Iman dan Kuasa Tuhan
Dari Gospel Translations Indonesian
(←Membuat halaman berisi '{{info|Faith and the Power of God}} Pemulihan dari anak laki-laki yang dirasuki oleh iblis (Mat 14:14-20) pada sekilas pandangan pertama nampak hanya menjadi satu lagi ...')
Revisi terkini pada 15:31, 30 Maret 2012
Oleh Jerry Bridges Mengenai Kedaulatan Tuhan
Terjemahan oleh Toto Marwoto
Anda dapat membantu kami memperbaiki terjemahan ini dengan meninjau untuk meningkatkan akurasi terjemahan. Pelajari lebih lanjut (English).
Pemulihan dari anak laki-laki yang dirasuki oleh iblis (Mat 14:14-20) pada sekilas pandangan pertama nampak hanya menjadi satu lagi dari rangkaian kejadian mujizat penyembuhan yang direkam oleh Matius. Apa yang membuat satu peran unik Yesus tekankan pada peran penting iman. Hal ini benar karena iman penting dalam mujizat yang direkam pada pasal 9, tetapi pada pasal 17 adalah kekurangan iman adalah yang ditekankan oleh Yesus.
Bahwa Tuhan tidak bergantung pada iman manusia untuk menyelesaikan pekerjaanNya sudah tampak jelas dalam catatan mujizat lain yang direkam oleh Matius. Transfigurasi Yesus sesaat sebelum terjadinya mujizat pemulihan dari anak laki-laki itu adalah sebuah contoh yang penting. Hal itu merupakan sebuah mujizat yang spektakuler; tapi tidak sedikitpun iman seorang manusia yang terlibat didalamnya. Juga benar terjadi pada pemberian makan lima ribu orang (Mat 14:13:21) Jadi hal penting pertama yang perlu kita pelajari tentang iman dan kuasa Allah bahwa Ia tidak bergantung pada iman kita untuk melakukan pekerjaanNya. Tuhan tidak akan menjadi sandera dari kurangnya iman kita.
Hal penting kedua yang perlu kita pelajari, walaupun, bahwa Allah seringkali tidak memerlukan iman kita dalam mencapai tujuan-tujuanNya. Kita melihat ini dalam pemulihan seorang anak laki-laki yang dirasuki iblis. Markus dalam catatannya, menyatakan hal ini secara sangat jelas dalam percakapan Yesus dengan ayah anak laki-laki itu. Sang ayah, dalam keadaan sangat tegang, berkata pada Yesus: "Tetapi jika kamu dapat melakukan segalanya, kasihanilah kami dan tolonglah kami" (Markus 9:22) Sebelumnya ia pernah mengalami kegagalan yang dilakukan oleh para murid Yesus, jadi ia tidak yakin jika Yesus dapat menolongnya. Imannya pada titik ini dapat digambarkan sebagai tidak lebih dari harapan yang tidak menentu akan Yesus yang dapat melakukan apa yang tidak dapat dilakukan oleh para muridNya.
Yesus menjawab sang ayah: "Jika kamu bisa!" Semua hal adalah mungkin bagi mereka yang percaya" (ayat 23). Iman secara alkitabiah dapat digambarkan dalam berbagai cara bergantung pada situasinya. Penjelasan dari iman dalam Ibrani 11:1 yang menyatakan "kepastian dari segala sesuatu yang diharapkan, bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat" adalah hal yang pantas bagi orang-prang Yahudi sasaran surat itu, yang sedang mengalami perlawanan hebat dan memerlukan semangat baru agar menempatkan harapannya pada Kristus.
Bagi ayah anak laki-laki itu, iman berarti mempercayai bahwa Yesus dapat menyembuhkan anaknya. Kita sendiri sering menjadi seperti sang ayah. Kita dapat saja menghadapi suatu situasi yang tampak sangat menyulitkan, dan karena kita telah berdoa dalam waktu yang lama tapa ada suatu jawaban, kita mulai meragukan jika Tuhan dapat menjawab doa kita. Tetapi kita harus percaya bahwa bagi Tuhan tidak ada yang mustahil.
