati?
Kita tidak kehilangan hati kita. Walau diri eksternal kita disia-siakan, tetapi bagian dalam diri kita diperbaharui hari demi hari. Karena penderitaan ringan ini mempersiapkan kami untuk sebuah kemenangan agung kekal melebihi segala-galanya. (2 Korintus 4:16)
Saya berdoa supaya kita kembali mendedikasikan diri kita selama masa raya Paskah selamanya supaya kebangkitan memiliki pengaruh yang radikal.
Pendeta John