Dibasuh Oleh Anugerah
Dari Gospel Translations Indonesian
k (Melindungi "Dibasuh Oleh Anugerah" ([edit=sysop] (selamanya) [move=sysop] (selamanya))) |
|||
(14 revisi antara tak ditampilkan.) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{ info | Washed by Grace}} | {{ info | Washed by Grace}} | ||
- | Kebutuhan akan hidup kudus berdasarkan Alkitab tidak meniadakan | + | Kebutuhan akan hidup kudus berdasarkan Alkitab tidak meniadakan kasih karunia. Namun, kebutuhan ini tepatnya didasarkan pada kasih karunia pengampunan yang sekaligus memperlihatkan kuasa kasih karunia. |
Di dalam 1 Korintus 15:10, Paulus berkata, “Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.” Kasih karunia bukanlah hanya pengampunan yang diberikan atas hal-hal tidak baik yang kita lakukan; tetapi juga merupakan kuasa yang menghasilkan hal-hal baik yang kita lakukan. Jika Allah mengatakan bahwa penting bagi kasih karunia untuk melakukan kedua hal ini, maka bukan berarti kasih karunia itu ditiadakan ketika kita berjalan searah dengan-Nya. Sebenarnya, justru bertentangan. | Di dalam 1 Korintus 15:10, Paulus berkata, “Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.” Kasih karunia bukanlah hanya pengampunan yang diberikan atas hal-hal tidak baik yang kita lakukan; tetapi juga merupakan kuasa yang menghasilkan hal-hal baik yang kita lakukan. Jika Allah mengatakan bahwa penting bagi kasih karunia untuk melakukan kedua hal ini, maka bukan berarti kasih karunia itu ditiadakan ketika kita berjalan searah dengan-Nya. Sebenarnya, justru bertentangan. | ||
Baris 7: | Baris 7: | ||
Perintah Alkitab untuk menjalani hidup kudus tidaklah bertentangan dengan pembenaran karena iman saja. Semua dosa umat Allah, dahulu, kini, dan di masa yang akan datang diampuni oleh kematian Yesus sekali untuk selamanya. Pembenaran yang didasari oleh kematian Yesus bagi kita ini adalah dasar dari penyucian, bukan sebaliknya. Satu-satunya dosa yang dapat kita perjuangkan dengan berhasil adalah dosa yang telah diampuni. Tanpa pembenaran yang sekali untuk selamanya melalui Kristus, satu-satunya hal yang dihasilkan dari perjuangan kita adalah kondisi kehilangan harapan atau kebenaran diri sendiri. | Perintah Alkitab untuk menjalani hidup kudus tidaklah bertentangan dengan pembenaran karena iman saja. Semua dosa umat Allah, dahulu, kini, dan di masa yang akan datang diampuni oleh kematian Yesus sekali untuk selamanya. Pembenaran yang didasari oleh kematian Yesus bagi kita ini adalah dasar dari penyucian, bukan sebaliknya. Satu-satunya dosa yang dapat kita perjuangkan dengan berhasil adalah dosa yang telah diampuni. Tanpa pembenaran yang sekali untuk selamanya melalui Kristus, satu-satunya hal yang dihasilkan dari perjuangan kita adalah kondisi kehilangan harapan atau kebenaran diri sendiri. | ||
- | Karya Allah dalam pembenaran tidak membuat karya Allah dalam penyucian menjadi sebuah pilihan atau sesuatu yang dapat dipilih-pilih. Alkitab tidak mengatakan bahwa pengampunan menjadikan kekudusan sebagai pilihan. Namun, pengampunanlah yang memungkinkan | + | Karya Allah dalam pembenaran tidak membuat karya Allah dalam penyucian menjadi sebuah pilihan atau sesuatu yang dapat dipilih-pilih. Alkitab tidak mengatakan bahwa pengampunan menjadikan kekudusan sebagai pilihan. Namun, pengampunanlah yang