Sarah, istri dari Abraham, ragu jika Tuhan dapat memberikan mereka seorang anak laki-laki saat usia mereka sudah sangat tua, oleh karenanya Tuhan menjawab: "Adakah sesuatu yang sangat sulit bagi Allah?" (Kejadian 18 18:14) Berabad-abad kemudian, Yeremia sang nabi, mengalami kegoyahan iman ketika Tuhan memerintahkan dirinya untuk membeli sebidang tanah tepat saat dalam penjajahan bangsa Babel (Yer 32:6-26) Kembali jawaban Tuhan adalah : "Adakah sesuatu yang terlalu sulit buatKu?" (ayat 27) Untuk memiliki iman di dalam Tuhan, bahkan saat harus menghadapi doa-doa yang tidak dijawab atau situasi yang tampak mustahil, berarti kita harus tetap percaya pada.
Dia yang dapat melakukan segala sesuatu yang tampak mustahil bagi kita. Pentingnya iman kembali ditekankan lebih jauh lagi dalam jawaban Yesus atas pertanyaan para muridNya "Mengapa kami tidak dapat melakukannya?" (Mat. 17:19) Ia menjawab hal itu terjadi karena iman mereka terlalu kecil. Kita tidak diberitahukan dalam hal apa kurangnya iman mereka? Kita mengetahui jbahwa Yesus sebelumnya telah mengaruniakan kekuasaan pengusiran iblis pada mereka (Mat. 10:1-8) jadi mengapa iman mereka begitu lemah pada saat itu? Mungkin hal itu terjadi karena iblis tidak bereaksi dengan segera pada perintah mereka jadi mereka mulai ragu atas kuasa Yesus. Atau mungkin karena mereka berasumsi hbahwa karena mereka pernah berhasil sebelumnya, maka mereka akan berhasil kembali saat itu. Jadi kita melihat bahwa iman tidak hanya melibatkan ketergantungan yang teguh pada kuasa dan kemampuan Yesus, tetapi juga pada penyangkalan penuh setiap keyakinan apa pun yang kita miliki.
Bulan lalu kita telah melihat secara singkat pada masalah pemeliharaan Tuhan. Dalam Matius 17, kita melihat sebuah contoh dari hal itu beraksi, dalam hubungannya dengan suatu kejadian duniawi-yaitu pembayaran pajak rumah ibadah. Yesus, sebagai Anak Tuhan, tidak berada dalam kewajiban untuk melakukan pembayaran pajak. Tetapi dalam rangka untuk tidak memberikan suatu bentuk serangan, Ia mengirim Petrus untuk menangkap seekor ikan yang didalamnya terdapat sejumlah mata uang shekel yang dibutuhkan. Catatan yang singkat ini menimbulkan beberapa pertanyaan: Bagaimana caranya uang shekel itu masuk kedalam mulut ikan? Bagaimana caranya Petrus "kebetulan" menangkap ikan tersebut dan bukan ikan lain yang ada didekatnya? Kemungkinannya adalah bahwa Yesus yang melakukan satu mujizat dan menciptakan koin dari bukan sesuatu apa pun didalam mulut ikan itu.
Hal ini sepertinya, walau bagaimanapun adalah hasil dari pemeliharaan Tuhan. Seseorang "secara tak sengaja" menjatuhkan uang shekel ke dalam laut. Satu ikan tertentu memakannya dan menyangkut di dalam mulutnya. Ikan tersebut kemudian berenang ke tempat tepat Petrus menyebarkan jaring dan tertangkaplah ikan itu. Tidak satu pun dari kejadian-kejadian itu yang bersifat mujizat; tetapi kesemuanya diperlukan untuk mencapai apa yang menjadi tujuan Yesus dan Yesus memegang kendali atas satu per satu hal itu. Kuasa Tuhan bekerja sebagaimana banyaknya dalam pemeliharan maupun mujizat. Jadi saat kita bergumul dengan iman kita sendiri, atau kurang iman, dalam situasi kehidupan yang sulit, marilah kita percaya bahwa Tuhan itu mampu, baik melalui mujizat-mujizat atau pemeliharaan, untuk peduli pada kita.