memungkinkan adanya kekudusan. Allah yang membenarkan juga menguduskan. Iman yang membenarkan juga menguduskan. Iman ini memuaskan hati manusia di dalam Tuhan dan membebaskannya dari kepuasan yang menipu dari dosa. Inilah sebabnya pembenaran dan proses pengudusan selalu berjalan bersama; keduanya datang dari iman yang sama. Kesempurnaan datang pada akhir hidup ketika kita mati atau ketika Kristus kembali, tetapi pengejaran akan hidup kudus dimulai dengan benih iman yang pertama. Itulah hakikat dari menyelamatkan iman. Iman ini mendapatkan kepuasan di dalam Kristus dan dijauhkan dari kepuasan dosa. |
- | + | Di dalam 1 Tesalonika 5:23-24, Paulus berkata, “Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa, dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita. Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya.” Perhatikan tiga hal ini: ''perintah'', ''doa'', dan ''janji''. | |
- | + | '''PERINTAH'''. Paulus baru saja selesai memberikan serangkaian perintah pada ayat 14-22. Perintah-perintah tersebut berakhir dengan ayat 22: “Jauhkanlah dirimu dari segala jenis kejahatan.” Jadi kita tahu bahwa Allah menggunakan perintah dan upah sebagai cara-Nya menguduskan kita. Ia tidak berkata, “Akulah yang menguduskanmu, jadi tidak ada yang perlu Kuberitahukan padamu untuk kaulakukan.” Cara Ia menguduskan tidak hanya di bawah sadar. Ia berurusan dengan pikiran dan motif-motif kita. | |
- | + | '''DOA'''. Di dalam ayat 23, Paulus beralih dari mendesak dan memerintahkan kita untuk menjadi kudus ke meminta kepada Tuhan untuk menjadikan kita kudus: “Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita.” Jadi Tuhan tidak hanya menggunakan perintah dan upah untuk menjadikan kita kudus, Ia juga menggunakan doa umat-Nya. Ia tidak hanya berurusan dengan pikiran dan motif-motif kita untuk menjadikan kita kudus, tetapi Ia juga berurusan dengan pikiran dan motif-motif orang lain agar mereka mendoakan Anda. | |
- | + | '''JANJI'''. Setelah memerintahkan kita untuk menjalani hidup kudus seperti yang tertera pada ayat 14-22 dan berdoa agar Tuhan menyucikan kita seperti yang tertera pada ayat 23, Paulus mengatakan satu hal yang jelas pada ayat 24: “ Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya.” | |
- | + | Pemikiran manusia yang menyimpang mengatakan: “Bukankah Ia memerintahkan kita untuk tidak melakukan kejahatan, jadi semestinya terserah kita untuk menjadi kudus”, atau “Ia berdoa agar Allah menguduskan saya, jadi tergantung pada doa Paulus yang akan dijawab atau tidak oleh Allah.” Semua itu adalah pemikiran yang salah dan bukan apa yang dikatakan oleh bacaan di atas. Pemikiran yang benar berlanjut pada ayat 24 dan mengatakan bahwa kesetiaan Allah yang dipadukan dengan panggilan-Nya membuktikan bahwa Ia akan melakukannya! “Ia yang memanggil kamu adalah setia. Ia juga akan menggenapinya.” Apa yang dimaksud dengan menggenapinya? Menggenapinya berarti apa yang Paulus perintahkan dan apa yang ia doakan, yaitu pengudusan. Tuhan akan melakukannya. | |
- | + | Apakah kita percaya bahwa Tuhan bukan hanya akan mengampuni dosa-dosa kita dengan kasih karunia-Nya, tetapi juga dengan kasih karunia-Nya membuat kemajuan dalam mengalahkan dosa-dosa kita? Renungkan pertanyaan ini sejenak karena kita akan melihat konsep ini. | |
- | + | Apabila Anda perhatikan ayat 23 dengan saksama, mungkin Anda akan memiliki pertanyaan yang sama dengan saya: Ketika Paulus berdoa agar Allah menyucikan kita dan menjaga kita tidak bercacat “pada saat kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus”, apakah yang ia maksudkan adalah bahwa Allah akan mengubah kita dalam sekejap mata di saat Yesus datang, atau apakah yang ia maksudkan adalah bahwa Ia akan berkarya di dalam kita sekarang sehingga kita akan menjadi kudus di saat Yesus datang kelak? Apakah ayat 23 dan 24 merupakan sebuah doa dan merupakan sebuah janji atas segala sesuatu yang akan segera Allah lakukan pada waktu Yesus datang? Atau apakah ayat-ayat tersebut merupakan sebuah doa dan merupakan sebuah janji atas apa yang akan Allah lakukan sekarang dalam kehidupan umat beriman untuk mempersiapkan umat beriman bagi hari itu dengan penuh kekudusan? | |
- | + | Ayat-ayat ini merupakan sebuah doa dan sebuah janji bahwa Allah akan melakukan apa yang perlu dilakukan sekarang. Saya katakan demikian, karena biasanya pengudusan merujuk pada proses menjadi kudus sekarang, dan karena persamaan yang terdapat di dalam 1 Tesalonika 3:12-13 menunjukkan bahwa inilah yang Paulus maksudkan: “Semoga Allah membuat engkau bertumbuh dan berkelimpahan dalam kasih seorang akan yang lain dan kepada semuanya, sama seperti yang kami lakukan kepadamu, supaya Ia membentuk hatimu tanpa kesalahan dalam kekudusan [inilah yang Paulus doakan di dalam 5:23] di hadapan Allah dan Bapa kita pada kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus [pengungkapan yang sama dengan yang terdapat di dalam 5:23] beserta seluruh orang kudus-Nya.” | |
- | + | Paulus berdoa agar Tuhan melakukan sesuatu untuk membuat kita segera bertumbuh dan berkelimpahan di dalam kasih. Dan tujuan dari karya yang terus berkelanjutan di dalam diri kita ini adalah bahwa ketika hari akhir itu tiba, kita sudah terbentuk di hadapan Allah dalam kekudusan, karena kasih adalah inti dari kekudusan manusia. | |
- | + | 1 Tesalonika 5:23-24 sungguh-sungguh mengajarkan bahwa Allah adalah pribadi yang menguduskan. Ia melakukannya melalui perintah dan upah yang menarik bagi pikiran dan motif kita. Ia melakukannya melalui doa. Tetapi, bagaimanapun cara Ia melakukannya, bagaimanapun lambatnya, dan bagaimanapun tidak sempurnanya apa yang kita rasakan, hal yang utama adalah bahwa Allah melakukannya. | |
- | + | Tetapi mengapa kesetiaan Allah membuat-Nya bertekad untuk menguduskan kita? Kuncinya adalah hubungan antara bagian-bagian lain dari keselamatan kita dan karya Allah dalam menguduskan. Anda dapat melihat hal ini dengan jelas pada 5:24. Paulus berkata, “Ia yang memanggil kamu adalah setia. Ia juga akan menggenapinya.” Seolah-olah Paulus berkata. “Ia memanggil engkau! Tidakkah engkau melihat? Ia memanggil engkau! Dan apabila Ia memanggil engkau, maka Ia akan menguduskanmu. Itulah yang dimaksud dengan kesetiaan-Nya. Tidakkah engkau mengerti maksudnya?” | |
- | + | Lalu Anda menggaruk-garuk kepala sambil berkata, "Mengapa fakta bahwa Ia memanggil kita berarti bahwa Ia harus menguduskan kita?” Paulus mengatakan, “Itu karena tujuan-Nya memanggilmu adalah agar engkau menjadi kudus. Kekudusan adalah tujuan yang tidak terlihat dari Allah sendiri di dalam panggilanmu. Apabila Ia hanya memanggil tetapi tidak menguduskan, Ia tidaklah setia. Itulah yang kukatakan di dalam 1 Tesalonika 4:7, 'Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus.'" | |
- | + | Setiap langkah menuju penyelamatan berakar pada kepastian dalam seluruh langkah yang telah ditempuh sebelumnya. Penyucian diri Anda berakar pada panggilan Anda dan dijamin oleh panggilan itu. Panggilan Anda berakar di dalam kematian Kristus bagi orang-orang berdosa. Kematian Kristus berakar pada keputusan yang sudah ditetapkan, dan keputusan yang sudah ditetapkan berakar pada pemilihan. Sekali Anda merasa diri Anda berada dalam keselamatan besar yagn obyektif, agung, dan dirancang oleh Tuhan sendiri, Anda sendiri akan tahu bahwa Anda dikasihi dengan kasih yang maha kuasa, yang kekal, yang memilih, yang sudah menentukan sebelumnya, yang menebus, yang memanggil, yang menguduskan, dan menyelamatkan. Dan Anda bernyanyi, “Allah itu setia. Ia akan menggenapinya!” | |
- | + | Tetapi tidak hanya itu, tujuan Allah di dalam pemilihan Anda adalah kekudusan Anda. Efesus 1:4: “...Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya” (bandingkan 2 Tesalonika 2:13). Kekudusan Anda adalah sama pastinya dengan pemilihan atas diri Anda. | |
- | Dalam memilih | + | Bukan hanya itu, kehendak Allah di dalam keputusannya yang sudah ditetapkan atas diri Anda adalah kekudusan Anda. Roma 8:29a: "Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya." Menjadi lebih serupa dengan Yesus adalah sama pastinya dengan kehendak Allah dalam penetapan keputusan yang sudah dilakukan-Nya. |
+ | |||
+ | Bukan hanya itu, kehendak Allah dalam kematian Anak-Nya adalah kekudusan Anda. Efesus 5:25b-26a mengatakan, "...Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya." Kondisi Anda menjadi kudus adalah sama pastinya dengan kehendak yang tidak kelihatan dari Allah sendiri di dalam kematian Anak-Nya. | ||
+ | |||
+ | Dalam memilih Anda, dalam menentukan, dalam kematian-Nya bagi Anda, dan dalam panggilan-Nya bagi Anda, kehendak-Nya adalah supaya Anda menjadi kudus. Dan kita dapat berkata dengan Paulus di dalam 1 Tesalonika 5:24 bukan hanya, "Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya," tetapi juga, "Ia yang memilih Anda adalah setia, dan juga akan menggenapinya. Ia yang menentukan hidup Anda adalah setia, dan juga akan menggenapinya. Ia yang mengutus Anak-Nya untuk mati bagi Anda adalah setia, dan juga akan menggenapinya." Untuk tujuan apakah pada akhirnya? "Supaya terpujilah kasih karunia-Nya" (Efesus 1:6). |
Revisi terkini pada 16:10, 27 Juli 2012
Oleh John Piper
Mengenai Pengudusan dan Pertumbuhan
Bagian dari seri Tabletalk
Terjemahan oleh Herich Gunawan
Kebutuhan akan hidup kudus berdasarkan Alkitab tidak meniadakan kasih karunia. Namun, kebutuhan ini tepatnya didasarkan pada kasih karunia pengampunan yang sekaligus memperlihatkan kuasa kasih karunia.
Di dalam 1 Korintus 15:10, Paulus berkata, “Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.” Kasih karunia bukanlah hanya pengampunan yang diberikan atas hal-hal tidak baik yang kita lakukan; tetapi juga merupakan kuasa yang menghasilkan hal-hal baik yang kita lakukan. Jika Allah mengatakan bahwa penting bagi kasih karunia untuk melakukan kedua hal ini, maka bukan berarti kasih karunia itu ditiadakan ketika kita berjalan searah dengan-Nya. Sebenarnya, justru bertentangan.
Perintah Alkitab untuk menjalani hidup kudus tidaklah bertentangan dengan pembenaran karena iman saja. Semua dosa umat Allah, dahulu, kini, dan di masa yang akan datang diampuni oleh kematian Yesus sekali untuk selamanya. Pembenaran yang didasari oleh kematian Yesus bagi kita ini adalah dasar dari penyucian, bukan sebaliknya. Satu-satunya dosa yang dapat kita perjuangkan dengan berhasil adalah dosa yang telah diampuni. Tanpa pembenaran yang sekali untuk selamanya melalui Kristus, satu-satunya hal yang dihasilkan dari perjuangan kita adalah kondisi kehilangan harapan atau kebenaran diri sendiri.
Karya Allah dalam pembenaran tidak membuat karya Allah dalam penyucian menjadi sebuah pilihan atau sesuatu yang dapat dipilih-pilih. Alkitab tidak mengatakan bahwa pengampunan menjadikan kekudusan sebagai pilihan. Namun, pengampunanlah yang memungkinkan adanya kekudusan. Allah yang membenarkan juga menguduskan. Iman yang membenarkan juga menguduskan. Iman ini memuaskan hati manusia di dalam Tuhan dan membebaskannya dari kepuasan yang menipu dari dosa. Inilah sebabnya pembenaran dan proses pengudusan selalu berjalan bersama; keduanya datang dari iman yang sama. Kesempurnaan datang pada akhir hidup ketika kita mati atau ketika Kristus kembali, tetapi pengejaran akan hidup kudus dimulai dengan benih iman yang pertama. Itulah hakikat dari menyelamatkan iman. Iman ini mendapatkan kepuasan di dalam Kristus dan dijauhkan dari kepuasan dosa.
Di dalam 1 Tesalonika 5:23-24, Paulus berkata, “Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa, dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita. Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya.” Perhatikan tiga hal ini: perintah, doa, dan janji.
PERINTAH. Paulus baru saja selesai memberikan serangkaian perintah pada ayat 14-22. Perintah-perintah tersebut berakhir dengan ayat 22: “Jauhkanlah dirimu dari segala jenis kejahatan.” Jadi kita tahu bahwa Allah menggunakan perintah dan upah sebagai cara-Nya menguduskan kita. Ia tidak berkata, “Akulah yang menguduskanmu, jadi tidak ada yang perlu Kuberitahukan padamu untuk kaulakukan.” Cara Ia menguduskan tidak hanya di bawah sadar. Ia berurusan dengan pikiran dan motif-motif kita.
DOA. Di dalam ayat 23, Paulus beralih dari mendesak dan memerintahkan kita untuk menjadi kudus ke meminta kepada Tuhan untuk menjadikan kita kudus: “Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita.” Jadi Tuhan tidak hanya menggunakan perintah dan upah untuk menjadikan kita kudus, Ia juga menggunakan doa umat-Nya. Ia tidak hanya berurusan dengan pikiran dan motif-motif kita untuk menjadikan kita kudus, tetapi Ia juga berurusan dengan pikiran dan motif-motif orang lain agar mereka mendoakan Anda.
JANJI. Setelah memerintahkan kita untuk menjalani hidup kudus seperti yang tertera pada ayat 14-22 dan berdoa agar Tuhan menyucikan kita seperti yang tertera pada ayat 23, Paulus mengatakan satu hal yang jelas pada ayat 24: “ Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya.”
Pemikiran manusia yang menyimpang mengatakan: “Bukankah Ia memerintahkan kita untuk tidak melakukan kejahatan, jadi semestinya terserah kita untuk menjadi kudus”, atau “Ia berdoa agar Allah menguduskan saya, jadi tergantung pada doa Paulus yang akan dijawab atau tidak oleh Allah.” Semua itu adalah pemikiran yang salah dan bukan apa yang dikatakan oleh bacaan di atas. Pemikiran yang benar berlanjut pada ayat 24 dan mengatakan bahwa kesetiaan Allah yang dipadukan dengan panggilan-Nya membuktikan bahwa Ia akan melakukannya! “Ia yang memanggil kamu adalah setia. Ia juga akan menggenapinya.” Apa yang dimaksud dengan menggenapinya? Menggenapinya berarti apa yang Paulus perintahkan dan apa yang ia doakan, yaitu pengudusan. Tuhan akan melakukannya.
Apakah kita percaya bahwa Tuhan bukan hanya akan mengampuni dosa-dosa kita dengan kasih karunia-Nya, tetapi juga dengan kasih karunia-Nya membuat kemajuan dalam mengalahkan dosa-dosa kita? Renungkan pertanyaan ini sejenak karena kita akan melihat konsep ini.
Apabila Anda perhatikan ayat 23 dengan saksama, mungkin Anda akan memiliki pertanyaan yang sama dengan saya: Ketika Paulus berdoa agar Allah menyucikan kita dan menjaga kita tidak bercacat “pada saat kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus”, apakah yang ia maksudkan adalah bahwa Allah akan mengubah kita dalam sekejap mata di saat Yesus datang, atau apakah yang ia maksudkan adalah bahwa Ia akan berkarya di dalam kita sekarang sehingga kita akan menjadi kudus di saat Yesus datang kelak? Apakah ayat 23 dan 24 merupakan sebuah doa dan merupakan sebuah janji atas segala sesuatu yang akan segera Allah lakukan pada waktu Yesus datang? Atau apakah ayat-ayat tersebut merupakan sebuah doa dan merupakan sebuah janji atas apa yang akan Allah lakukan sekarang dalam kehidupan umat beriman untuk mempersiapkan umat beriman bagi hari itu dengan penuh kekudusan?
Ayat-ayat ini merupakan sebuah doa dan sebuah janji bahwa Allah akan melakukan apa yang perlu dilakukan sekarang. Saya katakan demikian, karena biasanya pengudusan merujuk pada proses menjadi kudus sekarang, dan karena persamaan yang terdapat di dalam 1 Tesalonika 3:12-13 menunjukkan bahwa inilah yang Paulus maksudkan: “Semoga Allah membuat engkau bertumbuh dan berkelimpahan dalam kasih seorang akan yang lain dan kepada semuanya, sama seperti yang kami lakukan kepadamu, supaya Ia membentuk hatimu tanpa kesalahan dalam kekudusan [inilah yang Paulus doakan di dalam 5:23] di hadapan Allah dan Bapa kita pada kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus [pengungkapan yang sama dengan yang terdapat di dalam 5:23] beserta seluruh orang kudus-Nya.”
Paulus berdoa agar Tuhan melakukan sesuatu untuk membuat kita segera bertumbuh dan berkelimpahan di dalam kasih. Dan tujuan dari karya yang terus berkelanjutan di dalam diri kita ini adalah bahwa ketika hari akhir itu tiba, kita sudah terbentuk di hadapan Allah dalam kekudusan, karena kasih adalah inti dari kekudusan manusia.
1 Tesalonika 5:23-24 sungguh-sungguh mengajarkan bahwa Allah adalah pribadi yang menguduskan. Ia melakukannya melalui perintah dan upah yang menarik bagi pikiran dan motif kita. Ia melakukannya melalui doa. Tetapi, bagaimanapun cara Ia melakukannya, bagaimanapun lambatnya, dan bagaimanapun tidak sempurnanya apa yang kita rasakan, hal yang utama adalah bahwa Allah melakukannya.
Tetapi mengapa kesetiaan Allah membuat-Nya bertekad untuk menguduskan kita? Kuncinya adalah hubungan antara bagian-bagian lain dari keselamatan kita dan karya Allah dalam menguduskan. Anda dapat melihat hal ini dengan jelas pada 5:24. Paulus berkata, “Ia yang memanggil kamu adalah setia. Ia juga akan menggenapinya.” Seolah-olah Paulus berkata. “Ia memanggil engkau! Tidakkah engkau melihat? Ia memanggil engkau! Dan apabila Ia memanggil engkau, maka Ia akan menguduskanmu. Itulah yang dimaksud dengan kesetiaan-Nya. Tidakkah engkau mengerti maksudnya?”
Lalu Anda menggaruk-garuk kepala sambil berkata, "Mengapa fakta bahwa Ia memanggil kita berarti bahwa Ia harus menguduskan kita?” Paulus mengatakan, “Itu karena tujuan-Nya memanggilmu adalah agar engkau menjadi kudus. Kekudusan adalah tujuan yang tidak terlihat dari Allah sendiri di dalam panggilanmu. Apabila Ia hanya memanggil tetapi tidak menguduskan, Ia tidaklah setia. Itulah yang kukatakan di dalam 1 Tesalonika 4:7, 'Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus.'"
Setiap langkah menuju penyelamatan berakar pada kepastian dalam seluruh langkah yang telah ditempuh sebelumnya. Penyucian diri Anda berakar pada panggilan Anda dan dijamin oleh panggilan itu. Panggilan Anda berakar di dalam kematian Kristus bagi orang-orang berdosa. Kematian Kristus berakar pada keputusan yang sudah ditetapkan, dan keputusan yang sudah ditetapkan berakar pada pemilihan. Sekali Anda merasa diri Anda berada dalam keselamatan besar yagn obyektif, agung, dan dirancang oleh Tuhan sendiri, Anda sendiri akan tahu bahwa Anda dikasihi dengan kasih yang maha kuasa, yang kekal, yang memilih, yang sudah menentukan sebelumnya, yang menebus, yang memanggil, yang menguduskan, dan menyelamatkan. Dan Anda bernyanyi, “Allah itu setia. Ia akan menggenapinya!”
Tetapi tidak hanya itu, tujuan Allah di dalam pemilihan Anda adalah kekudusan Anda. Efesus 1:4: “...Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya” (bandingkan 2 Tesalonika 2:13). Kekudusan Anda adalah sama pastinya dengan pemilihan atas diri Anda.
Bukan hanya itu, kehendak Allah di dalam keputusannya yang sudah ditetapkan atas diri Anda adalah kekudusan Anda. Roma 8:29a: "Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya." Menjadi lebih serupa dengan Yesus adalah sama pastinya dengan kehendak Allah dalam penetapan keputusan yang sudah dilakukan-Nya.
Bukan hanya itu, kehendak Allah dalam kematian Anak-Nya adalah kekudusan Anda. Efesus 5:25b-26a mengatakan, "...Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya." Kondisi Anda menjadi kudus adalah sama pastinya dengan kehendak yang tidak kelihatan dari Allah sendiri di dalam kematian Anak-Nya.
Dalam memilih Anda, dalam menentukan, dalam kematian-Nya bagi Anda, dan dalam panggilan-Nya bagi Anda, kehendak-Nya adalah supaya Anda menjadi kudus. Dan kita dapat berkata dengan Paulus di dalam 1 Tesalonika 5:24 bukan hanya, "Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya," tetapi juga, "Ia yang memilih Anda adalah setia, dan juga akan menggenapinya. Ia yang menentukan hidup Anda adalah setia, dan juga akan menggenapinya. Ia yang mengutus Anak-Nya untuk mati bagi Anda adalah setia, dan juga akan menggenapinya." Untuk tujuan apakah pada akhirnya? "Supaya terpujilah kasih karunia-Nya" (Efesus 1:6).